GR : 23

1.2K 66 1
                                    

Di UKS Gerard dengan telaten mengobati luka memar pada dahi Ife. Tentu dengan terus mengoceh yang malah membuat Ife menyunggingkan senyumnya.

“Lagian lo gimana si! Masa dari semalem gak sadar kalo ini memar!” omel Gerard.

“Memar ini juga ada kan karena lo.”

Sontak jawaban yang Ife lontarkan membuat tangan yang tadinya mengoles salep kini terhenti. Menatap Ife intens lalu menghela nafas.

“Tapi seenggaknya lo sadar!”

“Saking seringnya gue disakitin, luka kayak gini kecil menurut gue jadi gak kerasa, mungkin itu salah satunya,” ucap Ife yang lagi-lagi membuat Gerard terdiam ditempat.

“Padahal lo juga kan bisa liat di jidat gue ada luka atau nggak. Lo aja nggak sadarkan?”

Gerard menggeram marah. Menekan luka Ife dengan kencang membuat sang empu meringis. “Lo sengaja ya mancing gue?” tanya Gerard berusaha tenang. Membungkukkan badannya, mensejajarkan posisi dengan Ife yang terduduk di brankar UKS.

“Luka ini...” tangannya menekan memar itu, “Nggak akan ada kalo lo nurut sama gue!” kata Gerard tajam.

“Jadi disini bukan cuma gue yang salah, lo tau gue orangnya gimana. Lo yang sering mancing gue untuk berbuat yang jelas itu nyakitin lo!” Setelah berucap itu Gerard beranjak meninggalkan Ife yang hanya terdiam.

Padahal dia yang salah. Ife tersenyum miris.

°•°•°

Dikamarnya Ife sedang berbaring telungkup sembari menonton film barat dari laptop. Ini sudah malam, namun tidak larut.

Tiba-tiba saja suara pesan masuk mengalihkan atensi Ife. Dirinya mengambil ponsel yang tidak jauh darinya. Ketika melihat siapa pengirim itu membuat Ife menyunggingkan senyumnya.

Katakanlah Ife bodoh, dirinya masih begitu sayang dan cinta pada seorang Gerard si tempramen yang arrogant. Benar memang bego dan cinta tidak beda jauh.

Gerard🖤
w nngkrng

2 kata yang begitu singkat benar-benar membuat hati Ife berbunga. Nyatanya Gerard disana seolah-olah sedang melapor kegiatannya. Jarinya dengan lihai mulai mengetik.

Me:
Iya, hati-hati. Jangan pulang malem-malem
Read

Pesannya langsung terbaca!

Ife menunggu masih dengan senyum yang terukir. Namun, 1 menit, 2 menit, 3 menit, sampai setengah jam Ife menunggu tak ada balasan apapun lagi. Bibirnya mengerucut.

“Tinggal ngetik doang padahal apa susahnya. ‘iya sayang’ gitu,” gumam Ife mencibir.

Kruyuk ....

“Astaga kok laper,” gumam Ife mengusap perutnya yang berbunyi.

Tanpa berpikir panjang Ife beranjak menuju dapur. Guna mencari makanan simple yang bisa dia makan. Tangannya membuka lemari atas dapur, biasanya disana terdapat stok mie.

“Samsek nihil,” gumam Ife cemberut.

“Keluar aja deh.”

Namun sebelum itu dia kembali ke kamar memakai celana panjang juga hoodie. Udara malam sangat tidak baik untuknya.

“Bilang Umma dulu gak yah ... gak usah deh, orang sebentar doang kok. Toh Ummanya udah tidur.”

Kaki jenjangnya melangkah menuju garasi rumah, terdapat sepeda ontel yang selalu menjadi kebanggaan nya. Tangannya dengan lihai mengambil sepeda itu, keluar dari rumah. Dia lambat namun tidak jug cepat, kayuhannya begitu pas angin malam yang menurutnya begitu dingin.

GERARD : Tempramen Boy! (HIATUS!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang