GR : 22

1.1K 65 4
                                    

“MAKSUD LO APA?!” bentak Gerard.

Ife yang tak tau apa-apa hanya mampu menunduk.

“G-gue gak paham m-maksudnya g-gimana?” tanya Ife terbata.

Gerard berdecih pelan. Melempar ponselnya pada Ife.

“BACA!”

“Gue yakin mata lo gak buta!”

Ife tersentak ketika sebuah handphone melayang kewajahnya. Tidak sampai jatuh karena tangannya yang cepat meraih.

Disana terdapat room chat dirinya dengan seseorang. Terkejut? Jelas. Sejar kapan Gerard menyadap ponselnya. Pandangannya beralih pada Gerard yang masih dengan tatapan tajam menghunus.

“L-lo nyadap hp gue?” tanya Ife tak percaya.

Gerard tersenyum sinis. “Kenapa? Takut lo kepergok lagi chattan sama selingkuhan lo?”

Ife menggeleng tak percaya. Perlahan senyuman miris terpatri dibibirnya. “Gak nyangka gue. Kenapa? Lo gak percaya sama gue?”

“Persetan sama percaya! Gue tanya maksud lo apa?!”

“Gue harusnya tanya maksud lo sadap hp gue! Lo gak ada hak! Hargai privasi orang! Lo bukan siapa-siapa gue!” ujar Ife dengan sedikit nada tinggi.

Gerard mencengkram tangan Ife kuat, menatap Ife dengan tatapan elangnya. Gerard menipiskan jarak antar keduanya. Rahangnya mengeras bahkan matanya memerah karena aramah. Berdoa saja semoga Gerard tidak lepas kendali.

Satu tangan yang tadinya mengepal kini mencengkram pipi Ife. Kepala Ife tertoleh kesamping akibat ulah Gerard. Meringis pelan merasakan sakit karena kuatnya cengkraman Gerard. Seketika nyalinya menciut, salah sekali jika Ife melawan Gerard dalam keadaan emosi.

“Dengerin gue baik-baik. Gak ada yang boleh milikin lo selain gue, gak ada yang bisa dapetin lo selain gue, dan gak ada orang yang bakal bersanding sama lo selain gue!” desis Gerard tepat ditelinga Ife.

“Lo tanya siapa gue? Gue. pacar. lo!” tekan Gerard, menguatkan cengkraman pada pipi Ife.

Akh!” pekik Ife kesakitan.

Senyum miring menghiasi wajah Gerard. Hawa yang tadinya panas kini lebih terasa mencekam. Wajah yang Gerard tunjukan saat ini begitu mengerikan.

“Gue peringatin sekali lagi! Jangan pernah main-main sama gue! LO MILIK GUE!”

“GUE BUKAN MILIK LO!” bantah Ife cepat.

Bugh!

Kepala Ife terbentur dinding dibelakangnya dan itu ulah Gerard. Ife memejamkan matanya erat menahan sakit sekaligus pusing yang langsung melanda. Nafasnya memburu, menatap Gerard dengan pandangannya sendu.

“Kenapa?”

Gerard diam.

“Gue terima semua ke posesif an lo, gue terima semua perlakuan lo, tapi apa lo gak mikir gimana rasanya jadi gue?”

“Gak!”

“Gimana kalo gue capek ngehadepin sikap lo yang terus semena-mena?”

“Lo gak capek!”

“Gue manusia!”

“Dan lo milik gue!”

“GUE BUKAN MILIK LO!”

“TURUNIN NADA BICARA LO AOIFE!!!”

Ife bungkam. Kembali memejamkan matanya dan menangis tanpa suara.

“Gue tanya siapa dia?” Kali ini nada Gerard terdengar lebih lembut dari pada tadi.

Namun, tidak ada jawaban dari Ife membuat Gerard lagi-lagi harus menahan emosinya. Tangannya membelai wajah Ife lembut, mengusap air mata yang tumpah pada mata lentik gadis cantiknya.

GERARD : Tempramen Boy! (HIATUS!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang