Happy Reading!
Gerombolan para remaja yang sedang menikmati malam minggunya di cafe air menjadi kebahagiaan tersendiri bagi pemilik cafe. Bisa dibilang yang biasanya sepi pengunjung entah kenapa malam ini sangat ramai pengunjung.
Salah satunya Viandra dan kedua temannya. Ketiganya telah lulus dari SMA seminggu yang lalu, kini mereka harus dipusingkan kembali dengan namanya pendaftaran. Eh tunggu, pusing? Bahkan tidak perlu repot-repot mendaftar ada saja kampus yang menawarkan mereka beasiswa dengan cuma-cuma.
"Lo jadinya mau daftar di mana Vi?" tanya gadis berambut panjang yang saat ini sedang memotong pizza miliknya.
Viandra mengangkat kedua bahunya. "Gue si pengennya di Pranada University. Ah tapi gue gak yakin Ma. Disana pemilihannya ketat banget."
Alma Luvenna, teman terkocak yang Viandra pernah kenal. Sikap dan kelakuannya selalu membuat orang memutar kedua bola mata dengan malas.
"Yaelah Vi, coba aja dulu urusan gak lolos kita minta bantuan ortu lo." Alma tertawa hingga memperlihatkan gigi ginsul miliknya
Viandra terlihat berpikir. "Bisa sih, ah tapi gue mau usaha dulu. Ya kalo emang gak lolos bukan rezeki gue di sana."
"Ah gak asik lo mah. Gue kalo jadi lo, gue minta ortu gue buat masukin gue ke sekolah yang gue pengen." ucap Alma sambil menaik turunkan alisnya.
"Yee, dasar!!!" ucap Viandra.
Viandra menoleh ke Alma dan berbisik. "Tuh bocah senyum-senyum kenapa?"
"Lo gak tau?" Viandra menggelengkan kepalanya.
"Serius? iya sih dia baru cerita ke gue. Tadinya dia bilang mau cerita ke lo tapi dia maunya langsung aja. Jadi, si temen lo yang kaku itu udah gak jadi jones lagi, kemarin malem dia di tembak sama Fauzan, Fauzan anak kelas 12 IPA 2 lo kenal gak? yang dulu selalu godain si Syifa mulu." jelas Alma.
Viandra mengangkat kedua alisnya. "Bukannya dulu Syifa gak suka sama dia? bahkan dia ditolak berkali-kali sama Syifa."
Alma berhenti mengunyah pizzanya. "Waduh kalo itu gue kurang tau, coba aja sekarang lo tanya sama tuh bocah."
"Fa" panggil Viandra kepada Syifa.
Syifa Dini Damanik. Seorang gadis yang mempunyai wajah cantik dan tinggi, tetapi orang-orang mengenalnya 'wajah kaku'. Tapi Syifa tidak perduli dengan omongan itu, karena menurut Syifa mereka belum mengenal Syifa tapi sudah mengambil kesimpulan yang tidak-tidak tentang dirinya. Syifa juga mempunyai seorang Abang bernama Rio Neraka Damanik yang saat ini bekerja di perusahaan milik keluarganya dan saat ini umurnya dua puluh dua tahun, keduanya hanya selisih umur dua tahun.
Syifa menoleh dan mengangkat dagunya. "Kenapa?"
Viandra mendekatkan wajahnya ke arah Syifa. "Lo jadian sama Fauzan anak 12 IPA 2?"
Syifa menyengir. "Heheh, sorry. Tadinya gue mau kasih tau lo abis gue ngabarin dia. Dia mau nyusul kesini katanya."
"A- awalnya teman biasa,
B- biasa menjadi suka,
C- cantik parasmu menggoda,
D- detak jantung berbi-""Berisik lo!" ucap Syifa.
"Ih ngapa si! nih bocah salting tuh gini nih Vi, dulu mah bilangnya 'gue gak mau pacaran sama lo' eleh tau-taunya nerima juga nih miper atu." ledek Alma.
"Biarin si! sirik lo?!"
"Ngapain amat sirik, mending single wle." Alma menjulurkan lidahnya, meledek Syifa.
"Dia mau dateng ke sini Fa? sendiri?" tanya Alma.
"Engga, dia sama temennya. Kalo gak salah sekelas sama dia juga namanya Ner, ner siapa ya gue lupa."Syifa berusaha mengingat-ingat nama teman sang kekasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRUEL SENIOR (ON GOING)
Teen Fiction⚠️ MENGANDUNG ADEGAN KEKERASAN, KATA-KATA YANG KASAR DAN SEDIKIT 18+ ⚠️ Seorang duda yang terobsesi dengan gadis penyuka novel bergenre darkromance. Bahkan, ia rela menyamar menjadi seorang senior di kampus gadisnya. ----------------------------- ‼️...