GR : 18

1.2K 67 3
                                    

Dengan segala buku yang berceceran, Adis bersandar dengan pasrah. Ife yang masih membaca buku dengan seksama. Imel yang mencari materi melalui sumber internet dan juga Kaila yang mengetik.

“Males gue kalo udah ada tugas beginian. Kek orang kuliahan aja!” dumel Adis.

Ife terkekeh lalu berkata, “Nikmatin aja.”

“Mata lo nikmatin,” kesal Adis.

Dan seperti biasa, rumah Adis lah yang menjadi sasaran empuk perkumpulan para ciwi-ciwi.

Imel sendiri sudah menggerutu dari tadi. Tak menemukan sumber yang pas. Dengan kasar dia mendorong laptop.

“Dahlah males, laper pen jalan-jalan!” ucap Imel ngaco.

“Maskeran enak kali yah,” usul Kaila yang sedari tadi fokus mengetik.

“Boleh-boleh, Kuy lah gasskeunnn!”

Keempatnya beranjak dari tempatnya menuju kamar Adis. Meninggalkan segala kertas, juga laptop yang tergeletak begitu saja.

Ife sendiri mulai membasuh mukanya terlebih dahulu. Maskeran siang-siang. Tidak apa-apa yang penting enjoy!

Namun saat Ife akan menguncir rambutnya Kaila berteriak heboh. “Anjay Ifeee!” seru Kaila heboh.

Bingung, tentu saja. Ife menatap Kaila dengan alis bertaut. Begitupun yang lainnya. Kaila sendiri mengode pada Adis juga Imel supaya melihat kearah leher Ife.

Sadar arah tujuannya Ife membulatkan matanya. Astagaaa, kenapa lupa! Ringis Ife dalam hati.

“WAH IFE DIEM-DIEM MENGHANYUTKAN!” pekik Imel lebih heboh.

Malu? Sangat. Semua ini Gerard punya pasal! Tanda itu belum juga menghilang karena baru kemarin sore. Tidak merah hanya tinggal bekasnya yang menghitam.

“Aktif ya bund!”

“Langsung gas aje blom juga qobiltu.”

“Liar juga si Gerard ternyata.”

“Cowok mah gitu, alim diluar beda lagi kalo didalem. Topeng doang.”

Ingin menghilang rasanya sekarang juga. Siapapun tolong tenggelamkan Ife sekarang juga kerawa-rawa!

Melihat Ife yang malu dengan wajah yang memerah justru menjadi hiburan tersendiri bagi mereka. Lihatlah bahkan mata Ife sudah berkaca-kaca.

“J-jangan gitu, hiks—”

“Ehh pan nangis,” bingung Adis.

“Maluuu, hiks—” Ife menutup wajahnya dengan tangan, berjongkok disudut kloset.

Ingin rasanya tertawa keras namun kasihan. Ife si cengeng jika ditertawakan malah semakin keras tangisannya.

Adis berjongkok didepan Ife dan membuka tangan Ife yang menutupi wajahnya. “Sstt udah. Kita becanda, jangan nangis nanti kalo ketuan Gerard, lo nangis karena kita yang ada kita yang di cecar,” ujar Adis menenangkan.

“Gapapa, asal jangan bikin ponakan dulu buat gue, gue belum siap kalo ponakan itu dari lo.”

“IH!”

°•°•°

“Kakak, makan dulu,” panggil Umma.

Ife yang berada dikamar lekas keluar dengan piyama yang dia kenakan. Berjalan menuju dapur yang ternyata makan malam kali ini duduk lesehan dibawah.

Dan Ife lebih suka begini dari pada dimeja makan. Kebersamaan saat duduk lesehan lebih dapat dari pada duduk disofa atau dibangku. Right?

Bukan berarti dirumah Ife tidak ada meja makan. Ada, tapi memang jarang dipakai. Dipakai paling ketika ada acara atau atau ada tamu.

GERARD : Tempramen Boy! (HIATUS!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang