Renald memarkirkan sepeda motornya di parkiran guru. Dia berharap hari ini tidak bertemu Gibran dkk. Selain marah dia juga malu bertemu dengan Gibran karena insiden kemarin.
Renald bersyukur karena mobil sport punya Gibran sudah terparkir cantik di parkiran, itu tandanya dia sudah datang dan dia tidak mungkin berpapasan dengannya disini.
Tanpa pikir panjang lagi Renald langsung berjalan menuju kantor. Sesampainya disana ternyata Kantor guru masih sepi, Aldo saja belum datang. Saat Renald mendudukkan pantatnya di kursi fokusnya teralihkan dengan sesuatu yang berada di atas mejanya.
"Coklat?" Renald menoleh kesana kemari mencari siapa yang yang menaruh coklat disini namun nihil. Renald membuka secarik kertas yang ada di samping coklat itu
"Maaf" Cuma itu tulisan di kertas tersebut mana tulisannya kayak cakar ayam. Renald berpikir siapa kira-kira yang memberikan dia surat ini, alay banget.
"Apa jangan-jangan? Ah gak mungkin lah" Ujar Renald dalam hati. Renald tak ambil pusing dan langsung memakan coklat itu
"Ren," Tiba-tiba Aldo muncul dari pintu menggunakan baju dinas PNS dengan tas selempang berwarna hitam yang membuatnya tampak gagah.
"Eh do udah dateng," tanya Renald tak masuk akal.
"Lah kan emang udah datang Ren"
"Hehehe," Renald tertawa garing. Ia membuka laptopnya dengan mulut penuh coklat. Tanpa Ia sadari dari tadi ada yang memperhatikannya dari luar sambil tersenyum
"Lucu"
***
Jam istirahat di kantin para murid berhamburan dan berdesak-desakan untuk mendapatkan makanan. Gibran dan teman-temannya sudah tidak lagi nongkrong di kantin belakang sekolah melainkan di kantin yang pada umumnya didatangi para siswa. Gibran tampak gelisah Ia menoleh ke kanan dan ke kiri seperti mencari seseorang.
"Nyari siapa bos?" Tanya Andra sambil menyeruput kuah baksonya.
"Gak" cuek Gibran.
"Nyari Syifa atau nyari Pak Renald nih bos" Goda Fajar sambil menaik turunkan alisnya. Seketika semburat merah muncul di wajah Gibran.
"Bos serius lo blushing?" Andra menahan tawanya saat melihat wajah Gibran yang manly itu memerah.
"Berarti bener nih lagi nyariin Pak Renald"
Gibran hanya diam tak menanggapi perkataan teman-temannya dan beranjak dari tempat duduknya.
"Eh bos mau kemana" teriak Andra yang melihat punggung Gibran menjauh dari kantin.
Gibran tak menghiraukan teman-temannya dan terus melangkah menuju suatu tempat. Kaki jenjangnya melangkah menyusuri koridor, tak sedikit siswi yang menatap Gibran takjub karena ketampanannya. Rambut Gibran acak-acakan namun tetap terlihat cocok di wajah Gibran yang terpahat sempurna di tambah badannya yang tinggi dan seragamnya yang ketat membuat bisep dan otot dadanya tercetak jelas.
Setelah berjalan beberapa lama, Gibran berdiri di pintu kantor, menatap Renald yang sedang sibuk dengan laptopnya. Suasana kantor cukup ramai karena ini jam istirahat dan guru-guru sedang tidak mengajar.
Gibran melangkahkan kakinya menuju meja Renald. Setelah cukup dekat Renald mendongak. Saat matanya melihat sosok Gibran yang tanpa ekspresi dia langsung mengalihkan pandangannya. Entah kenapa dia malas dan malu melihat wajah Gibran karena peristiwa kemarin dia juga merasa dilecehkan, wibawanya sebagai seorang guru tiba-tiba menghilang saat Gibran melakukan hal tidak senonoh itu kepadanya.
"Ehmm" Gibran batuk yang dibuat-buat namun Renald masih fokus dengan laptopnya. Guru-guru yang berada di Kantor menatap Gibran penuh tanya karena Gibran tidak ke kantor kalau tidak membuat masalah. Tak ada guru yang berani menegurnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Renald X Gibran [End]
Teen FictionKisah murid badboy yang selalu membully guru muda yang baru pindah ke sekolahnya. Namun, lama-kelamaan timbul rasa di antara mereka berdua. Berawal dari benci Gibran berubah menjadi sosok possesive terhadap Renald. ⚠️Cerita ini bertemakan boys love...