TIGA~

9 5 0
                                        

Haii

Jangan lupa vote dan komen!

Happy reading.

_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_

"Terkadang butuh ketenangan,tapi aku benci kesepian"

Ananta menepikan mobilnya setelah melewati lampu merah. Ananta keluar dari mobil,lalu berjalan ke arah halte,hendak menemui orang yang ia kenal.

"Tian," panggil Ananta saat sudah berdiri di samping orang itu.

Orang itu menoleh,lalu raut wajahnya menampilkan orang terkejut.

"Ananta?" tanya orang yang sudah berdiri menghadap Ananta.

Ananta mengangguk senang,kemudian merentangkan tangan. Lelaki yang dipanggil Tian itu langsung memeluk Ananta dengan erat.

"Buset,kangen banget gua,Nan," ucap Tian.

"Sama," balas Ananta dalam dekapan.

-Reza Septian Davies,lelaki dengan wajah sedikit bule-ingat sedikit-ini adalah teman main Ananta kecil di Jogja. Karena sedari kecil Ananta selalu ditinggal di rumah sendiri-walaupun ada Bi Ratih-jadilah ia selalu membawa teman-temannya main di rumah. Mengingat rumahnya memang besar. Sebenarnya bukan hanya Tian,masih ada 3 lagi teman Ananta. Tapi,saat Ananta memasuki SD kelas 3,Ananta dan keluarganya pindah. Alhasil mereka berpisah dan sudah lama Ananta tak bertemu.

Mereka mengurai pelukan itu. Ananta tersenyum bahagia. "Muka lo kok gak berubah,sih,dari kecil."

"Yee,emang mau gimana lagi? Berubah jadi monyet,kaya lo ngejek gua dulu?" Tian mendengus kesal.

"Eh,iya,dulu gua suka ngejek lo gini kalo lagi marahan,dasar Tian demongkey." Ananta terbahak.

"Terus aje ketawa."

Ananta meredakan tawanya. "Eh,gimana kabar lo?"

"Baik. Lo gimana?" tanya Tian balik.

"Ya,kaya gitu-gitu aja,sih. Ini lo mau kemana?"

"Mau pulang lagi nunggu bus," jawab Tian.

"Loh,rumah lo di mana? Kok naik bus?"

"Di perumahan Griya Ganda 2. Gua baru pindah,kalo bawa motor belum tau jalan."

"Oh. Pas banget,gua pulang lewatin perumahan itu. Bareng yok!" ajak Ananta.

"Lo naik apaan,Nan?" Tian melihat sekitar Ananta tak ada kendaraan terparkir.

"Mobil. Noh,di sono gua parkirnya. Gak deket sini lah,ini kan lampu merah,tolol." Ananta menunjuk ke arah ia memarkirkan mobil.

"Ihh,kasar."

"Udah ayok bareng." Ananta menarik tangan Tian untuk pulang bersamanya.

Tian duduk di kursi sebelah Ananta yang mengendarai mobil. Selanjutnya,mobil itu sudah berjalan dengan kecepatan sedang.

"Kapan pindahnya lo?" tanya Ananta sambil menyetir.

"Baru minggu kemarin,sih. Hari ini juga baru masuk sekolah," jawab Tian sembari menoleh.

"Kok lo gak bilang mau pindah." Ananta melirik Tian sekilas.

"Gimana mau bilang,kita aja gak pernah saling tukar nomer hp. Bener-bener lost contact kita,Nan," ucap Tian.

"Iya,ya. Di sana yang lain gimana,tuh?" Ananta mengingat dulu mereka bermain berlima.

"Jani sama Farid masih di Jogja,masih sering main gua sama mereka sebelum pindah. Tapi si San-San waktu lulus SMP pindah,gua gak tau pindah kemana. Nomer hp-nya juga udah gak aktif,kayanya ganti,deh," jelas Tian.

Tanpa Judul [ANANTA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang