Bab XXI

7.2K 705 119
                                    

"Haruto, Jeong Woo, senang tidak Jisung jadi calon papi muda kalian?" Ningning bertanya pada si kembar saat mereka bertiga tengah didalam mobil, menunggu Chenle dan Jisung yang entah pergi kemana.

"Jeong Woo senang, kak Jisung mirip mama. Kak Jisung baik, lucu juga. Pokoknya Jeong Woo dukung papa sama kak Jisung"

"Kakak juga setuju. Teman kakak si Jisung itu belum pernah pacaran bahkan bucinnya saja dengan yang tidak nyata" Ningning berucap.

"Kasihan mana masih muda" Jeong Woo berucap sedih.

"Makanya nanti kakak mau bantu Jeong Woo biar Jisung jadi papi muda kalian"

"Yeay, sayang kak Ningning" Jeong Woo bersorak.

"Haruto bagaimana?"

Yang disebut namanya hanya diam. Ia mengalihkan pandang keluar jendela. Terasa berat untuk menggantikan posisi seseorang yang melahirkan nya dengan orang baru. Tetapi jika Haruto pikir lagi Jisung tidak seburuk itu. Jisung itu polos dan masih kekanakan tetapi itu poin uniknya yang membuatnya spesial.

"Tidak tahu. Tetapi selama papa dan Jeong Woo bahagia, Haruto setuju saja"

"Kau ternyata cukup dewasa ya?"

"Papa mengajarkan sebagai seorang kakak harus bisa bersikap dewasa. Ruto adalah anak pertama papa dan seorang kakak bagi Jeong Woo, Ruto harus kuat"

Ningning tersenyum. Walaupun membesarkan si kembar seorang diri, Jaemin tidak melewatkan sedikit pun perkembangan si kembar. Dari yang Ningning dengar dari orang tuanya, Jaemin selalu meluangkan waktunya untuk merawat si kembar walaupun Ningning tahu pasti om duda nya itu pasti sangat kelelahan tetapi tidak pernah sedikitpun Jaemin mengeluh. Sungguh suami idaman dan sahabatnya adalah orang yang beruntung jika berhasil meluluhkan hati om nya itu.

"Kak Ningning kenapa menangis?" Jeong Woo bertanya sembari menatap Ningning polos.

"Tidak apa-apa. Kakak cuma berpikir apa Jisung bisa menjadi papi muda yang baik untuk kalian. Dia mencuci daun bawang saja bisa menghabiskan waktu 5 jam karena berbicara dulu dengan daun bawang mau dicuci dengan air panas atau air dingin" Ningning mengusap air mata yang mengalir membasahi pipinya.

"Kak Jisung memang sebaik itu. Bahkan saat boneka Jeong Woo yang robek saja dia tanya dulu mau dibawa ke rumah sakit atau tidak bahkan dia saat itu menangis karena melihat organ dalam boneka Jeong Woo keluar"

Ningning bingung harus menangis atau tertawa mendengar cerita Jeong Woo barusan. Jisung itu memang unik dan tingkahnya kadang memang diluar nalar tetapi itulah yang menjadikannya mempesona. Namun pikiran itu buyar seketika saat Chenle datang dengan heboh membuat Ningning turun dari mobilnya saat sepupunya itu terlihat pucat.

"BAHAYA NING BAHAYA"

"KENAPA? KENAPA? KENAPA? APA YANG BAHAYA?"

"JISUNG HILANG"

"KAU BERCANDA? MANA ADA WEWE GOMBEL BERKELIARAN SIANG-SIANG UNTUK MENCULIK JISUNG"

"AKU SERIUS, SIALAN. JISUNG HILANG TADI KU SURUH DIA UNTUK MENUNGGU KU SEBENTAR DI DEPAN TOILET DAN SAAT AKU KELUAR DARI TOILET DIA TIDAK ADA DI SANA. DITAMBAH LAGI--"

"TUNGGU! JANGAN BILANG---"

"Tepat sekali aku tadi memberikannya minuman itu dan dia sudah meminumnya"

"Kau sungguh bodoh, Chenle"

"Maaf mengganggu, tadi kudengar kalian membicarakan tentang Jisung ada apa dengan Jisung?"

Ningning dan Chenle menoleh bersamaan ke arah sumber suara. Seorang perempuan tengah menatap mereka berdua.

"Kau siapa?"

OM DUDA 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang