Hallo!!!
And ... finally!Apa kabar?
Langsung aja, ya. Jangan lupa vote sama komen, oke?
Happy reading!
_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_
"Sesuatu paling indah itu bunga tulip dan pantai, dan ... kamu."
Ananta menginjakan kakinya di permukaan pasir. Bibirnya melengkung tinggi ke atas. Tangannya menggenggam bunga. Rambutnya berterbangan mengikuti alur angin itu berhembus.
"Hai air! Hai pasir! Hai ombak!" Ananta melambaikan tangan, menyapa.
Ananta berjalan mendekat hingga kakinya terendam air sebatas mata kaki.
"Maaf, ya, aku sering ke sini. Soalnya aku suka. Di sini tuh, tenang banget. Aku bersyukur Tuhan menciptakan kamu dengan indahnya." Ananta bergumam pelan seolah berbicara dengan ombak tenang dan seluruh kelengkapannya.
Ananta mundur, lalu mendudukan diri di pasir halus. "Kapan ya, aku bisa ke sini sama Papa dan Mama?"
Ananta mengedarkan pandangnya ke sekeliling pantai. Tidak ramai, namun ada orang. Ananta tertunduk, memandangi bunga yang seolah menjadi temannya.
Dalam hening, tiba-tiba ponsel Ananta berdering. Ada panggilan suara masuk dan nama 'Tian' tertera di sana. Ananta mengangkat.
"Hallo. Kenapa, Ian?"
"Lagi ngapain, Nan?"
"Lagi napas, lagi duduk, lagi megang HP, lagi buka mata, lagi angkat telpon, lagi ngobrol sama orang tengil."
"Yang bener, anjir! Lo lagi ngapain?"
"Ya lagi telponan sama lo, lah," jawab Ananta kesal.
Tian di seberang terdengar menghela napas. "Iya udah, terserah lo deh. Lo dimana?"
"Kepo nih, kek Dora."
"Sabar, Tian, sabar .... Temen lo emang agak ngeselin. Yang bener, Ananta! Lo lagi dimana?!" Tian menekan kalimat tanyanya.
Ananta tertawa. "HAHAHAHA. Gua lagi di pantai, Septian ...," jawab Ananta akhirnya.
"Yeee, tinggal jawab gitu doang susah bener. Kan kalo lo langsung jawab kaga bakal selama ini telponnya, pulsa gua gak kepake banyak." Tian mendengkus kesal.
"Yailah, pulsa lo berapa si? Sini gua bayarin," ucap Ananta dengan nada sombongnya.
"Songong lo!"
Ananta kembali tertawa. "AHAHAHA. Lagian, lo ngapain si, nelpon gua?"
Tian berdeham. "Coba liat ke belakang, di samping pohon kelapa ada kursi. Nah lo liat tuh!"
Ananta mengerutkan kening. Gadis itu menoleh ke belakang, mengikuti arahan Tian. Seketika matanya membola bersama ekspresi terkejut yang spontan.
"Tian?!" kaget Ananta.
Di kursi itu ada seorang pemuda yang sedang berduduk santai seperti di pantai, yang memang di pantai. Tak ketinggalan dengan wajah tengilnya dan kacamata hitam yang bertengger di hidung lelaki itu.
Terdengar Tian yang tiba-tiba tertawa. Ia tertawa karena meski jarak yang cukup jauh, ekspresi terkejut Ananta terlihat jelas dari sana dan itu lucu.
Ananta masih terdiam. Mulutnya terbuka, keningnya mengerut, dan matanya yang masih membola, itu yang terlihat jelas oleh Tian.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tanpa Judul [ANANTA]
Novela Juvenil"Memandangi, mengamati, dan mencintaimu dalam diam adalah ilusi paling asli dalam kisahku." Ananta Isvara Brechtje, seorang gadis remaja blasteran Belanda yang mencintai Arjuna secara diam-diam. Arjuna Khandra Widyanata adalah seorang remaja laki-la...