Happy Reading!
Tolong tandai bila terdapat typo, terima kasih <3
Viandra masih menatap Andreas yang ditatap balik oleh sang empu. Andreas tersenyum lebar sambil mengulurkan tangannya. "Apa kabar Viandra?"
***
Viandra berusaha menutupi keterkejutannya dihadapan Bundanya. Viandra membalas uluran tangan Andreas. "Baik."
Viandra merasakan tangannya diremas dengan kencang oleh Andreas. Viandra menatap mata Andreas di depannya dengan rasa malas. Viandra memiringkan kepalanya dan alis kanan yang dinaikkan.
Sedangkan Andreas malah tersenyum lebar tanpa memperlihatkan gigi. Sungguh, Viandra sudah muak melihat senyum laki-laki itu. Senyum itu seakan-akan selalu menjadi pertanda buruk yang tak lama lagi akan menimpa dirinya.
Viandra melepaskan tangan dari genggaman Andreas."Bun, kita pulang sekarang ya. Bunda harus istirahat, Bunda sekarang belum bener-bener pulih." ajak Viandra.
Bunda mengangguk mengiyakan ajakan Viandra. "Devan, Andreas." panggil Bunda Yessie.
"Tante pamit pulang dulu ya. Devan, kalau kamu mau kerumah datang aja ke rumah ya." lanjut Bunda.
Tangan Devan terangkat membentuk hormat. "Siap Bun."
Kini Devan menatap Viandra. "Vi, hati-hati bawa mobilnya, inget lo bawa Bunda!" ingat Devan kepada Viandra. Devan sangat tak lupa dengan cara berkendara Viandra. Mau itu menggunakan mobil maupun motor, jika sudah Viandra yang mengendarai Devan rasa akan berbahaya.
FLASHBACK ON
Karena keberanian dan modal nekat, Viandra lah yang lebih dahulu bisa mengendarai mobil maupun motor. Bahkan setelah 1 minggu belajar motor, Viandra langsung belajar mobil. Dan yang kalian perlu tahu, mobil pertama yang Viandra bawa adalah mobil manual. Pernah pada satu hari, dimana Devan belum bisa naik mobil maupun motor karena alasan takut, ia sampai diantar oleh Viandra. Devan diposisi itu belum tau cara mengendarai Viandra. Devan masih bisa diam di atas motor meskipun tangannya harus memegangi baju bagian belakang Viandra.
Viandra tersenyum jahil dari kaca spion motornya, ide jahil terlintas begitu saja saat melihat wajah Devan yang sangat ketara sedang menahan takut.
1, 2, 3... hitung Viandra dalam hati.
Viandra langsung menarik pedal gas motor dengan kencang yang sontak membuat Devan tersentak kaget dan langsung memeluk Viandra dari belakang. Viandra menghiraukan teriakan yang dilontarkan oleh Devan.
"Viandra jangan kencang-kencang bawa motornya, Devan takut!" teriak Devan.
"Viandra denger Devan ngomong gak sih?!"
"Viandra jangan tambah dikencengin lagi, udah stop Viandra!"
Viandra tetap menghiraukan teriakan Devan. "Siapa suruh memaksa untuk ikut, sudah tau sering lihat Viandra sering bawa motor kaya gini." ucap Viandra dalam hati.
Devan saat itu yang memang kelewatan polos dapat dengan mudah tertipu oleh ucapan Viandra.
"Viandra, kamu mau keliling naik motor ya? Devan mau ikut boleh?" pinta Devan.
Viandra melihat dengan jelas binar yang ada di dalam mata Devan. Viandra memainkan bibirnya sambil berpikir. "Emmm? Gimana yah?" pikir Viandra sambil mengetuk-ngetuk jarinya di dagu.
Tak lama Viandra mengangguk. "Yaudah, Bang Devan boleh ikut."
Devan yang mendengar jawaban Viandra tersenyum senang. "Yes! Terima kasih Viandra." ucap Devan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRUEL SENIOR (ON GOING)
Roman pour Adolescents⚠️ MENGANDUNG ADEGAN KEKERASAN, KATA-KATA YANG KASAR DAN SEDIKIT 18+ ⚠️ Seorang duda yang terobsesi dengan gadis penyuka novel bergenre darkromance. Bahkan, ia rela menyamar menjadi seorang senior di kampus gadisnya. ----------------------------- ‼️...