part 16

81 40 10
                                    

Happy reading y'all











Pov Mitha

"Please jadi pacar gue Mit," Jun berjongkok sambil menunduk dihadapan gue sambil menyodorkan bouqet jajan yang ia pegang.

Jujur ini SANGAT SANGAT CRINGE, TAPI.... TAPI GUE SUKAAA karena ini beneran Jun yang gue kenal. Jun yang alay.

Gue mengambil bouqet jajan itu dari tangannya. Sontak ke empat teman Jun bertepuk tangan dengan meriah sedangkan Jun menghela napas bahagia.

Bisma memberikan 2 tote bag besar berisi jajanan yang gue suka.

"Ini nyonya jajanannya, silahkan dinikmati," ucapnya dengan watadosnya.

Gue gak bisa lagi ngontrol emosi gue di depan mereka semua. Pipi gue mungkin udah semerah tomat yang matang dengan sempurna.

Air mata gue juga mengalir tanpa diminta. Buru-buru gue menutup wajah gue dengan lengan gue dan memalingkannya dari mereka semua. Gue maluu tapi gue juga gak bisa menghentikan tangisan gue.

"Ehh kok nangis?? Maaf ya? Aku gak maksud kayak tadi. Tadi tu, arrgghg pokoknya hari ini aku juga pengen nembak kamu, tapi malah keduluan. Maafin aku ya?" Jun datang memeluk gue sambil mengusap rambut gue dengan lembut.

Gue gak salah dengar? Jun juga sekarang pakai aku-kamu. Ada sensasi rasa geli yang menjalar dari perut gue. Gue senang, tapi kenapa ya rasanya ada yang salah?

Author POV

Bisma, Surya, Kaisar, dan Tata saling berhadapan satu sama lain dengan tatapan yang sulit diartikan. Jun memberi isyarat agar mereka berempat meninggalkan mereka berdua disini.

Mitha melepas pelukannya duluan lalu berbalik badan membelakangi Jun sambil mengelap air matanya. Sementara lelaki itu berjalan ke depan gadis itu lalu menangkup wajahnya.

"Kenapa sih dari tadi gak mau dilihatin mukanya?"

"Gue malu,"

"Aku," ralat Jun cepat.

"Iya. Aku malu. Mata aku gak kelihatan kalau lagi nangis," Mitha masih menutup matanya dengan telapak tangannya.

Jun yang gemas melihatnya langsung menyingkirkan tangan Mitha yang menutupi wajahnya. "Mana? Masih cantik tuh. Lucu lagi,"

"Ih ngejek kan aslinya," tangan gadis itu terjulur mencubiti pinggang pemuda itu.

"Udah gak sakit perut lagi?" Tanya Jun mengalihkan pembicaraan.

"Aku tau tadi kamu bohong, tapi aku pura-pura gak tau aja," lanjutnya lagi. "Emang kenapa sih kalau misalnya nih ya, misalnya kita cuma komitmen aja?"

Mitha hanya mengedikkan bahunya. Bukan karena tidak tahu hanya saja ia malas menjawabnya.

"Aku gak akan kemana-mana," Jun memeluk Mitha lagi sambil mencium telapak tangannya kemudian menempelkan telapak tangannya ke dahi gadis itu. Mitha mengangkat kedua alisnya menatap lelaki di depannya itu dengan bingung.

"Jangan lucu-lucu gitu doang Mit, ntar aku beneran pengen cium nih. Aku kan maunya nyium kamu kalau udah sah,"

"Apa sih. Pulang gih,"

"Ciee telinganya merah. Baper yaa?" Goda Jun yang dihadiahi tabokan oleh Mitha.

"Yang mesra dikit kek. Kan udah pacaran," Jun menguyel-uyel pipi Mitha gemas.

"Aku pulang ya?"

"Iya," jawab Mitha seadanya.

Jun yang baru saja akan menaiki motornya kembali menurunkan satu kakinya. "Kok aku gak ditahan?"

"Lah??"

"Nanti aku kangen," kata Jun dengan ekspresi wajah yang sangat-sangat clingy menurut Mitha.

"Kan bisa video call,"

Pemuda itu memanyunkan bibirnya sambil memasang helmya dan mulai menyalakan mesin motornya.

"Habisin jajannya," kata Jun sedikit berteriak yang direspon anggukan oleh Mitha.

***

"Piwwiit," siulan itu menyambut Jun dan Mitha yang datang bersamaan. Bisma masuk di tengah-tengah keduanya sambil melingkar tangannya kepada keduanya.

"PEJE PEJE!!!!" teriaknya yang membuat atensi kelas tertuju pada mereka bertiga.

"Apa sih akh! Peje peje, bayar dulu utang lo sama gue. Tangan kiri lu itu mau gua patahin atau gimana?" Bisma langsung menarik tangan kirinya yang merangkul Mitha lalu menyatukannya dengan tangan kanannya meminta maaf kepada keduanya.

"Ampun kanjeng, saya salah,"

Raya yang sudah datang dari pagi bersama ketiga teman secirclenya langsung menarik Mitha berkumpul bersama mereka.

"Kok gak cerita cerita lu ha?" Semprot Raya.

"Gak mau tau, minggu ini traktiran di CT sih," timpal Yuna.

"Lo kapan jadiannya anjir?" Tanya Lia disertai anggukan Adel.

Mitha menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Ya.. sore kemaren gue jadiannya,"

"Gimana gimana pas ditembak," tanya Adel seperti ibu-ibu komplek yang kepo gosip-gosip terbaru.

"Woi woi ibuk woi!!" Riuh salah satu diantara mereka membuat Mitha harus menunda ceritanya.

.

.

"Oke anak-anak ibu cuma mau mengingatkan bahwasanya minggu depan kita sudah mulai ujian semester ganjil. Oleh karena itu ibu harap kalian mulai mencicil pelajarannya ya.." jelas guru yang mengajar saat itu menimbulkan hela nafas kecewa di antara para murid.

"Kalian udah kelas sebelas loh ya.. jadi nilainya haru ditingkatkan dari semester kemarin. Karena siapa tau kalian bisa lolos masuk peserta eligible saat kelas dua belas nanti,"

Kringggg

Suara bel istirahat membuat sebagian diantara mereka merapikan alat tulisnya bersiap-siap untuk keluar.

"Baik kita lanjutkan lagi ya," lanjut sang guru.

"Ibukkk," protes beberapa diantaranya.

"Loh? Bukannya bel pergantian pelajaran? Ibu dua jam pelajaran kan hari ini di kelas kalian?"

"Bukan buk. Udah bel istirahat ini," celetuk Jun membuat Mitha refleks menutup mukanya dengan buku yang ada di mejanya.

"Bukan cowok gue," gumamnya.

"Kalian ini gak sabar banget kalau istirahat, ya udah ibu pamit dulu ya. Silahkan lanjutkan istirahatnya," pamit guru itu.

Jun berdiri dari kursinya lalu berjalan ke arah meja Mitha sambil mengulurkan tangannya. "Ayok jajan,"

"Tangannya buat apa?" Tanya Mitha dengan polosnya.

"Tangan kamu, kamu tarok disini. Nanti kita pegangan tangan sampai ke kantin," ucap Jun menjelaskan sambil meletakkan tangan Mitha di telapak tangannya membuat para anak cowok ingin memuntahkan isi perut mereka.

Lia yang baper melihat kebucinan mereka berdua tanpa sadar mencubiti Adel membuat gadis itu merintih kesakitan. "Aaaaa gue baper tolong,"

"MINGGIR KALIAN BUMINYA MAU GUE LIPAT," teriak Bisma yang berjalan ke arah Jun dan menyenggol bahu Jun dengan sengaja hingga pemuda itu terhuyung ke depan karena tidak siap. Untung saja tidak jatuh.

"IRI? BILANG BABU!" balas Jun berteriak tak mau kalah.

Tanpa mereka tahu ada dua hati yang retak bersamaan melihat keduanya.
***

Dua hati?? Salah satunya kalian pasti tau. Yap benar. Abang kita yang sad boy. Hanif. Tapi satu lagi siapa ya?

Absent in Online ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang