epilog

110 22 6
                                    

Cerita ini diakhiri dengan sudut pandang seorang Junata Aileen terhadap kejadian beberapa waktu yang lalu.

Selamat membaca

.




Epilog



Mitha

Rabu


Mitha : P

Mitha : Absen

Jun : Oke


Kamis


Mitha : Absen

Jun : Udah


Jum'at


Mitha : P

Jun : Udah absen td

Mitha : Besok-besok jgn telat lagi





Gue membaca pesan singkat yang sudah berlangsung sejak 3 hari belakangan ini. Awalnya gue memang lupa untuk absen hingga satu notifikasi itu muncul dan merubah niat gue. Untuk semester genap kali ini sekolah memang dilaksanakan secara daring karena peningkatan kasus Covid 19.

Sejak sekolah memutuskan hal seperti itu, gue sebisa mungkin untuk mengubah kebiasaan gue untuk tidak terlambat agar si "dia" gak perlu lagi buat ngingatin gue untuk absen. Setelah seminggu lebih gue masuk tanpa terlambat absen, untuk pertama kalinya, pada hari itu gue terlambat absen dan notifikasi itu datang membangkitkan semua memori yang terjadi di tahun kemarin.

Gue kangen.

Entah pada orangnya atau pada kenangannya.

Tapi, pesan terakhir yang "dia" kirim membuat gue paham kalau dia pasti gak nyaman di posisinya saat ini. Ya iyalah, bodoh. Mana ada orang yang nyaman chattan sama mantannya, apalagi cuma sekedar ngingatin buat absen. Ya, kecuali dia masih ada rasa.



Mitha

Jun : Iya, sorry



Kesalahan yang paling gue sesali sampai detik ini adalah yang terjadi hari itu. Seandainya gue gak bilang itu ke Raya, sekarang gue sama Mitha gimana ya? Mungkin kalian bakal ngumpatin gue atau apapun karena hal yang udah terjadi. Tapi gue paling nyesal saat gue tahu gue udah nyakitin dia sampai sedalam itu dan sampai sekarang gue masih berharapa bisa balikan sama dia. Apalagi setelah gue dengar semua hal yang terjadi pada Mitha beberapa tahun belakangan ini dari Hanif.

Iya, setelah gue dan Mitha memutuskan untuk gak bersama lagi tanpa gue sadari gue malah nemuin orang yang paling gue gak suka dan bertanya tentang beberapa hal yang gue dengar saat Raya dan Mitha bertengkar waktu itu.

Banyak kata-kata seharusnya dan seandainya setelah itu. Seharusnya gue gak ngomong ini ke dia. Seharusnya gue gak jemput Raya waktu itu. Seharusnya gue lebih utamain pacar gue dibanding orang lain pada saat itu. Dan mungkin, seharusnya gue gak nembak dia di saat perasaan gue goyah ke orang lain pada waktu itu.

Setelah Mitha dengan tegas meminta kejelasan dalam hubungan kami pada saat itu, gue agak sedikit kaget dan tetap bersikap seperti biasa di depannya pada saat itu. Mengalihkan topik lalu mengantarnya pulang. Gue pada saat itu sama sekali gak bisa mikir apa yang seharusnya gue lakuin. Hingga datanglah saran-saran dari ke empat teman-teman gue itu.

"Tembak aja lah cok, pas nembak kasih bunga sama coklat," - Bisma.

"Lu pikir valentine, norak amat! Mending lo bawain jajanan aja, biasanya cewek suka tuh kalau di kasih jajanan," - Tata.

Absent in Online ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang