10

45.3K 2.6K 20
                                    

Seminggu setelah kejadian yang menimpa Renald, Ia tidak pernah tampak lagi di sekolah Gibran. Gibran frustasi mencari keberadaan Renald. Dia bahkan pergi kerumah Renald namun rumahnya sering kosong.

"Arrghhhhh"

"Lo kenapa bos" Tanya Andra yang sedang menyeruput kopinya. Mereka sekarang berada di cafe menghabiskan malam minggu mereka bertiga.

"Paling mikirin pak Ren" Ujar Fajar dengan wajah "Rasain lu nyesel kan"

Gibran hanya mendesah lesu, semenjak hari itu dia tidak pernah tidur nyenyak,  kantung matanya menghitam, wajahnya tak beraura, seolah-olah Gibran hanyalah mayat hidup.

Terakhir dia merasa tidur nyenyak saat tidur bersama Renald dan memeluknya. Mengingat itu Gibran langsung tersenyum.

Andra dan Fajar yang melihat itu langsung saling tatap dengan wajah bingung.

"Gila nih Gibran sekarang"

"Pak Ren kemana ya gue kangen" Ujar Andra. Gibran mengintip sekilas lalu kembali menunduk sambil mengaduk-aduk minumannya dengan sedotan.

"Apa iya Pak Ren pindah ngajar"

"Mungkin dia trauma kali kesekolah lihat muka Gibran"

"Kalo dipikir-pikir Gibran parah si, seorang Gibran ngentotin gurunya sendiri apalagi gurunya itu cowok"

"Andra sekali lagi lo ngomongin gue nih gelas melayang ke kepala lo"

Mendengar itu Andra langsung terdiam sambil memperagakan meresleting mulutnya.

Fajar hanya cekikikan lagian Andra ngegibah orangnya di depan mata.

Gibran mendengus kesal lalu menoleh. Matanya tertuju kepada seseorang yang baru masuk ke dalam cafe. Sosok yang membuatnya tidak bisa tidur selama seminggu sekarang berada di depan matanya.

Tanpa babibu lagi Gibran bergegas menghampiri Renald.

"Bos lo mau kemana"

Renald yang sedang memesan sesuatu langsung menoleh karena tarikan seseorang. Ia nampak terbelalak. Orang yang paling tidak ingin ditemuinya sekarang harus berhadapan dengannya.

"R-ren" Tenggorokan Gibran tercekat perasaanya campur aduk. Setelah apa yang dilaluinya selam seminggu ini dia tahu betul bagaimana perasaannya kepada Renald.

Mata Gibran menatap Renald dengan penuh kerinduan bercampur dengan penyesalan sedangkan yang ditatap tidak mau menatap balik.

"Ren gue.."

Plak, suara tamparan Renald bergema di dalam cafe

"Jangan pernah muncul di hadapan gue lagi, gue benci sama lo" Ujar Renald dengan penuh penekanan disetiap kata-katanya terutama di kata benci

Gibran hanya tertunduk. Kini semua mata tertuju ke arah mereka. Suasana cafe yang tadinya ramai langsung hening.

Renald berbalik dan langsung pergi meninggalkan cafe. Gibran bergeming kakinya tak sanggup untuk mengejar Renald, kata kata Renald menyakitinya. Namun Ia sadar itu tak seberapa dengan apa yang dilakukannya. Gibran menjatuhkan tubuhnya dan berlutut meratapi penyesalannya.

.

Keesokan paginya Renald bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah baru tempat Ia mengajar. Dia sudah resign 3 hari yang lalu di sekolah Gibran.

"Pah Ma, Renald pergi dulu ya"

Ujar Renald sambil menyalimi kedua orang tuanya.

"Kamu yakin mau pindah ngajar Ren" Tanya Papa Renald yang dibalas dengan anggukan

"Tapi kenapa? Belum ada setahun masa mau pindah"

"Yaaaa emmm itu Pah anu Renald bosen di sekolah itu" Renald menjawab asal

Papa Renald menyerngitkan dahinya "Alasanmu gak masuk akal"

"Yaudah Ren pergi dulu ya, bye"

Setelah keluar rumah Renald langsung memacu motornya. Gibran yang sedari tadi menunggunya dari kejauhan bergegas mengikutinya.

Sampai akhirnya Renald memasuki sebuah sekolah. Gibran berhenti di sebrang jalan.

"Jadi dia pindah ngajar kesini?"

Gibran memutuskan menunggu Renald di kedai kopi berdinding kaca yang berseberangan dengan sekolah baru tempat Renald mengajar.

Dari sini dia dapat memantau Renald. Namun dia teringat sekolah baru pulang jam 4 sore dan sekarang masih pagi. Tapi demi Renald dia rela menunggu berjam-jam di kedai kopi tersebut.

Entah ini sudah gelas ke berapa kopi yang Ia minum. Namun di luar dugaan Renald keluar sekolah sekitar jam 10-an. Gibran langsung bergegas memasuki mobilnya dan mengejar Renald.

Sampai di pertigaan Renald tampak berjalan lurus namun mobil di depannya tiba-tiba berbelok kekiri tanpa menghidupkan lampu send alhasil Renald menabrak bagian belakang mobil itu.

Pengendara mobil itu langsung berhenti dan keluar dari dalam mobil. Ia langsung memarah-marahi Renald. Namun Renald juga bersikeras Ia tak salah

Melihat hal itu Gibran langsung keluar mobil

"Ada apa ini" Ujar Gibran.

Renald yang menyadari kehadiran Gibran langsung membuang muka.

"Dia nabrak mobil saya tuh liat lecetnya" Ujarnya sambil menunjuk bagian belakang mobilnya yang cukup parah

"Salah sendiri belok gak ngehidupin lampu send" Ketus Renald

"Pokoknya saya gak mau tahu, kamu harus ganti rugi"

"Loh loh gak bisa gitu dong"

"Sudah sudah, pak ini juga salah bapak gak ngehidupin lampu send" Ujar Gibran menengahi

"Kalo gak mau ganti rugi saya bakal lapor polisi"

"Silahkan mobil saya punya dashcam biar jadi bukti di kantor polisi ayok pak" Ajak Gibran

Pengendara mobil itu langsung terlihat panik dan langsung masuk ke dalam mobil. Gibran tersenyum puas

"Lo gapapa Ren" Tanya Gibran namun Renald hanya membuang muka

"Mau kemana biar gue anter, motor lo nanti biar temen gue yang urus"

Renald hanya diam dan ingin naik ke atas motornya. Namun dengan buru-buru Gibran mencegat tangan Renald dan menariknya ke dalam pelukannya.

"Lepasin" Renald berontak di dalam pelukan Gibran. Posisi mereka masih di tengah jalan yang sontak membuat pemandangan aneh di tengah kerumunan kendaraan

"Maafin gue Ren, jangan ngehindarin gue lagi, gue ga sanggup Ren, gue... Gue..."

"Gue...."

Bibir Gibran tercekat Renald juga menunggu perkataan Gibran

Tiiiiittttttt

Suara klakson mengagetkan mereka berdua sontak pelukan mereka terlepas

"Woy lo mau mati apa pelukan di tengah jalan" Ujar pengendara truck yang tampak emosi.

Gibran hanya menunduk isyarat meminta maaf. Renald langsung pergi memacu kendaraannya. Gibran hanya menatap kepergian Renald sambil memegang dadanya yang berdebar kencang setelah memeluk Renald. Pelukan yang Ia rindukan perasaan yang hanya Ia dapat saat bersama Renald.

Renald yang sedang berkendara pikirannya melayang, kilas balik saat dia berpelukan dengan Gibran berputar di kepalanya. Ia memegang dadanya entah kenapa berdebar dengan sangat kencang padahal dia sering berpelukan dengan papanya. Tapi entah kenapa pelukan Gibran terasa berbeda.

Ia juga penasaran dengan apa yang ingin dikatakan Gibran

"Aarggghhhhh Gibran anjinggg" Teriak Renald sambil memacu kendaraannya dengan kencang.

Tbc
01/07/2022

Renald X Gibran [End] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang