7

793 128 3
                                    

Vampir.

Makhluk immortal yang dideskripsikan berbagai pengarang dalam kisahnya, dengan kulit putih pucat seperti tanpa aliran darah, bertaring, dan bermata merah menakutkan.

Di dunia ini, tak ada yang mengetahui kebenarannya. Kecuali Michael Kim, Ayah Jisoo.

Ya, benar.

Keluarga kecil itu pernah tinggal di Inggris, tepatnya kota kecil bernama St. Davids dekat hutan belantara Brecons Forest. Yang ternyata dekat dengan salah satu 'sarang' makhluk-makhluk peminum darah itu.

"Jisoo!"

Teriakan gadis berambut blonde menyadarkan dirinya yang tengah serius membaca. Jisoo mendongak, sedikit terganggu tapi hanya bisa maklum. Lisa memang begitu orangnya, berisik.

"Kenapa teri-"

"Jisoo! Doyoung dihajar anak kelas sebelah!"

"Kau mengganggu, Lis. Apa hubungannya dengan-"

"Mereka memperebutkanmu!"

"Ada-ada saja. Kukira masalah penting. Kenapa tidak memanggil guru, sih?!"

"Semua guru dan staff ada rapat besar."

Jisoo mendengus, waktunya tidak tepat. Muridnya tidak diawasi sama sekali, tidak bisa jamin semuanya akan baik-baik saja. Dengan malas, ia mengikuti langkah Lisa. Nanti kalau ia sudah datang, pasti mereka berhenti. Kalau tidak?

Tunggu sajalah nanti.

Suara siswa-siswi serentak persis dengan pemandu sorak tim basket di sekolah. Bedanya, ini bukan tim melainkan perorangan. Jisoo tidak kepedean, sih, tapi apa mungkin Lisa berbohong? Lagipula, faedah dia berbohong tentang ini, apa?

Pertanyaan itu terjawab. Seusai Lisa mencari celah untuk melewati kerumunan, mata Jisoo nyaris keluar dari tempat. Doyoung masih memakai perban di kepala, tapi seseorang terus memukulinya hingga lebam hampir di seluruh area wajah.

"Doyoung!"

Jisoo mendekat, berusaha menghadang si lawan yang tampak kalap. Lengannya ditahan sekuat tenaga agar tak mendarat lagi di wajah Doyoung.

Ini lebih dari serius, pasti bukan lagi masalah terkait dirinya.

"Ya Tuhan!"

"Lee Taeyong! Berhenti!"

Kerah seragam Doyoung dilepas, cukup keras hingga terhuyung ke belakang. Spontan meringis begitu Doyoung memilih duduk di pelataran sekolah, mungkin tak tahan dengan rasa pusing. Tentu saja, baru hari ini masuk dalam keadaan perban masih berada di kepala, siapa yang tak pusing dapat pukulan bertubi-tubi.

Jikalau ada, Jisoo pikir, mungkin dia sungguhan Thanos.

"Taeyong, apa masalahmu? Terangkan baik-baik, jangan seperti ini! Doyoung masih masa pemulihan!"

Taeyong malah menyeringai. Napasnya naik-turun, menatap nyalang pada Doyoung yang masih betah di tempatnya.

Tak suka buang-buang waktu, Jisoo memilih menghampiri Doyoung. Abai pada Taeyong yang enggan menjawab.

"Ayo, kita ke UKS saja," ajaknya. Sembari menaruh lengan lelaki itu ke pundaknya, memapah Doyoung dibantu Lisa.

"Dia menguntitmu, Jis. Masih mau dekat-dekat dengannya?"

Jisoo memutar bola mata malas. Tak perlu berbalik, muak dengan tindakan tanpa naluri Taeyong. "Menguntit bagaimana? Dia tetanggaku, jadi wajar kalau sejalan-"

LURK (VSoo vers.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang