"Kita gunakan orang dalam"
"Siapa?"
"Jeong Woo, anaknya om Jaemin"
Ningning mengerutkan kening pasalnya bagaimana Chenle bisa seyakin untuk menjalankan rencana mereka dengan memanfaatkan Jeong Woo.
"Kenapa harus Jeong Woo saja? Bukannya om Jaemin punya dua anak kembar?"
"Si Naruto itu tidak terlihat suka dengan Jisung. Sepertinya dia mewarisi sifat ayahnya yang dingin dan sedikit menyebalkan"
"Haruto, Chenle. Bisakah kau tidak melawak disaat penting seperti ini?" Ningning menatap Chenle kesal.
"Ahaa...iya, itu maksudku. Aku tidak bermaksud melawak hanya saja namanya mengingatkan ku pada salah satu kartun Jepang yang terkenal"
Ningning memutar matanya malas.
"Apa itu akan berhasil?" tanyanya ragu.Chenle tersenyum. "Percayalah padaku, ini akan berhasil"
"Ya sudah, terserah kau saja. Aku hanya ingin ini berhasil cara apapun yang penting manjur ya di gas saja"
"Pertama-tama kita mulai dari......" Chenle menggantungkan kalimatnya saat melihat Jisung memasuki kantin dan sedang menuju ke arah meja mereka.
"Pertama-tama apa?"
"Sebentar...Jisung sedang menuju kemari" bisik Chenle pelan.
Ningning mengikuti arah pandang Chenle. Benar saja Jisung tengah menuju ke arah mereka dengan raut wajah masam dan tidak bersemangat.
"Kenapa?" Chenle bertanya heran pada sahabat sejati sehidup tidak semati nya itu. "Ada apa cucu ku? Kenapa wajahmu kusut begitu?"
"Cucu?" Ningning bingung.
"Iya, dia 'kan anak perempuan Daegal" jawab Chenle.
"Huh?"
"Brengsek" umpat Jisung pelan namun masih terdengar oleh Chenle.
"Lihat 'kan anak anjing! Anak anjing!" tunjuk Chenle pada Jisung. "Ah iya ngomong-ngomong soal Daegal, kemarin Daegal baru saja kawin dengan anjing tetangga ku namanya Haechan"
"Haechan? Namanya mirip dengan pacar kakak tingkat kita"
"Ku pikir awalnya mereka kembar beda wujud"
"Bisakah kita berhenti membahas Daegal? Sekarang ayo bantu aku" Jisung berucap setelah lama diam.
"Memangnya kenapa?" tanya Ningning.
Jisung menghela napas panjang. Memejamkan matanya sebentar dan meminum air minum Chenle sampai habis. Membuat si pemilik menatap kesal ke arahnya.
"Dari sekian banyak perawan dan janda, kenapa harus duda?" Jisung meremas kuat botol minum yang telah kosong itu.
"Hah?" Chenle dan Ningning berucap bersamaan.
"Kau tidak dijodohkan dengan duda lain 'kan?" Ningning melebarkan matanya sembari menatap Jisung meminta penjelasan.
"Jangan mau dengan duda yang itu kalau kau ingin duda kami punya satu limited edition, tidak ada dipasaran. Tampan, kaya, dan hot. Syaratnya kau hanya cukup menjadi papi muda yang baik dan mengangkang lebar lalu mendesah nikmat"
Jisung menjatuhkan kepalanya ke atas meja. Berbicara dengan Chenle sepertinya bukan hal yang baik untuk kesehatan mentalnya.
"Memangnya kenapa kau tiba-tiba membahas duda?" Chenle bertanya setelah melihat Jisung terdiam lama dengan dahi yang mencium meja.
"Kakak ku Giselle menjual ku kepada om duda kaya. Kau pasti mengenal nya karena kita pernah bertemu dengannya di taman bermain beberapa hari yang lalu" jawab Jisung.
"Om Jaemin?"
Jisung mengangguk sebagai jawaban.
Ningning dan Chenle hampir saja memekik senang jika tidak ingat orang yang di korbankan sedang berada di dekat mereka.
"Sudah takdir Jisung, terima saja" Chenle mengelus lembut rambut Jisung. "Lagipula duda mantap loh sung, hebat main di ranjang "
"Enak mata mu, bagaimana bisa aku menjadi pawang kulkas berjalan itu?" Jisung menegakkan tubuhnya menatap Ningning dan Chenle bergantian lalu menggembungkan pipi mochi nya.
"Pasti bisa, Jisung. Dengarkan mommy mu ini" Ningning tersenyum. "Kau hanya perlu mengangkang lebar dan taklukkan dia di ranjang, dijamin 100% pasti bucin"
Jisung memejamkan matanya. Mendengarkan ucapan Chenle dan Ningning membuatnya semakin pusing. Bukannya memberinya jalan keluar malah mereka semakin mendorong nya masuk ke dalam jurang kesesatan. Ditambah pembahasannya hanya bertema ranjang dan desahan.
"Tunggu dulu, bagaimana bisa kak Giselle dan om duda itu bertemu?" Chenle penasaran.
Jisung mengigit bibir bawahnya, bingung harus menjelaskan bagaimana pada Chenle dan Ningning.
"Sebenarnya aku bekerja pada om Jaemin untuk menjaga kedua anaknya. Dan tadi dia mengantar ku pulang ke rumah sebentar untuk berganti pakaian lalu mengantar ku ke kampus"
"Beuh....tinggal sedikit lagi"
"Sedikit lagi apanya?" Jisung menatap Chenle bingung.
"Anak-anaknya sudah di tangan mu, kau hanya perlu menyerahkan keperjakaan mu saja maka kau bisa menjadi papi muda kaya raya" ucap Chenle sebelum akhirnya mendapat geplakan sayang dari Jisung yang telah cukup lama bersabar.
"Tidak bisakah kau serius untuk sekarang? Ini soal masa depan ku"
"Justru itu, Jisung. Chenle ada benarnya. Kau harus realistis sekarang. Zaman sekarang kalau tidak ada uang hidup terasa mati. Kau bisa beli apapun jika menikah dengan om Jaemin"
"Bagaimana bisa kau tahu om Jaemin?"
"Dia terkenal, Jisung. Salah satu orang terkaya dan berpengaruh di dunia. Kau beruntung jika bisa menikah dengannya. Dior, Gucci, Chanel, Prada, kau hanya perlu meminta padanya. Kapan lagi ya 'kan punya sugar daddy yang tampan dan kaya raya?" Ningning menyeringai kecil dan Chenle melempar senyum lebar saat melihat Jisung terdiam setelah mendengarkan ucapan bak hipnotis itu.
•
•
•
•
•Sementara itu di tempat lain.....
"MAMA, PAPA, DEDEK JIE PUNYA SUGAR DADDY KAYA RAYA"
"HAH?"
"APA KAU BILANG TADI?!"
"Dedek Jie punya sugar daddy kaya raya beranak dua. Tadi aku baru saja menjualnya dengan satu buah blackcard"
Brukkk!!
"HUAAAAA PAPA JANGAN MATI DULU KITA BELUM FOYA-FOYA"
TBC.
Teruntuk Riaxxx123 ayo segera up!!! Simi maksa!!! Butuh asupan 1821 Jaemsung segera 😭
See you next chap 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
OM DUDA 🔞
Fanfiction"Kak Jisung, kak Jisung, kak Jisung mau nikah dengan papah tidak? kak Jisung lucu pasti papah suka" "H-hah?" "Pffttt....sudah Jisung terima nasib saja kalau jodohmu itu seorang duda" "Anjing, Chenle" "Jangan bicara kasar di depan anak saya, kalian m...