part 23

98 38 18
                                    

"Jun?" Gumam gadis itu kaget begitu mengetahui pemuda yang berada di depannya ini.

"Ckckck, yang ganteng mah beda. Langsung dapat ya gais ya," ucap Tata di keramaian yang melihat Jun dari kejauhan.

Gadis itu mengendus pemuda itu, menerka bau yang tak asing baginya. "Lo minum?" tanyanya tak percaya.

"Hng?" pemuda itu memijat kepalanya guna meredakan pusing yang mulai bersarang di kepalanya.

Ponsel Jun bergetar, Jun dan gadis itu melihat sekilas nama siapa yang muncul di layarnya. Tangan gadis itu bergerak lincah menekan tombol hijau itu.

Sementara Mitha yang sedang menerima telepon langsung menjauhkan telinganya karena suara bising. "Jun? Halo?"

"Ck, Ra, lo ngapain sih?"

"Ra?" Mitha mengernyit. "Halo? Jun?" Tiit. Panggilan dimatikan secara sepihak. Menerka apa yang sebenarnya terjadi.

Gadis itu terkekeh. "Lo masih bisa ngenalin gue ternyata," ucap Raya sumringah.

Sementara itu Mitha dengan pikirannya yang penuh, pergi ke tempat tujuannya sendiri, yakni perpustakaan. Niatnya mengajak Jun untuk belajar bersama sekalian library date.

Mitha POV

Berkali-kali gue memikirkan apakah gue harus putus atau tetap lanjut dengan pemuda bernama Junata Aileen. Sikapnya yang menurut gue berubah semenjak kami pacaran adalah salah satu alasan yang mungkin menjadi alasan gue untuk putus dari Jun.

Hari ini, tepatnya pagi tadi, gue berhasil melontarkan ajakan untuk putus. Tapi pada akhirnya kami gak jadi putus. Kalau ditanya sayang atau gak nya gue sama Jun, tentu gue akan jawab gue sayang sama Jun.

Tapi kalau Jun nya udah gak begitu sama gue, buat apa gue bertahan? Belakangan ini pun gue berpikir, apa salah ya gue kalau minta ditemenin sama pacar gue?

Apa salah ya kalau gue ngelarang Jun temanan sama Raya? Untuk pertanyaan yang ini, kalau cuma sekedar temanan biasa kayak sama Lia, Yuni, Adel gak masalah sih sama gue. Tapi ini? Dia bahkan lebih menomor satu kan Raya daripada gue.

Egois? Pacar mana yang mau lihat pacarnya lebih mentingin orang lain daripada dia, sampai-sampai si pacar disuruh naik ojek dan orang lain malah dia antar sampai selamat. Beliau ini sungguh kocak gaming.

Dan tadi pas telponan, dia manggil "Ra"? Ra siapa coba? Jelas-jelas nama gue Mitha Pradipta, gak mungkin juga Jun manggil gue Ra. Nama yang memiliki unsur Ra. Gimana gue gak curiga kalau kayak gini.

Menurut gue, Jun udah banyak gue kasih kesempatan. Ini yang terakhir. Dan kalau dia buat gue kecewa lagi, hubungan kami bener-bener akan gue akhiri.

Gue melihat jam tangan yang ada di pergelangan tangan kiri gue. Pukul 21.30. Gue langsung membereskan buku-buku dan menunggu taksi yang gue pesan.

Pergi sendiri, pulang sendiri. Haha, udah kayak simulasi jomblo aja. Gue membuka jendela taksi, menikmati dinginnya udara malam. Mata gue yang menyipit karena hembusan angin langsung membulat ketika melihat dua orang yang sangat tak asing.

"Pak, pak. Boleh berhenti sebentar?" tanya gue kepada sang supir. Gue langsung mengambil ponsel dan memperbesar untuk memastikan apakah itu mereka.

Setelah itu gue langsung meminta supir taksi untuk melajukan mobilnya. Hidup gue kayaknya beneran lagi ada di puncak komedi. Beneran ternyata, Jun sama Raya. Romantis kayak di drama yang gue tonton. Keduanya duduk di halte dengan Jun yang tampak tertidur di bahu Raya. Sementara Raya tersenyum sambil mengacak-acak pelan rambut Jun.

Sekarang beneran gak ada orang yang gue bisa percaya di muka bumi ini. Raya yang hampir empat tahun kami berteman dan gak pernah sehari pun kami lost contact nyatanya nusuk gue dari belakang.

Absent in Online ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang