part 21

80 44 8
                                    

hehe

happy reading. i hope you like it. but before it, tap tombol star dulu tuh yang diujung kiri bawah halaman ini yaa;)

.

.

Setelah Mitha kembali lagi ke meja mereka, semuanya memutuskan untuk menyelesaikan kegiatan belajar bersama mereka sampai disini. Hanif menggapai tangan Mitha, hendak mengajak gadis itu kembali bersamanya.

"Bareng gue aja pulangnya," Jun yang melihatnya mendengus keras seakan tidak suka dengan perlakuan Hanif.

"Cowoknya masih ada loh disini," ucapnya menyindir. Hanif menatap pemuda itu hingga alisnya bertaut.

"Mit, aku antar Raya dulu ya. Kan tadi perginya bareng, gak enak kalau gak diantar pulang lagi. Nanti aku baru antar kamu," jelas Jun pada Mitha yang hanya dijawab anggukan seadanya. Diam-diam Raya tersenyum malu-malu karena perlakuan Jun padanya.

"Cowok macam apa yang lebih mentingin cewek lain daripada ceweknya sendiri," gumam Hanif yang masih bisa di dengar oleh Jun tapi hanya diabaikan oleh pemuda jangkung itu.

Sepeninggal Jun yang sedang mengantar Raya, gadis dengan rambut yang dikuncir satu itu berdiri di depan cafe tersebut.

"Naik. Gue antarin pulang," Mitha menggeleng mendengar ajakan itu. "Gue nunggu Jun aja. Bentar lagi juga dia nyampai,"

"Mau sampai kapan?" tanya Hanif dingin.

"Ya?" tanya Mitha dengan pertanyaan yang agak ambigu menurutnya.

"Mau sampai kapan lo nunggu cowok lo yang gak jelas itu?"

Mitha dengan instingnya saat itu seakan paham arah pembicaraan ini kemana langsung berdiri tegap, serius menghadapi maksud pemuda di depannya itu.

"Maksudnya?"

"Gue ada di sini. Kapanpun dan dimanapun gue, lo tetap nomor satu buat gue. Lo bisa ngandelin gue dibanding cowok lo yang gak jelas itu,"

"Apa sih Yan? Kok lo tiba-tiba gini?"

Hanif terkekeh, "Tiba-tiba?" pemuda itu diam sesaat. Udah lama Mit, dari pertama kita kenalan di SMP. Tapi, tiba-tiba aja ada orang yang datang.

"Lo... pernah gak, sekali aja ngelihat ke arah gue?" Tubuh Mitha mendadak membeku. Ia sangat tahu situasi apa yang sedang ia hadapi saat ini. Tak ada jawaban dari Mitha, Hanif pun segera memasang helmnya dan menaiki motornya bersiap untuk meninggalkan daerah cafe itu.

"Seenggaknya pesan gojek atau grab. Telpon gue aja kalau ada apa-apa," baru saja Hanif ingin melajukan motornya, Mitha memanggilnya membuat ia mengurungkan niatnya.

"Yan! Tunggu!"

Hanif membuka sedikit kaca pada helmnya. "Lo..." ucap gadis itu ragu.

"Iya," potongnya seakan tahu pertanyaan apa yang akan dilontarkan padanya. "Sorry kalau gue buat lo bingung."

"Kita masih temanan kan?" pertanyaan bodoh itu di lontarkan oleh Mitha yang dijawab anggukan oleh Hanif.

Bertepatan dengan itu Jun datang, Hanif pun segera melajukan motornya pamit meninggalkan pelataran cafe itu. "Ngomongin apa tadi?" tanya Jun ingin tahu.

"Ohh, itu tadi ada tugas buat gue dari wali kelas," jelas Mitha berbohong. Tak mungkin juga Mitha mengungkapkan yang sebenarnya.

"Aku gak suka kalau kamu dekat-dekat Hanif,"

Mitha memutar bola matanya jengah. Padahal ia sudah berusaha agar tak membahas hal ini lagi. "Sama. Aku juga gak suka kalau kamu dekat-dekat sama Raya," balas Mitha tak mau kalah.

Absent in Online ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang