GR : 15

1.4K 66 6
                                    

Bukan hidup namanya jika tiada rasa
Rasa tidak lengkap jika tiada luka
Menyerah bukanlah solusinya
Tetap semangat menghadapinya


~Azoeyla_

°•°•°

3 hari sudah Ife dirawat dirumah sakit, dan sore ini rencananya dia akan pulang. Senang? Tentu saja. Bosan rasanya jika berlama-lama diruangan serba putih berbau obat-obatan ini.

Rasanya seperti dipenjarakan dalam sebuah ruangan. Meskipun Ife sudah sering beekunjung ke tempat ini namun tetap saja rasanya dia begitu bosan.

“Makan dulu yah,” kata Umma seraya memegang mangkuk berisi bubur.

“Hambar, Umma.” Ife menggeleng tanda tak mau. 3 hari dirawat Umma nya selalu menyodorkan bubur.

Pagi makan bubur, siang makan sup bening dan makan bubur lagi. Ntah apa yang terjadi dengan rumah sakit ini.

Inilah yang Ife tidak suka ketika berada dirumah sakit. Dia tidak bisa makan enak! Ada bubur rasanya hanya hambar, jika ingin manis campur saja kecap.

“Namanya juga orang sakit, kalo makan ya pasti hambar toh, Kak,” ujar Umma.

Ife mengerucutkan bibirnya kesal. “Bukan Ife nya, Umma. Tapi emang buburnya hambar. Ife pengen makan seblak,” ucap Ife ngaco.

Mana ada orang yang baru keluar rumah sakit dengan keluhan sakit pada bagian perut pulang-pulang langsung makan seblak!

Hush! Ya gapapa kalo kamu pengen disini lama-lama. Toh kamu yang ngerasain sakitnya bukan Umma.” Ife terdiam. Benar memang kata Umma nya.

Umma menatap Ife dalam. “Mau? Umma pesankan sekarang.” Umma mengambil ponselnya yang berada dinakas.

“Ih Umma!”

“Kenapa toh?” tanya Umma sok polos.

“Gak mau!”

Umma tertawa kecil, melihat putrinya merajuk begitu lucu. Umma menghampiri Ife dan duduk di brankar tepatnya disisi Ife.

Mengusap kepala Ife dengan sayang, dan mengecup dahi Ife lembut.

“Nurut yah.” Ife mengangguk membuat Umma tersenyum hangat.

“Makan ini dulu, kalo udah mendingan nanti boleh makan seblak lagi, tapi jangan banyak-banyak dan nggak terlalu pedes,” kata Umma dengan lembut.

Ife tersenyum manis menatap Umma. Wanita hebat yang selalu menjadi kebanggaan Ife. Dari dulu, sekarang, hingga nanti bahkan selamanya!

Umma mulai nyuapi Ife dengan telaten. Sebenarnya Ife bisa saja makan sendiri namun Umma tetap bersikeras ingin menyuapi Ife.

“Assalamu'alaikum!”

Ife menatap kearah pintu, yang ternyata disana sudah ada Gerard dengan Bunda dan juga Ayah yang menggendong Ais.

“Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh! Eh Bu Andin toh, tak kira Abba Ife.”

Bunda Andin hanya mampu tersenyum manis. Dan menyalami Umma ala ibu-ibu. “Maaf yah baru sempet jenguk, kemarin lagi sibuk banget,” ucap Bunda tak enak.

“Eh gapapa toh, Bu.” Umma menatap Ife yang masih setia duduk dengan Gerard disampingnya.

Umma mempersilahkan Bunda Andin dan Ayah Aryo masuk. Bunda sendiri langsung menghampiri Ife.

“Gimana keadaannya sayang? Udah baikan?” tanya Bunda.

Ife mengangguk. “Alhamdulillah, Bunda. Sore ini akukan balik,” jawab Ife dengan senyuman lebarnya.

GERARD : Tempramen Boy! (HIATUS!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang