Bab XIII

7.8K 818 124
                                    

Jisung berjalan mondar-mandir dikamar Chenle. Setelah lelah ia pun tiduran di kasur empuk sahabat nya itu dan memainkan ponselnya. Sebuah ketukan di pintu kamar membuat perhatian Jisung teralih.

Jisung bangkit dari kasur lalu melangkah ke arah pintu untuk membukanya. Tanpa bertanya siapa yang mengetuk, Jisung pun membuka pintu itu. Dan alangkah terkejutnya ia saat melihat seseorang yang ia hindari ada di hadapannya dengan ekspresi datarnya seperti biasa.

"Kenapa kau kabur?"

"Om bagaimana bisa tahu saya ada disini?"

Bukannya menjawab, Jisung malah balik bertanya. Membuat Jaemin berdecak pelan.

"Biarkan aku masuk dulu"

"Tidak, nanti om membunuh saya"

Jaemin berusaha mendorong pintu kamar yang ditahan Jisung dari dalam. Keduanya sama-sama kuat namun pada akhirnya Jisung juga yang kalah dan Jaemin yang menang.

Jisung terjatuh dan bokong nya mencium lantai keramik rumah Chenle. Ia hampir meledakkan nangisnya namun Jaemin lebih dulu mencium bibir nya dan menepuk pelan bokong nya.

Jisung membulatkan matanya terkejut. Dengan seluruh kesadarannya ia mendorong tubuh Jaemin menjauh, memberikan jarak yang lebar antara mereka.

"Om mesum!!! HUAAAA bibir Jie tidak perawan mama!!!"

Jaemin memutar matanya malas. Bagaimana bisa ia menikahi anak baru lahir kemarin ini untuk di jadikan pengganti ibu bagi si kembar jika kelakuannya masih petakilan begini?

"Yang duluan cium bibir siapa?"

Jisung memanyunkan bibirnya saat mengingat ialah yang dulu mencium bibir Jaemin. Tetapi itukan hanya alasan agar Jisung bisa lepas dari Woojin tanpa unsur kesengajaan.

"Tapi kan saya punya alasan"

"Kalau begitu aku juga punya alasan karena mencium mu"

"Memangnya apa alasannya?"

Jaemin tersenyum lalu melangkah mendekat, mempersempit jaraknya dengan Jisung.

"Setelah kau membangunkan anaconda ku yang tertidur lalu pergi tanpa penjelasan, apa aku salah meminta pertanggungjawaban?"

Jisung menegang. Suara Jaemin sangat sopan masuk indra pendengaran nya namun mampu melumpuhkan kinerja otaknya.

Sementara itu di ruangan lain.....

"Omo, Omo, Omo apa om Jaemin akan mencetak gol pada siang hari ini?" Ningning heboh di depan layar komputer yang menayangkan situasi Jaemin dan Jisung di kamar Chenle lewat kamera CCTV di kamar Chenle.

Saat Chenle menghubungi Ningning tadi kalau Jaemin dan Jisung ada di rumahnya beserta anak Jaemin yang bungsu, Jeong Woo. Tanpa banyak kata dan tidak sampai 10 menit, Ningning sudah tiba di halaman rumah Chenle. Membuat Chenle hanya bertepuk tangan saat mendengar cerita Ningning kalau ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan diatas 100 dan balapan dengan mobil ambulans yang sedang mengantarkan jenazah.

Dan disinilah mereka sekarang bersama Daegal si binatang yang sudah Chenle anggap seperti anak sendiri, di sebuah ruangan dimana Chenle bisa melihat keadaan di setiap sudut rumahnya lewat kamera CCTV yang di pasang tersembunyi. Sedangkan Jeong Woo mereka tinggalkan di ruang tamu menonton kartun Frozen ditemani banyak sekali boneka.

"Pasti di masa mudanya om Jaemin adalah buaya kelas kakap, lihat saja Jisung sampai jadi batu gitu" ucap Ningning sambil memakan cemilan yang sudah ia bawa untuk persiapan menontonnya.

"Tapi kasihan Jisung, bagaimana kalau om Jaemin kasar padanya?" Chenle berucap sambil memangku Daegal.

"Tidak akan, yang namanya duda pasti sudah berpengalaman. Lagipula semakin cepat Jisung di bobol akan semakin baik bagi masa depan kita, Chenle. Ini demi kisah cintamu dengan dosen Kun"

OM DUDA 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang