29. Rumah pohon dan Nasaqeela.

532 92 13
                                    

Ternyata benar kata orang-orang. Seseorang yang dulunya sedekat nadi bisa berubah menjadi sejauh matahari.

Kamu sekarang seperti matahari. Sangat indah, selalu menerangi dan memberikan kehangatan. Namun, matahari jaraknya sangat jauh dari bumi, bahkan lebih jauh dari yang aku bayangkan.

~Zayyan Farrasya

"Batu gunting kertass" ucap empat orang yang sedang duduk di teras rumah Aqeela

Siapa lagi kalau bukan Sandy, Reza, Putra dan Nando.

"Lo kalah sand" seru Putra sumringah. Karena sejak tadi ia bisa bebas mencubit tangan orang yang kalah suit.

"Aku kalah, kak" lapor Sandy pada Reza.

"Ya emang dari tadi kamu gak pernah menang" lelah Reza.

Memang sejak tadi Sandy selalu kalah, padahaal dia yang mengajak main suit. Dia yang kalah, Reza yang kena imbasnya.

Bagaimana tidak kena imbas? Setiap Sandy yang kalah, tangan Reza yang menanggungnya.

"Cepetan Za, mana tangan lo" kata Nando tidak sabar.

Dengan berat hati, Reza menyerahkan tangannya. Putra, Nando dan Sandy segera mencubit lengan Reza tanpa ampun.

Reza meringis kecil. tidak bisa di pungkiri, cubitan dari ketiga nya sangat kecil dan keras.

"Gak kurang kenceng nyubitnya?" Sindir Reza.

Sandy maleh nyengir, devinisi di kasih jantung minta empedu.

"Dari kapan kalian disini?" Tanya Aqeela yang baru saja sampai.

Reza bernafas lega, akhirinya Aqeela datang juga. Jadi ia bisa terbebas dari permainan laknat itu.

"Dari sejam yang lalu, liat nih tangan gue udah penuh merah-merah gara-gara cubitan mereka" jawab Reza, sebal.

Aqeela nyengir "yaudah gak papa, itung-itung simulasi masuk neraka"

"Enak aja! Kak Reza masuk surga sama gue kali!" Protes Sandy.

"Noh kelakuan si Putra yang mencerminkan penghuni neraka banget" sambung Sandy menunjuk Putra yang tengah asik mengorek upil di dalam dua guanya. (Hidung)

"Sungguh aQu adalah orang yang sangat terpuji dan baiQ, pasti tuhan telah menyiapkan syurga untukQu" sergah Putra dengan nada yang di lebih-lebihkan.

Nando mengusap wajah Putra sedikit kasar.

"Biasa aja mukanya gausah di jelek-jelekin kaya gitu. Jangan bikin gue makin gemes pengen buru-buru aputasi kepala lu ya, Tra!!" Nyinyir Nando kelewat kesal karena muka Putra yang begitu menyebalkan.

"Ngomong-ngomong Kia sama Sofia kemana dah? Kok gak ikut ke sini?" Tanya Aqeela pada keempatnya.

"Kia lagi liburan ke rumah nenek nya" jawab Putra.

"Kalo Sofia lagi ngurusin pendaftaran kuliah" jawab Nando.

Aqeela mengangguk faham.

"Ngomongin soal kuliah, lo udah daftar di kampus mana Qeel?" Tanya Sandy, kini tangannya membuka bungkusan keripik talas yang ia beli di jalan.

"Gue gak kuliah, mau cari kerja aja"

Keempatnya terkejut dengan jawaban Aqeela.

"Kenapa Qeel?"

"Padahal lo pinter, pasti banyak universitas yang bakal nerima lo Qeel"

"Ya terus kalo gue pinter, lo mau bayarin biaya kuliah gue?"

SYAQEEL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang