Dua hari berlalu, tepat lima hari lagi akan di adakan nya acara nikahan Athea, Marvel dan Samuel.
Semua orang sibuk mempersiapkan ini itu, termasuk Marvel dan Samuel. Sedangkan Athea, ia sedang berbincang santai dengan Agatha dan Calista di samping rumah yang terdapat kolam renang.
"Oh, yah. Kamu beneran, nih mau nikah sama dua cowok sekaligus? "
Athea menghela nafas, menampilkan senyum paksa nya karna pertanyaan itu sudah Athea dapati beberapa kali, dengan orang yang berbeda.
Namun, kali ini orang yang bertanya adalah Agatha, si Bumil. Harus ekstra sabar menghadapi nya.
"Beneran, Kak Agatha. Udah ah, jangan itu lagi. Bosen tau, dengerin sama ngejawabin nya." Ujar Athea dengan memasukkan keripik yang terbuat dari kedelai, alias keripik tempenya dengan kasar.
"Hahaha, jangan ngambek ih. Mau jadi seorang istri, di pending dulu ngambeknya, ya" Sahut Calista sedikit tertawa lalu tangannya menggapai susu kotak rasa kacang ijo, lalu menyedotnya melalui sedotan yang tersedia.
Agatha tersenyum lebar lalu menggelengkan kepalanya. Tangan kiri nya mengelus perut buncit milik nya sendiri. Sedangkan tangan kanannya, Agatha gunakan untuk memakan buah Alpukat yang sudah di potong kecil kecil dengan garpu.
"Ah, ya... Gimana ya, kabarnya Nyonya Dian sekarang?" Monolog Athea tersenyum sinis membayangkan keadaan Mama yang resmi bercerai dengan Geo.
------
"TIDAK ADA GUNA NYA LAGI KAMU, DIAN!!" Teriak Papa Dian.
Disini nggak saya beri nama orang lagi, takutnya kalian pada lupa.
Hanya ada Papa, Mama dan sebagainya.
"Pa-pa, Maafin Dian, Pa" Sesal Dian sembari duduk di lantai sedangkan Papa nya duduk di kursi kebesaran nya sebagai tuan rumah.
"Jangan sentuh suami saya, sialan! "Desis Mama Dian seraya mendorong Dian saat dirinya ingin menggapai tangan sang Papa.
"Menjijikkan! Meninggalkan Athea, Kevlan serta Geo hanya demi anak pungut yang sialnya sekarang menjadi beban!!" Teriak Mama Dian, seraya menendang kepala Dian hingga sang empu terpental beberapa centi meter dari duduk nya.
Dian mengerang saat kepalanya terhantuk tembok dengan begitu keras hingga sedikit mengeluarkan darah.
Sedangkan Audrey yang ingin bicara dengan Dian terhenti, saat melihat Mama Dian dengan tega menendang Dian.
"Ma.. Sa-sakit, Ma" Erang Dian dengan memegangi kepalanya.
Mama Dian mendengus kasar lalu netra nya menemukan Audrey yang tengah terdiam membatu.
Mama Dian tersenyum sinis, kemudian melangkah lebar menghampiri Audrey.
Plak
Srak
Dug
Dengan keji, Mama Dian menampar pipi Audrey sekuat tenaga hingga membuat Audrey melangkah mundur.
Mama Dian langsung mencengkeram kepala belakang Audrey lalu membenturkan kepala Audrey ke tembok kasar yang kebetulan ada di belakang Audrey.
Dug
Dug
Dug
DUG!!
Tiga kali membenturkan kepala Audrey ke tembok kasar, Mama Dian terdiam sebentar. Tangannya mulai lebih kuat mencengkeram kepala bagian belakang Audrey, lalu di benturkan nya kepala bagian depan dengan keras.
Audrey berteriak kesakitan saat benturan terakhir di kepala nya. Darah mengucur dengan hebat di sekitar ubun ubun kepala Audrey. Terlebih keningnya kini yang sudah terkoyak, melihatkan daging yang memerah merahan dengan darah merembes kebawah membasahi kelopak matanya.
"Lanjutkan, Sayang. Aku butuh hiburan" Dukung Papa Dian sembari mengangkat sebelah kakinya dan di tumpukan pads kaki lainnya.
"Kalau mereka berdua mati, gimana, Pa?" Ucap Mama Dian melihat Dian dan Audrey bergantian.
"Bukan urusan besar. Lagipula, Dian sudah tak berguna, otak nya sekecil semut, sulit untuk berpikir. Maka dari itu, bunuh mereka di hadapan ku, Sayang" Jelas Papa Dian tersenyum miring.
Mama Dian mengangkat alisnya lalu memangut mangutkan bibirnya.
"Kau tidak merasa kehilangan, Pa?"Papa Dian sontak tertawa keras hingga sudut matanya mengeluarkan air mata.
"Buat apa aku merasa kehilangan anak yang tidak tahu di untung, Ma? Lagipula, masih ada dua anak kita lagi yang akan membanggakan kita, tidak seperti Dian! "
Dian yang masih sadar, mendengar perkataan dari Papa Mama nya membuat hati nya sakit. Sungguh, ini lebih sakit daripada di cemooh seluruh keluarga besarnya.
"Baiklah"
Mama Dian berjalan kearah Dian dengan tangan yang membawa membawa pisau buah dari meja tak jauh darinya.
"Ma, Dian mo-mohon, maafin Dian, Ma. Jangan bunuh Dian, Ma" Histeris Dian tak di gubris sama sekali oleh sang Mama.
Mama Dian mengangkat tinggi tinggi pisau buah itu lalu menancapkan pisau itu tepat di ubun ubun Dian.
Tancapan Mama Dian begitu dalam, terlihat dari pisau yang hanya tersisa gagang pisau saja jika di lihat dari orang orang.
"AKHH!! MAMA!!" Teriak kesakitan Dian, tangannya berusaha menggapai gagang pisau untuk di tariknya. Namun, tangan nya di tepis kasar oleh sang mama.
Mama Dian mendengus lalu memperdalam tancapan nya di ubun ubun kepala Dian, yang kembali membuat Dian berteriak lebih histeris. Kepala nya seperti di belah menjadi dua!
Mama Dian mengikat kedua tangan Dian dengan tali kawat yang tak jauh dari jangkauan suami nya.
Ia mulai mengikatkan tali kawat itu pada pergelangan tangan Dian dan di tali mati, membuat Dian meringis menangis merasakan sakit di seluruh tubuhnya.
Mama Dian mendorong badan Dian, lalu dirinya beralih menatap Audrey yang terbaring di lantai dingin masih dengan darah yang keluar.
Dirinya melangkah lalu menginjak kening Audrey yang terlihat dagingnya dengan heels nya dengan kuat.
"AKHH!" audrey yang sedang memejamkan matanya langsung terbuka saat merasakan sakit di keningnya.
"Gara gara kamu! Saya dan suami saya tidak bisa menemui Athea dan Kevlan lagi, sialan! "Umpat Mama Dian semakin menekan lebih dalam injakan heels nya pada kening Audrey.
"Tamat riawayatmu sekarang, wahai anak pungut!" Ucap Mama Dian.
Wanita yang tak tua itu mengeluarkan pisau kecil dari saku nya lalu menusuk kan ke mata kiri Audrey dengan kasar. Setelah nya, ia mengeluarkan pisau kecil itu dan di tusukkan kembali ke mata kiri Audrey. Sampai begitu berulang kali.
Mama Dian terhenti saat sudah tak mendengar rintihan dari Audrey. Wanita itu kini tersenyum lebar lalu menendang kepala Audrey dengan kasar.
"Goodbye, damn son. Enjoy the hell that awaits you"
TBC.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dahlia To Athea
Novela JuvenilDahlia Amanda Deandra adalah gadis muda yang berumur 19 tahun. Dirinya sekarang menempuh pendidikan di perkuliahan. Sikapnya random namun lebih dominan dingin dan acuh dengan sekitarnya. Entah bagaimana bisa, saat Dahlia menyebrang jalan, sudah dir...