16

404 48 15
                                    

Flashback

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Flashback

Senja masih bertengger di langit ketika Lisa menaiki tangga menuju rooftop sekolah. Ia hendak menemui seseorang yang seringkali mengganggu harinya. Katakanlah Lisa salah karena hatinya lah yang musti disalahkan, bukan lelaki di depannya ini.

"Taeyong."

Lelaki itu berbalik, lantas mengulas senyum sebagai balasan. "Kau datang lima menit lebih awal."

"Aku bahkan rela menunggu di kafe depan sekolah untukmu."

Taeyong meringis dalam hati. Entah menyadari atau tidak, gadis itu masih sering menampakkan perasaan sukanya. Tak pelak membuat Taeyong merasa sedikit bersalah, sekaligus iba. Ia juga pernah ditolak, diabaikan, bahkan dikhianati.

Netra cokelat Taeyong berubah sendu, menatap dari samping wajah Lisa yang tengah memandang lurus gedung-gedung pencakar langit, tampak kecil dari jarak jauh.

"Aku berterimakasih untuk semuanya, Lisa. Maaf, lebih baik kita seperti ini saja. Melibatkan perasaan sebagai teman atau sahabat, tidak lebih."

"'Karena aku menyayangimu, lebih baik kita menjalani persahabatan. Satu-satunya jalan untuk tetap menjaga utuh hatimu dan menghindarkannya dari luka. Berat mengatakannya, tapi aku sudah memiliki pasanganku sendiri kelak.' Koreksi kalau aku salah." Lisa mengatakannya dalam satu tarikan napas. Hapal diluar kepala satu poin penting mengapa Taeyong menolaknya.

Lalisa bukan tipe gadis dengan rasa gengsi yang menyembunyikan perasaan suka pada seseorang. Ia akan mengatakannya sesudah mencoba berkenalan lebih jauh pada orang tersebut. Salah satu dari dua siswa lelaki yang pernah mengalami hal langka ini adalah Taeyong.

Entah harus merasa bangga atau sedih, ia pun sempat tak berkutik kala gadis berponi tersebut mengutarakan cinta. Taeyong tak bisa merusak tatanan takdir yang sudah ada dengan melakukan pelanggaran. Werewolf di usia setengah abad memang sudah seharusnya menikah dengan pasangan yang ditakdirkan dan diketahui oleh ramalan ahli nujum dari kaumnya. Lalu ia teringat perkataan Zaoui Baerava sebelumnya, bahwa Taeyong akan bertemu sang belahan jiwa.

"Kau seperti saudariku, Yoanna. Pola pikirnya sedikit menyebalkan, namun otak kecil itu cepat sekali merekam sesuatu."

Lisa tersenyum. "Setidaknya untuk hal sepenting itu, aku menyimpan dengan baik. Mungkin itu juga yang dilakukan Yoanna."

Lelaki bersurai abu itu tak menyangka Lisa menganggap perkataannya beberapa bulan lalu adalah hal penting yang musti disimpan dalam kenangan. Mengapa ia baru sadar bahwa Lisa setulus ini?

"Kau manusia murni yang tidak pernah memanfaatkan jati diriku untuk kepentingan kaummu. Lalisa yang mengerti dan memahami kelompok minoritas seperti kaumku. Terimakasih banyak, Lalisa."

Kedua netra mereka bertemu. Taeyong ingin menerapkan apa yang dilakukan Lisa. Bukan hanya merekam kata yang terangkai dari bibir gadis itu, ia memotret senyum lebar Lisa untuk dikenang. Karena tahu, bahwa kehidupannya tidaklah menetap hingga lebih dari 2 tahun. Ia tidak tahu ancaman apa yang akan mengusik hidupnya hingga harus pindah kota, bahkan negara sekalipun.

LURK (VSoo vers.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang