Haiiiii
Apa kabar, bestie?
Jangan lupa vote+komen!
Happy reading!
_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_
"Tanpa siapa pun tau, seorang gadis tiba-tiba meneteskan air mata."
Saking asyiknya memperhatikan gadis itu, Arjuna tak menyadari ada beberapa orang yang mendekat ke arahnya dari belakang. Arjuna terpenjat saat pundaknya di tepuk. "Woi, ngapain masih di sini lo?"Arjuna menoleh. Tama yang menepuk dan bertanya. "Gak." Arjuna turun dari motornya.
"Ayo ke kelas," ajaknya.
Arjuna lebih dulu berjalan, diikuti yang teman-temannya di belakang. Beberapa siswi di koridor menyapa. Tama dan Mikail berjalan sambil merangkul, di depannya Arjuna dan Dewa yang berjalan dengan satu tangan di saku.
Seperti biasa, Arjuna dengan tatapannya yang lurus ke depan, Dewa yang berjalan angkuh dengan dagu terangkat, Tama yang membalas sapaan dengan senyumnya dan satu alis terangkat, dan Mikail yang dengan senang hati membalas sapaan siswi-siswi Elvander.
Sampai di kelas mereka langsung duduk di tempatnya masing-masing. Mereka semua satu kelas. Tentu karena satu kelas persahabatan mereka dekat sekali.
Tadinya, Arjuna hanya bersahabat dengan Mikail, tapi saat SMA, sahabatnya bertambah Tama dan Dewa. Terbentuknya persahabatan mereka pada kelas X. Arjuna yang tak terlalu jago bergaul, hanya mengikuti Mikail yang ramah pada semua orang dan berakhir memiliki geng seperti sekarang. Mereka memasuki organisasi atau ekstrakurikuler yang sama.
Menunggu bel masuk, Arjuna, Dewa, Mikail, dan Tama memilih untuk mengobrol di dalam kelas. Arjuna duduk tetap pada tempatnya, Mikail yang tetap pada tempatnya di sebelah Arjuna, Tama yang duduk di meja Mikail, dan Dewa yang berdiri bersanggakan meja Arjuna.
****
Ananta menghela napas meski kakinya tetap berjalan. Sedari pagi kepalanya berisik sekali. Ia ingin mengembalikan buku ke perpustakaan. Sampai di depan perpus ia melangkah masuk. Lalu, dengan segera ia menyelesaikan urusannya. Setelah selesai, Ananta keluar menuju parkiran.
Hari ini Ananta tak fokus selama jam pelajaran. Pikirannya sangat mengganggu. Sebenarnya tak pasti Ananta sedang memikirkan apa, tapi yang pasti itu sangat mengganggu.
Ananta bergegas memasuki mobil. Ia sudah memiliki tujuan sebelum pulang ke rumah. Kemudian, Ananta mengendarai mobil menuju tempat yang sudah ia pikirkan.
Saat sampai di tempat itu, Ananta keluar dari mobil. Hanya membawa dompet, ponsel, dan kunci mobilnya.
Seketika suara ombak berdebur terdengar samar di telinga. Ananta melangkahkan kakinya mendekat. Semakin jelas suara air bak berlomba-lomba mencapai daratan itu. Dekat, dekat, dan kaki yang sudah ia lepas alasnya, menempel pada pasir halus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanpa Judul [ANANTA]
Novela Juvenil"Memandangi, mengamati, dan mencintaimu dalam diam adalah ilusi paling asli dalam kisahku." Ananta Isvara Brechtje, seorang gadis remaja blasteran Belanda yang mencintai Arjuna secara diam-diam. Arjuna Khandra Widyanata adalah seorang remaja laki-la...