LURK
** *
Koridor sekolah cukup ramai oleh siswa dan siswi. Ada waktu tiga puluh menit untuk Jisoo membaca buku favoritnya sebelum kelas Guru Hwang dimulai. Ia melangkahkan kaki menuju loker para siswa.
Tali ransel dilepas sebelah, mendekatkannya agar mudah dijangkau oleh tangan. Jisoo merogoh tempat pensil kemudian segera membuka pintu kecil loker usai menemukan kunci. Tak sabar untuk berkutat dengan novel karangan bertemakan 'vampir'.
Jisoo sangat suka tentang kisah fiksi, apalagi menyangkut makhluk-makhluk mitologi. Di era sekarang, sedikit sekali buku dengan tema makhluk mitologi seperti serigala dan vampir. Jika ada, mayoritas pengarangnya tidak menyediakan versi bahasa Korea. Jadi Jisoo memilih menyerah saja daripada harus pusing belajar bahasa Inggris.
Dan betapa senangnya saat awal tahun baru kemarin, ada seorang penulis menerbitkan buku pertamanya. Orang bilang, sih, karya masterpiece dari debutnya dalam salah satu karya sastra berupa novel. Pantas saja dijuluki karya terbaik, sebab kisahnya menarik dengan plot-twist mencengangkan. Tidak diduga para pembaca. Jadi best seller di awal tahun, betapa bahagianya si penulis.
"Dorrr!"
Jisoo terperanjat bukan main. "Apa-apaan! Aku kaget, Kim!"
Tawa dengan suara berat Kim Taehyung makin terdengar menyebalkan bagi Jisoo. Gadis itu memasang raut wajah sebal. Melempari lelaki itu dengan death-glare yang kemungkinan besarnya tidak mempan. Sebab Taehyung justru membalas dengan muka mengejek, menjulurkan lidah sedetik dan melangkahkan kaki secepat dan selebar mungkin. Kesempatan menghindari balasan berupa cubitan atau pukulan ala buku novel tebal milik Jisoo yang tebalnya tak bisa disepelekan. Cukup buat kepala puyeng.
Meski bukan pertama kalinya dijahili, keduanya belum masuk kategori dijuluki teman dekat. Cenderung sebagai teman karena bertemu dalam suatu kondisi yang mengharuskan. Mereka sudah dua tahun di bawah asuhan wali kelas yang sama, jadi sebut saja sebagai teman kelas.
"Dasar, Kim kampret Taehyung!"
Jisoo sebal tapi tidak melampiaskan kecuali cacian barusan. Tak ada gunanya meladeni, keanehan Kim Taehyung sepertinya sudah mendarah daging.
Kim Taehyung konyol dengan tingkah-tingkah absurd, tapi tetap banyak cewek di sekolah ini menaruh perhatian padanya. Misal, memberi sekotak makanan dengan harapan dapat menggaet si tampan itu.
Meninggalkan pembahasan tentang si Kim absurd, Jisoo duduk di bangku dalam kelas. Sampul novel miliknya selalu diperhatikan sebelum mulai membaca. Berpikir jika ada satu atau dua vampir di dunia ini, apa bisa bersanding dengan manusia dalam suasana damai? Atau justru kaum manusia dibuat terkekang oleh kecaman dari kenampuan para vampir?
Jisoo menanggalkan pertanyaan tersebut dan mulai membaca halaman terakhir dia melahap habis kata perkata. Tak terasa sudah setengah buku dalam dua hari. Mungkin satu buku bisa tamat dalam sehari. Tapi Jisoo enggan melakukannya karena pelajaran sekolah tidak kalah penting.
Tujuh lembar terlewati, Jisoo segera menengadah saat suara gaduh bergema dalam kelas. Seorang guru sudah tiba. Pantas saja para murid bergegas mengisi kekosongan puluhan kursi.
Guru Hwang memulai kelas sampai durasi habis tepat pada menit ke-90. Ia selesai memberi penjelasan. Papan tulis putih sangat penuh dengan tinta spidol hitam.
Catatan Jisoo tinggal menuntaskan sedikit karena sejak awal sudah menulis. Tangan diregangkan dengan mata mengitari kelas sunyi. Semua sibuk mencatat.
Jisoo mengalihkan pandang lagi, menemukan Kim Taehyung tengah serius mencatat. Jika jadi rajin seperti ini, Jisoo mungkin bisa jatuh hati. Kim Taehyung bisa menjadi lelaki sempurna jika tak ada tabiat jahil dalam diri.
Gelengan kepala spontan dilakukan Jisoo, merasa geli sempat-sempatnya berpikir begitu. Ia menelangkupkan kepala di antara dua siku. Guru Hwang masih diam di tempat, membalik buku pelajaran seraya mencari materi, mungkin? Dan Jisoo yakin itu untuk dikerjakan oleh muridnya di rumah. Pekerjaan rumah atau PR individu, seperti biasanya. Tak lengkap tanpa tugas, kata wanita berusia empat puluhan tahun itu.
Rambut hitam yang menjuntai hingga punggung diikat. Tiba-tiba merasa gerah di pagi hari begini, ia menatap langit dari balik kaca ventilasi. Jadi teringat perkataan nenek moyang dari mulut ke mulut yang disampaikan ibunya, mengenai hawa panas sering melingkupi sebelum awan menumpahkan air ke bumi.
Alih-alih gumulan awan mendung, justru awan stratus mendominasi langit. Persentase turun hujan minim sekali, paling sekadar mampu timbulkan rintik hujan tipis atau gerimis.
Jisoo terdiam, tanpa sadar sudah melamunkan pelajaran biologi. Menerka-nerka jenis awan yang muncul di pukul setengah sembilan hari ini. Sebelah tangan berpindah dari dagu, tak lagi menopang kepala.
Ia mengusak tengkuk, ada keganjalan suasana di sekitar. Jisoo meraih berbagai objek dengan mata almond-nya di seluruh sudut kelas. Seakan terjebak dalam dunia pantomim, hening dan semua mulut selayaknya dibungkam walau ada pergerakan. Detak jarum jam setiap detiknya keras mengalun di tengah atmosfer lengang. Indera pendengaran Jisoo spontan disibukkan untuk berhitung.
Entah mengapa seperti ada mata mengintai, Jisoo mendongak langsung tertuju pada arah belakang. Tepat sekali, hanya ada Lisa dengan tatapan bertanya.
"Kenapa menatapku begitu?"
Jisoo menggeleng tak berniat buka mulut lantas kembali menatap lurus ke depan tanpa ada sasaran fokus. Kim Jisoo mengusap tengkuk, selayaknya usai diusap dengan angin tak kasat mata. Merinding bukan main karena merasa dijadikan objek.
Tak puas dengan apa yang sebenarnya dicari. Tunggu...
... apakah Jisoo mencari sesuatu? Alih-alih seseorang?
.
.
.
Dictionary:
lurk
kkt. bersembunyi. to l. in the dark mengintai di tempat gelap. lurking suspicion kecurigaan yang tersembunyi.
Sumber:
https://www.google.com/amp/s/kamuslengkap.com/kamus/inggris-indonesia/arti-kata/lurk/ampVSoo Shipper?
Angkat kaki!
🤸♂Lanjut nggak?
KAMU SEDANG MEMBACA
LURK (VSoo vers.)
Mystery / Thriller"Tapi tidak, sekali pun tidak akan pernah terjadi. Kuhentikan segera sebelum ketakutanku menjadi nyata, kehancuran semesta." (school, fiction, vampire)