"jadi lo mau bahas apa?" Tanya Mitha begitu mereka berdua sudah sampai di parkiran. Hanif hanya diam karena tadi dia hanya membual agar Mitha bisa pulang bersamanya.
Drrrtt..
Getaran ponsel pemuda itu menarik atensinya. Terpampang nama wali kelas mereka di layar ponsel buat Hanif buru-buru mengusap tombol hijau itu ke atas.
"Loud speaker-in dong mau dengar juga," pinta gadis itu yang langsung dituruti oleh Hanif.
"Assalamu'alaikum Hanif," ucap suara itu dari seberang yang langsung dibalasnya.
"Maaf mengganggu waktunya sore-sore begini,"
"Iya buk gak apa-apa,"
"Begini Hanif, dikarenakan ibuk sedang tidak ada paket karena malas pergi ke konter-" Mitha langsung mengulum bibirnya menahan tawa. Emang humor gadis itu recehan.
"Jadi tolong beritahukan kepada teman-teman sekelasnya di grup mulai senin besok kita sekolah. Datang jam 7 pagi ya nak pakai baju putih abu-abu," jelas buk Citra panjang lebar.
"Baik buk,"
"Oke nak terimakasih ya,"
"Iya buk," panggilan pun ditutup setelah Hanif menjawab salam dari wali kelasnya.
Secercah ide langsung muncul di pikiran pemuda itu.
"Nah Mith, kan kita mau sekolah ni, jadi gimana dari sekarang lo buat struktur kelas sama jadwal piketnya biar kalo disuruh kan udah siap,"
Mitha sedikit merengut setelah mendengarnya. "Oiya juga,"
Bentuk mulut Mitha yang mengerucut membuat wajahnya semakin lucu di mata Hanif membuatnya ingin sekali mencubit pipi gadis itu, tapi ia tahan.
"Mau gue bantuin gak?" Tawarnya.
"Gak usah deh, lo bantu ngasih ide aja entar gue yang buat kan tugas gue,"
"Ya gapapa lah? Kan kita sesama pengurus kelas harus saling membantu," Mitha menaikkan sebelah alisnya.
"Aa.. iya sih. Berarti lo juga membantu pengurus kelas lainnya kan? Gea juga kan?" Tanya Mitha dengan sedikit maksud tertentu.
Kembali dengan Hanif yang ikut menaikkan sebelah alisnya, "Gea? Gea siapa?"
"Lah? Dia yang jadi bendahara woi,"
"Iya ya? Gue baru tau," jawab pemuda itu santai. Jawaban yang simple tapi bikin Mitha overthinking sampai malam.
***
"Haduh haduh buk sekre lagi ngapain ya sekarang?" Monolog pemuda itu sambil menggantungkan handuk kecil di gantungan belakang pintunya.
Kini pemuda itu beralih meraih kursi belajarnya dan duduk di sana sambil membuka lembaran buku-buku. "Kalo ingat kejadian yang di mall tadi bikin kesel anjir! Heh! Eh siapa namanya?" Marah Jun entah pada siapa. Mau marah tapi lupa nama jadi gagal ngeluarin emosi.
"Anjir! Siapa dah namanya tu si songong?! Oh iya! Hanif!" Jun menjentikkan jarinya lalu mengambil ponselnya dan mencari sebuah kontak.
"Cih! Lo pikir lo siapee ha?? Pacar bukan, main larang-larang calon cewek gue aja. Eh? Lucu juga calon cewek," kini malah pemuda itu tersenyum sendiri tidak jelas sembari menunggu panggilan itu dijawab oleh si penerima panggilan.
"Halo cantik~" sapanya.
"Cantik lagi ngapain?"
"Apa sih? Gila lu ya?" Balas gadis itu ketus.
"Yodah yodah. Ganti pertanyaan. Lagi ngapain lo?"
"Bedanya dimana Junaediiiiii," geram Mitha yang sedang menggunting-gunting kertas origami.
"Ya beda dong, tadi kan yang pertama so sweet gitu nah yang kedua yang b aja," tak ada sahutan dari cewek itu tak membuat Jun jadi berhenti untuk berkomunikasi dengan Mitha.
"Btw nama gue itu Junata, bukan Junaedi,"
"Gapapa Junaedi lebih cocok," balasnya lebih santai.
"Junata lah biar keren. Mak gue udah motong kambing ni malah lu tukar-tukar nama gue,"
"Iyaa Junaediii,"
"Junata!"
"Junaedi lebih bagus. Namanya kayak nama bapak-bapak," ujar Mitha dengan tawa diakhirnya.
"Emang gue bapak-bapak?" Sewot Jun tak mau kalah.
"Iya, jadi bapak dari anak-anak gue nanti mau?" Mitha tertawa kencang. Jarang-jarang dirinya begini. Malam itu percakapan mengalir dengan apa adanya. Sementara Jun sudah memukul-mukul mejanya sebagai bentuk lain dari salah tingkahnya.
"MAU! Mau gue mah ayok, besok ya gue bawak keluarga kita adain lamaran," jawab Jun juga ikut tertawa.
"IHH BERCANDAA,"
"Bodo wlee.. siapa tadi yang ngajarin gombal-gombal kayak gitu ha?"
"Lewat di toktik tadi, ya gue iseng aja coba,"
Jun kini merebahkan badannya di kasur, menghidupkan kipas di kamarnya, mematikan lampu, lalu berbaring menghadap ke kiri dan menempelkan ponselnya di telinganya.
Malam Minggu di rumah tetap istimewa sambil telponan sama calon pacar.
"Eh,, gue tutup dulu ya. Orang tua gue pulang nih," ujar Mitha dengan raut suara tak terbaca. Antara takut tapi juga senang. Jun akhirnya mengakhiri panggilan itu.
"Jadi gini ya rasanya dekat sama anak yang strict parents?" Gumam pemuda itu dengan nada agak dramatis yang dibuat-buat.
***
Di rumah Mitha, perempuan paruh baya yang menggunakan jas berwarna navy dengan membawa koper itu masuk melangkah ke dalam rumahnya.
Langkah kaki dari atas juga memenuhi rumah itu.
"Mama!" Sapa Mitha semangat sembari berlari ingin memeluk wanita itu.
"Jangan kayak anak kecil deh lari-larian gini. Mama capek, mau tidur," titah Mama Mitha dingin tanpa melihat putri semata wayangnya itu.
Langkahnya tercekat tak jadi ingin memeluk ibunya itu. Mitha menggigit bibir dalamnya menahan air matanya agar tak jatuh. Entah kenapa matanya langsung berkaca-kaca.
"Ternyata masih sama ya?" Mitha membatin sambil menatap nanar punggung ibunya yang sudah menjauh naik ke lantai atas.
"Selamat malam, ma,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Absent in Online Class
Teen FictionYeonjun TXT - Yeji Itzy - Hyunjin Straykidz Lokal teenfiction x fanfiction ------------------------------------------ Pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini membuat banyak tempat jadi ditutup termasuk kegiatan belajar mengajar yang ada di sekolah h...