Setelah bel pelajaran terakhir , Jisoo bergegas menuju kelas sebelah untuk menemui Taeyong. Lelaki itu keluar kelas usai tak berselang lama pandangan ia edarkan untuk mencarinya. Ia mengekor di belakang demi mengejar jawaban atas rasa penasarannya serta menghindari tatapan Yoseul yang terang-terangan melempar tatapan benci selama pelajaran.
Gadis itu benar-benar mengintimidasinya padahal apa yang dikatakannya sama sekali tidak benar. Jisoo bukan gadis penggoda, apalagi demi mendapat atensi lelaki seperti Taehyung alias Vante. Tidak, dia bukan tipe Jisoo sama sekali walaupun wajah rupawannya tak terbantahkan.
Jarak Jisoo dan Taeyong berjalan menyusuri koridor ruangan ekstra tidak terlalu jauh walau Jisoo harus sedikit berlari untuk menyeimbangkan jarak. Sampai di kelas ekstra dance, seketika ia menaikkan pandangan pada asal suara saat leader club memanggil beberapa anak club dance di kelasnya. Taeyong . . . lelaki itu tampaknya sudah paham tanpa penjelasan darinya.
Tak ia duga, Taeyong menarik pergelangan tangan kurus miliknya usai menengok koridor tempat club ekstra sekolah mereka berada. "Kalian pemanasan dulu, okay? Saya ada urusan sebentar dengan Jisoo."
Teman-teman Taeyong tak menolak dan menurut, leher mereka beserta anggota tubuh yang lain dipersiapkan sebelum kelas dance dimulai.
"Ini pasti pembicaraanku dan Seulgi . . . maksudku, Yoseul, benar?" Dilihatnya Jisoo mengangguk. Kilat penasaran gadis itu membuatnya berpikir keras, kira-kira fakta apa saja yang musti ia simpan rapat. "Kau mendengarnya, kan? Manusia tidak sendiri, itu benar, Jisoo."
"Tidak. Bukan itu, aku ingin tahu di mana ayahku berada sekarang. Kau menyembunyikannya?"
"Lebih tepatnya kami melindungi Michael."
"Oke, terserah bagaimana kau menyebutnya. Taeyong, bawa aku pada Michael." Jisoo menatap tepat ke manik kembar lelaki itu penuh harap. "Aku butuh penjelasan darinya."
"Tidak sekarang, Jisoo."
Jisoo menggeleng. "Sekarang, Taeyong." Tanpa sadar kedua matanya berkaca-kaca. "Aku tidak ingin egois tapi aku tidak sanggup menghadapi ketakutan ini sendirian."
"Kau takut kehilangan Michael?" Dahi lebar Taeyong mengerut sedikit.
"Ya, tentu saja. Kasih sayangku padanya tidak pernah berubah sejak aku lahir. Aku hanya-bukan . . . ," Jisoo menggigit bibir bawahnya. "A-aku punya firasat buruk terhadap diriku sendiri."
"Banyak sekali kejadian janggal akhir-akhir ini sampai tak bisa membedakan mana kenyataan dan mana imajinasi dari cerita-cerita vampir yang pernah kubaca. Aku bingung bertanya pada siapa." Jisoo memohon dengan tangan di depan dada. "Bawa aku pada ayahku."
Taeyong menghembuskan napas berat. Tidak di sini, tempat ini terlalu ramai untuk menjelaskan perihal tanya yang diajukan Jisoo.
"Baiklah. Persiapkan dirimu, Jisoo." Lalu Taeyong beralih pada teman-temannya untuk berpamitan tak bisa mendampingi mereka latihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LURK (VSoo vers.)
Mystery / Thriller"Tapi tidak, sekali pun tidak akan pernah terjadi. Kuhentikan segera sebelum ketakutanku menjadi nyata, kehancuran semesta." (school, fiction, vampire)