14

397 76 6
                                    

Jisoo meletakkan sebelah tangan di dahi, berpikir keras demi mendapat ide agar bisa lolos dari hukuman. Jalan satu-satunya apa lagi, jikalau bukan merancang alasan beserta penjelasannya?

Sepasang mata kecoklatan Jisoo bergulir menatap Taehyung yang tengah menengadah sembari kedua tangan di balik kepalanya. Bersandar santai di kursi depan meja guru BK, Choi Seunghyun. Tanpa rasa bersalah, justru memejamkan mata.

"Yak!" Jisoo menahan teriakan, namun mengencangkan pukulan pada kepala Taehyung. "Kau tak merasa bersalah sama sekali?!"

"Aduh! Kau ini kenapa?!" Taehyung mengelus kepalanya. "Untuk apa merasa bersalah? Bukankah kau untung, bisa berciuman dengan orang tampan?"

Jisoo melotot kesal. "Wah, benar-benar ... tidak tahu diri, kau bukan orang-"

Pintu ruangan berdecit cukup kencang. Perkataan Jisoo terhenti dan ia membenahi posisi duduknya. Meremat ujung rok seragam kuat-kuat, dilanda ketakutan.

"Siapa namamu?" Suara berat Guru Choi terdengar sembari langkahnya yang makin mendekat. Lalu mendudukkan diri di depan mereka berdua.

"Saya K-kim Jisoo." Volumenya terdengar rendah, akibat ragu dan takut dalam diri, nyalinya menciut walau sekadar menatap ke arah si penanya.

"Kim Jisoo kelas XII IPS 1?"

Jisoo mengangguk. "G-guru, saya-"

"Kau?"

Kata itu Guru Choi ajukan pada Taehyung. Lelaki itu bersidekap, santai dan tampak tak bersalah sama sekali. Membuat Jisoo diam-diam ingin menarik dengan kuat rambut vampir jadi-jadian itu. Kalau kekesalannya terbayarkan hingga seluruh helai rambut Taehyung tercabut dari kepalanya, Jisoo takkan segan untuk praktek langsung. Mengingat ada orang lain di sana, ia segera mengurungkannya.

Heol. Jisoo bahkan sampai lupa bahwa dia sudah berkali-kali melihat dengan mata kepalanya sendiri, sepasang netra itu berkilat merah pekat, lalu dalam sekejap seketika menggelap. Seperti mata manusia pada umumnya.

"Kim Taehyung, satu kelas dengan Jisoo."

Guru Choi meletakkan buku tebal beserta bolpoin di atas meja. Jisoo bukan sok tahu, tapi ia pernah melihat Jennie, teman sekelasnya yang ikut organisasi pernah membawanya ke kelas. Itu adalah buku besar tahunan untuk mencatat pelanggaran yang pernah dilakukan siswa di sekolah ini. Dari yang paling ringan, hingga terberat, yakni dikeluarkan dari sekolah.

"Baiklah."

Suara berat gurunya membuat Jisoo makin terpojok, bingung hendak memberi jawaban apa. Perasaan takutnya semakin membuncah, sepasang mata mulai memanas. Jisoo menolak dihukum lagi, dikurung di dalam rumah, ia tidak suka.

"Kalian punya hubungan apa?"

Pertanyaan tak terduga. Jisoo mengangkat kepala, menatap Guru Choi ragu. Dirinya tak salah dengar, kan?

"Kenapa diam?" Guru pembimbing konseling itu mulai menaikkan intonasi kalimat. Kemudian menghela napas, berusaha menahan emosi tanpa melepas tatapan dari dua murid di hadapan. Terutama Jisoo yang sering menunduk. "Sejak kapan kalian menjadi sepasang kekasih?"

"G-guru, kami t-tdak-"

"Sejak kami bertemu di sekolah ini, berarti... dua tahun yang lalu," jawaban enteng itu keluar dari mulut Taehyung. "Kami jatuh cinta pada pandangan pertama. Iya, kan, Jisoo?" lanjutnya sembari menatap tajam Jisoo yang mulai berkaca-kaca.

"G-guru Choi! Itu t-tidak benar sama sekali!"

Perkataan Jisoo hanya sampai situ. Entah mengapa yang ada di otaknya tak bisa dikeluarkan dari lisan. Belum lagi tatapan datar Guru Choi, berkali lipat nyalinya menciut.

LURK (VSoo vers.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang