Dentuman irama DJ yang menggema ditelinga, layanan memanjakan yang di dapatkan, tidak bisa membuat Woojin lupa akan kemarahan yang ia tahan setelah Jaemin membawa pergi calon tunangannya itu.
Wine yang di tuang ke gelas, ia tegak sampai habis. Sentuhan-sentuhan nakal wanita penghibur yang bergerak liar di tubuhnya tidak membuatnya hanyut. Ia masih mengingat dengan jelas senyuman sinis Jaemin yang mengejeknya karena menculik Jisung.
"Hai"
Woojin mengalihkan pandang, memperhatikan seorang perempuan cantik yang tampak asing. Pakaiannya yang ketat menunjukkan lekuk tubuhnya yang indah dan menggoda. Woojin memberikan isyarat untuk para jalang yang ia sewa itu untuk pergi meninggalkannya berdua dengan perempuan asing itu.
"Kau mengenal ku?" Woojin bertanya. Menyandarkan punggungnya di sofa sembari menatap datar perempuan itu.
"Kau calon tunangan Jisung 'kan? Kenalkan namaku Emily calon istri Jaemin" perempuan cantik itu mengulurkan tangannya pada Woojin dan disambut oleh Woojin.
"Aku, Woojin. Bagaimana kau tahu tentang aku adalah calon tunangan Jisung?"
Emily tidak langsung menjawab. Ia mendudukkan dirinya di samping Woojin, menuangkan wine ke gelas Woojin dan mengusap lembut pundak Woojin.
"Anak-anak Jaemin menyebut nama Jisung saat aku dibawa nenek tua bangka itu ke rumah Jaemin untuk berkenalan dengan Jaemin dan anak-anaknya. Karena aku penasaran siapa Jisung itu, aku mengirimkan anak buah ku untuk mencari tahunya dan yeah aku mendapatkan beberapa informasi tentangnya"
"Lalu apa yang kau tahu tentang Jisung?"
"Dia hanyalah bocah ingusan biasa. Masih jauh jika dibandingkan dengan ku"
"Tetapi Jaemin lebih memilih Jisung daripada dirimu"
Emily menghentikan usapan lembut nya dan menarik tangan nya menjauh. Melempar seringai tipis, Woojin memberikan tatapan mengejek ke arah Emily yang tengah menatapnya datar.
"Dia pasti telah memberikan tubuhnya untuk Jaemin, dasar jalang"
"Memangnya kau sendiri tidak memberikan tubuh mu untuk mendapatkan Jaemin? Dengar Emily bahkan gaya mu lebih bitch dari Jisung, jadi jangan sembarangan menilai calon tunangan ku" Woojin menatap tajam Emily. Ia bangkit dari duduknya lalu melangkah pergi meninggalkan Emily yang terdiam karena ucapannya.
"Cih, memang apa menariknya si Jisung itu sampai orang-orang membelanya?! Dan apa yang membuat si Jisung itu sangat disukai oleh anak-anak Jaemin?!" Emily menghembuskan napasnya kasar lalu kemudian menyandarkan punggungnya di sofa.
"Sialan! Ini membuat ku sangat frustasi. Jika bukan karena Jaemin, aku tidak akan sudi mencari tahu tentang jalang itu. Ditambah lagi anak-anak ngentot itu tidak setuju aku menikah dengan Jaemin. Cih! jika mereka bukan anak-anak Jaemin akan ku tenggelamkan mereka satu persatu, persetan dengan mereka lagipula mereka juga bukan darah daging ku" Emily memejamkan matanya sembari mengatur napasnya perlahan sampai dirasanya ia sedikit tenang barulah ia kembali membuka matanya.
"Lihat saja, aku akan memisahkan Jaemin dan Jisung bagaimanapun caranya. Hanya orang-orang gila yang mendukung Jaemin dan Jisung bersama. Jaemin harus jadi milikku!"
•
•
•
•
•
•
•Jisung membuka kelopak matanya perlahan. Ia mengubah posisinya menjadi duduk dan mengucek kedua matanya sembari mengumpulkan seluruh kesadarannya. Jisung melihat ke sekitar ada Ningning dan Chenle yang masih tertidur di sofa.
Jisung memejamkan matanya lagi ingin tertidur sebentar namun kemudian maniknya membelalak lebar saat tersadar akan sesuatu. Ini bukan kamar kos-kosan nya dan bukan kamar Chenle dan Ningning. Ia sudah sering melihat tata ruangan kamar ini.
"Inikan kamar Haruto dan Jeong Woo, kenapa Chenle dan Ningning ada disini?"
Jisung membuka selimut yang menutupi tubuhnya. Pakaiannya lengkap hanya saja sudah berganti. Entah siapa yang menggantikan Jisung tidak peduli. Ia lebih penasaran kenapa Ningning dan Chenle ada di mansion Jaemin dan menemaninya di kamar ini.
Cklekk!!
Atensi Jisung teralih saat mendengar pintu kamar yang dibuka. Bersamaan dengan itu Ningning dan Chenle juga terbangun. Mereka berdua meregangkan otot tubuh mereka yang terasa pegal karena tidur dengan posisi duduk semalaman.
"Om, bagai--" ucapan Jisung terhenti saat Jaemin menempelkan punggung tangan nya ke dahi Jisung.
"Kau sudah baikan, panasnya juga sudah berkurang" ucap Jaemin datar. Jaemin menoleh pada Ningning dan Chenle yang juga baru bangun dari tidur lelap mereka.
"Kami akan mengurus Jisung dengan baik om Jaemin" ucap Ningning semangat saat Jaemin menoleh dan menatap datar dirinya dan Chenle, melupakan rasa kantuknya yang masih terasa. Ningning menoleh pada Chenle dan kemudian mencubit paha Chenle saat dilihatnya sepupunya itu masih mengantuk.
"Aduh! Iya om, kita akan mengurus Jisung dengan baik dan benar" berterimakasih lah pada cubitan sayang Ningning yang berhasil membuat kesadaran Chenle sepenuhnya tertarik keluar.
"Aku akan pergi ke kantor. Jika Jisung sudah pulang kuliah antar kan dia untuk menemani di kembar di rumah"
"Siap laksanakan om Jaemin" Ningning dan Chenle berucap serempak.
Jaemin mengangguk lalu kemudian berbalik dan melangkah pergi dari situ, meninggalkan ketiga anak muda itu dengan salah satunya yang masih kebingungan dengan apa yang tengah terjadi sekarang.
"Kalian menginap disini?" Jisung bertanya setelah Jaemin sudah tidak terlihat lagi.
"Iya Jie. Di suruh om Jaemin menjagamu disini sampai kau sadar soalnya dia harus menjemput kedua anak kembarnya dan mereka tidur sementara di apartemen pribadi om Jaemin" jawab Chenle.
"Kenapa om Jaemin tidak membawa mereka ke rumah ini? Aku juga tidak tahu jawabannya" ucap Ningning saat Jisung ingin membuka mulutnya lagi.
Jisung mengerucutkan bibirnya sembari mengangguk kecil. Ia merasa bersalah karena sudah merepotkan Jaemin. Ia ingat saat Woojin menculiknya ia tengah berada di bawah obat perangsang dan saat Jaemin menyelamatkan nya ia masih sadar saat itu namun setelahnya ia tidak ingat apapun.
"Sedih ya Jie tidak jadi ngewe sama om Jaemin? Tidak apa Jie lain kali masih bisa" Chenle menepuk pundak Jisung.
"Apa sih? Jangan ngadi-ngadi ya le, sahabat macam apa yang ingin sahabatnya sendiri di entot?" Jisung menggembungkan pipinya, menatap kesal ke arah Chenle. Sejujurnya Chenle ada benarnya, Jisung memang sedih karena Jaemin tidak berbuat apa-apa padanya padahal dia rindu milik Jaemin memenuhi dirinya seperti malam itu.
"Wajahmu memerah Jie, apa kau memang sangat ingin ngewe dengan om Jaemin?"
"CHENLE!!!"
"Bisakah pagi-pagi kalian tidak bertengkar dulu? Chenle jangan mulai lagi kasihan Jisung. Dan Jisung kalau kau memang ingin ngewe dengan om Jaemin bilang dengan ku, aku akan senang hati membantu"
"Kalian berdua sama saja" Jisung beranjak dari kasurnya menghentakkan kakinya ke lantai sembari melangkah keluar dari kamar.
"Hormon butuh di entot begitu memang" ceplos Chenle.
"Sudah-sudah ayo kita susul calon tante muda kita itu, maklum masih bayi butuh penjagaan ketat nanti sugar daddy nya marah kita yang diamuk" ucap Ningning yang diangguki setuju oleh Chenle. Keduanya pun pergi bersama, menyusul Jisung yang telah melangkah entah kemana.
TBC.
Entah kenapa di twitter sulit banget nyari Jaemsung au, ada nemu tapi sedikit alias langka banget.
Buat kamu yang udah buat Jaemsung au, iya kamu.....
I love you pokoknya 😤
Kamu kuat, kamu hebat.
Gak mau tau pokoknya kita harus pacaran, fix sih jodoh kita tuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
OM DUDA 🔞
أدب الهواة"Kak Jisung, kak Jisung, kak Jisung mau nikah dengan papah tidak? kak Jisung lucu pasti papah suka" "H-hah?" "Pffttt....sudah Jisung terima nasib saja kalau jodohmu itu seorang duda" "Anjing, Chenle" "Jangan bicara kasar di depan anak saya, kalian m...