part 22

73 38 10
                                    

klik tombol bintangnya manisss😙

.

.

Mitha melangkah memasuki kelas disusul oleh Hanif yang berada di belakangnya. Atensi salah satu pemuda yang sudah datang sebelumnya langsung teralih begitu keduanya datang.

"Apa?" tanya Mitha ketus begitu ia sadar Jun memperhatikannya. Yang ditanya sibuk memperhatikan Hanif dengan wajah jengkel hingga pemuda itu duduk di tempatnya.

"Lah Nip, tumben jam segini baru masuk?" tanya salah satunya.

"Ohh, tadi jam 6 gue udah ada sih disini. Cuma tadi keluar bentaran karena ada urusan,"

"Berangkat tadi bareng siapa?" tanya Jun yang kini menghadap ke arah Mitha sepenuhnya.

Dengan watadosnya Mitha menunjuk Hanif yang tengah sibuk menulis sesuatu di tempatnya. Dahi Jun mengkerut. "Kan tadi aku suruh pakai ojek,"

Selang beberapa detik setelah itu suara sepatu berhak itu terdengar mendekati ke arah kelas mereka membuat semuanya langsung bersiap di tempat masing-masing. Pertanyaan Jun hanya diabaikan oleh Mitha.

"Mit," panggil Jun berbisik.

"Yang," panggil pemuda itu lebih berbisik.

"Yang yang pala lo peyang," gerutu Mitha membatin.

Hingga waktu habis pun Jun tidak bisa fokus pada ujian yang ia kerjakan. Setelah guru pengawas keluar, tanpa aba-aba Jun langsung menarik Mitha ke lorong yang sepi.

Tak ada penolakan ataupun komentar dari mulut gadis itu. Ia hanya sibuk melihat ponselnya tanpa memperhatikan ekspresi Jun yang ingin mengeluarkan banyak pertanyaan dari mulutnya itu.

Pemuda itu langsung menyita benda pipih menyala itu dari tangan Mitha membuat sang empu protes. "Apa sih?!"

"Tadi kenapa kamu berangkatnya bareng Hanif. Kan kemaren udah janji gak akan kontakan sama Hanif kecuali masalah kelas."

"Kamu sendiri? Kemaren juga bilang nya gak akan dekat-dekat Raya lagi," balas Mitha mengungkit perkataan Jun yang kemarin.

Jun mengacak-acak rambutnya. "Iya, tapi kan dia lagi kesulitan. Aku cuma mau nolongin dia."

"Nolongin ya," ucap Mitha sarkas sambil mengangguk. "Apa aku harus kesusahan dulu baru bisa dapat perhatian kamu?"

Jun berdecak, bukan ini yang ia maksud. "Gak gitu loh. Kamu nih kenapa sih? Manja banget. Kamu gak kasihan sama Raya? Gimana kalau dia telat datang ke sekolahnya?"

Manja banget. Mitha terkekeh ketika dua kata itu terlontar dari mulut pemuda di depannya ini. Sama aja kayak yang kemaren.

"Kasihan? Sekarang aku tanya. Pacar kamu itu siapa? Aku atau Raya?"

"Ya kamu lah,"

"Terus kenapa kamu nanya aku kasihan apa nggak sama Raya? Harusnya yang kamu lebih prioritasin itu aku, bukan Raya. Yang harusnya kamu pikirin perasaannya itu aku bukan yang lain, Jun. Lagian kamu udah janji mau jemput aku. Terus dengan entengnya tadi pagi kamu mau antar Raya dan aku kamu suruh naik ojek. Otak kamu itu dimana?" Tanya Mitha terus terang.

Mitha mendengus sebal melihat tak ada respon apapun dari pacarnya itu. "Kalau kamu merasa aku terlalu mengekang kamu dan menurut kamu aku terlalu MANJA," ucapnya sambil menekankan kata manja, "Ya udah, mulai sekarang kita jadi teman aja,"

"Gimana-gimana?" tanya Jun mendelik.

"Iya, kita temanan aja kayak yang sebelumnya,"

"Nggak! Gak mau. Apa sih?" Jun mengacak rambutnya kasar. "Gak ada ya. Aku gak mau putus. Iya aku janji gak akan dekat-dekat Raya. Pagi ini yang terakhir. Janji," ucap Jun ngotot.

Absent in Online ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang