Bab XXXII

6.7K 514 38
                                    

Jisung menghembuskan napasnya berkali-kali. Ia tengah berada di kantin kampusnya. Acara ngewenya dengan Jaemin pagi tadi harus batal karena Jeongwoo yang ingin bermain sebentar dengan Jisung. Sehingga keinginannya untuk bolos hari ini batal dan ia tetap berangkat kuliah. Namun yang menjadi pemikiran Jisung sekarang adalah pernyataan perasaan Jaemin padanya, Jisung bingung apakah dia benar-benar mencintai Jaemin atau hanya perasaan suka sementara. Katakan saja Jisung aneh padahal pagi tadi ia sangat semangat saat Jaemin menyatakan perasaannya padanya tetapi sekarang ia malah bingung sendiri. Jisung sadar Jaemin tidak main-main dengan keinginannya. Walaupun Jisung ingin Jaemin bertanggungjawab tapi apakah Jisung sendiri siap untuk menjalani kehidupan barunya nanti.

"Dorrr!" kejut Chenle dan Ningning bersamaan membuat Jisung yang sedang melamun itu terperanjat dan hampir jantungan.

"Kenapa sih tante?" goda Chenle yang langsung saja mengambil minuman jus Jisung dari hadapan Jisung dan meminumnya santai.

"Tante mata mu! Aku lagi pusing" Jisung mengacak rambutnya dan menggembungkan pipinya kemudian.

"Pusing kenapa?" Ningning bertanya, mendekatkan tubuhnya ke Jisung yang berada di hadapannya dan menatap nya penasaran.

"Aku tidak tahu.."

"Kenapa sih Jie? Bocah banget. Bingung, tidak tahu, pusing, ada apa coba?" Chenle yang mendengar ucapan Jisung jadi kesal. Sebenarnya Chenle tahu hal ini pasti ada hubungannya dengan pamannya siapa lagi kalau bukan Jaemin. Hanya saja ia tidak tahu dengan masalahnya.

Minuman Jisung yang diminum Chenle telah habis namun Jisung masih belum membuka mulutnya bercerita. Ningning dan Chenle setia menunggu, mengingat ini mempertaruhkan hidup dan mati mereka. Chenle demi cintanya pada Kun si dosen tampan yang menarik hatinya dan Ningning demi hadiah mobil mewah yang dijanjikan orang tuanya padanya.

"Jie, masih bisa ngomongkan? Apa perlu aku panggil om Jaemin kemari?"

"Jangan!"

"Lalu ada masalah apa? Haruto berulah lagi? Atau om Jaemin tidak membelaimu? Atau--"

"Bukan! Semuanya bukan!"

"Lalu apa?! Tabok juga nih nanti"

"Itu..."

"Itu apa?!" tanya Ningning dan Chenle bersamaan.

"Om Jaemin menyatakan perasaannya padaku" cicit Jisung.

Krik..krik...krik...

"Kenapa kalian diam?" tanya Jisung bingung saat tidak mendapat respon dari ucapannya barusan.

"Kau membingungkan masalah itu?" Ningning menyipitkan matanya, tangannya yang berada diatas meja terkepal kuat, menahan gemas pada Jisung.

"Iya. Aku bingung dengan perasaanku sendiri. Aku menyukai om Jaemin tentu, maksud ku siapa yang tidak akan menyukainya walaupun dia seorang duda. Dia punya segalanya. Hanya saja untuk hubungan yang serius aku masih belum yakin. Om Jaemin punya dua anak dari mendiang istrinya dulu dan aku takut aku tidak bisa merawat mereka dengan baik. Aku masih kekanakan kalian tahu itu, emosiku labil, tinggiku saja yang bertambah namun pikiran ku masih kekanakan. Om Jaemin adalah orang yang tegas dan dewasa, aku takut aku tidak bisa menyamainya. Saat melihatnya melakukan sesuatu dengan sempurna aku merasa hanya menjadi beban untuk nya" jelas Jisung panjang lebar. Raut wajah Jisung berubah sendu dan ia sangat ingin menangis sekarang, merasa malu pada dirinya sendiri.

"Jadi itu alasanmu menolak om Jaemin?"

"Aku tidak menolak nya! Aku hanya bingung dengan diriku sendiri"

"Setelah kau menyerahkan hmm padanya, kau masih bingung? Apa kau tidak berpikir dulu sebelum kau melakukannya?" Chenle menaikkan sebelah alisnya, memperhatikan Jisung dari samping dengan penuh selidik.

"Soal itu aku....tidak tahu. Aku menyukai nya tapi masih ragu tapi aku suka permainan ranjang nya. Aku ingin dia bertanggungjawab tetapi aku takut tidak bisa melakukan kewajiban ku dengan benar" Jisung menunduk.

"Apa kau pernah cemburu saat Jaemin bersama orang lain atau dekat dengan orang lain?"

"Aku...aku--"

"Oke, fix. Kau memang sedang bingung sekarang"

"Kenapa tidak coba jalani saja? Siapa tahu kau bisa menemukan jawaban dari situ. Kau bilang kau menyukai om Jaemin 'kan hanya saja kau masih bingung dengan perasaan mu sendiri, jalani saja solusinya"

"Tapi bagaimana kalau aku masih belum mendapatkan jawabannya?"

"Itu berarti kau saja yang bodoh"

"Coba saja dulu, Jie. Hasil akhirnya biarlah menjadi urusan nanti yang penting kau tidak bingung lagi" ucap Ningning yang kemudian diangguki setuju oleh Jisung.











Jaemin menghela napas panjang. Ia menatap datar ibunya dan Emily yang tiba-tiba datang ke kantornya hanya untuk menentukan tanggal pernikahan dirinya dan Emily.

"Sudah ku bilang berapa kali biarkan aku menentukan pilihan ku sendiri, ma"

"Kau selalu membantah, Jaemin!! Memangnya apa menarik dari bocah ingusan itu sampai kau mempertahankan nya?!! Dia hanya akan menjadi beban untuk mu!!"

"Ma!!!"

"Lihat!! Kau sudah berani membentak mama!! Mama tidak akan rela kau bersama si Jisung itu, mama tidak akan setuju!!"

"Terserah apa kata mama. Aku hanya tidak ingin dipaksa menikah dengan yang bukan pilihanku"

"Sudahlah tante, tidak apa-apa. Mungkin saya memang bukan orang yang tepat untuk Jaemin" Emily menenangkan mama Jaemin dan tersenyum kecil.

"Tidak, Emily! Kau itu anak yang baik. Kau pantas untuk menjadi ibu sambung kedua cucuku"

"Tapi Jaemin tidak mau dengan saya, tante. Sudahlah tidak apa-apa, Jaemin benar. Jaemin punya haknya sendiri. Kalau begitu saya pergi dulu" Emily beranjak dari duduknya dan membungkuk singkat pada Jaemin dan mama Jaemin lalu melangkah keluar.

"Emily jangan pergi! Ini semua karena kau Jaemin. Cepat kejar Emily sana!"

"Untuk apa? Mama saja sana yang mengejarnya. Aku sibuk" ucap Jaemin datar tanpa mengalihkan pandangnya dari berkas di tangannya.

"Ya sudah mama pergi, puas kau!" mama Jaemin menatap Jaemin tajam dan menghentakkan kakinya kasar keluar dari ruangan Jaemin.

Setelah kepergian ibunya dan Emily, Jaemin melempar berkas yang dipegangnya ke atas meja dan mengerang frustasi. Ia mengacak rambutnya dan melonggarkan dasinya yang terasa menyesak.

"Sial!" umpat Jaemin pelan.

***

"Emily, tunggu tante" mama Jaemin menahan tangan Emily dan membawa Emily untuk menghadap padanya. Mama Jaemin merasa bersalah saat dilihatnya Emily menangis dan menghapus air matanya segera saat berhadapan dengannya.

"Maafkan tante, Emily. Tante tidak mengerti mengapa Jaemin bersikeras menolak mu, padahal kau sempurna untuk menjadi menantu keluarga Na"

"Tante, aku tidak ingin menyerah. Tetapi melihat Jaemin yang tidak ingin menikah dengan ku demi Jisung membuat ku sangat terluka"

"Tante akan berusaha untuk menyatukan kalian berdua dan menyingkirkan si Jisung itu. Kau tenang saja, Emily"

"Terimakasih tante, aku menyayangi tante" Emily tersenyum kecil dan memeluk erat mama Jaemin.

"Tante juga menyayangi mu, Emily" balas mama Jaemin.

Tanpa mama Jaemin tahu Emily tersenyum smirk di baliknya. Merasa bangga karena berhasil membuat mama Jaemin percaya padanya.

'Bodoh'






TBC.

See U

OM DUDA 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang