Bab VI

9.8K 912 104
                                    

Pipi Jisung tidak henti-hentinya bersemu merah karena Jeong Woo terus-menerus menggodanya perihal morning kiss tadi. Bayangan dimana dirinya di cium Jaemin tadi dan rambutnya diacak lembut oleh Jaemin selalu terputar di otaknya.

Jisung sangat malu. Beruntung Chenle tidak ada saat itu jika tidak Jisung pastikan Chenle akan selalu membuatnya mengingat hal itu seumur hidupnya.

"Papi"

"Biasakan panggil dia kakak, Jeong Woo. Papa tidak ada hubungan apapun dengannya!" Haruto berucap datar tanpa menoleh pada Jisung dan Jeong Woo yang duduk di satu sofa dengannya.

"Haruto benar, Jeong Woo. Panggil kakak aja ya, kalau panggil papi nanti apa kata orang kan kakak dengan om Jaemin tidak menikah" jelas Jisung lembut pada Jeong Woo.

"Begitu ya?" Jeong Woo menundukkan kepalanya. "Itu berarti Jeong Woo gak boleh panggil kak Jisung dengan sebutan papi ya?"

Jisung mengangguk, tangannya terangkat mengusap lembut kepala Jeong Woo.

"Kalau begitu bagaimana kalau kak Jisung menikah dengan papa, kakak mau kan?"

"Huh?"

"Kak Jisung lebih cocok jadi adik Haruto daripada jadi papi muda kita" Haruto tidak setuju.

"No! Kak Jisung mau ya jadi papi muda kita? Kak Jisung mau kan nikah sama papa? Papa tampan dan hebat juga main di ranjang, kakak pasti suka"

Jisung memejamkan matanya, rasa pusing mendera kepalanya mendengar ucapan frontal Jeong Woo. Siapakah yang tega mengajarkan hal mengenai ranjang pada anak berumur 5 tahun itu? Jika bertemu orang nya Jisung akan--

"Haruto, Jeong Woo, om ganteng mu ini datang~~"

"Paman Dery" pekik Jeong Woo senang.

Lelaki itu -Hendery- tersenyum lebar. Ia melangkah mendekati kedua keponakan kembarnya itu namun tiba-tiba langkahnya terhenti saat melihat orang asing bersama si kembar dan tersenyum padanya.

"Manis" manik Hendery berbinar. "Jodoh ku"

Brukkk!!

"Huaaaaa om Dery, jangan mati dulu!!!"





"Dosen Kun semakin hari semakin tampan saja, kan aku makin cinta" gumam Chenle memperhatikan penuh kagum pada lelaki yang baru saja memasuki kantin kampus bersama temannya.

Makanan yang baru saja ia pesan ia abaikan begitu saja. Baginya memperhatikan dosen yang sudah lama mencuri perhatian nya itu lebih penting daripada mie ayam di depannya.

"Memperhatikan apa? Serius sekali"

"Dosen Kun lah siapa lagi" jawab Chenle tanpa menoleh namun sesaat kemudian ia tersadar dan menoleh kesamping dan yang ia dapati adalah sepupunya yang memberikan tatapan mengejek dan senyuman miring terukir di wajahnya.

"Ada apa kau kemari? Menghancurkan mood ku saja" ucap Chenle sinis.

"Hey selera mu boleh juga, tapi kau tidak lupakan dia sudah punya kekasih" goda sepupunya itu.

"Ningning!" Chenle menghembuskan napasnya kasar. "Kalau tidak ada yang penting tinggalkan aku sendiri"

"Ya ampun, kasihan nya sepupu ku ini cintanya bertepuk sebelah tangan hahahahaha....." Ningning tertawa puas membuat mood Chenle semakin buruk olehnya.

"Tapi ngomong-ngomong aku kemari bukan untuk mengejek mu, aku ingin bertanya apa kau melihat Jisung?"

"Tidak, dia ada kelas malam nanti. Memangnya kenapa kau menanyakan bayi besar itu?"

OM DUDA 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang