Hai
Apa kabar?
Hari apa? Yap, Minggu.
Selamat hari minggu semuaaa!
Jangan lupa vote dan komen!
Happy reading ...
_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_
"Gugup di setiap degup."
Sebentar lagi jam istirahat selesai. Ananta bergegas ke kamar mandi untuk mengganti bajunya, karena pelajaran setelah istirahat adalah olahraga. Di sekolah ini, masing-masing lantai ada 2 kamar mandi.
Ananta memutar dan mendorong pelan pintu kamar mandi untuk perempuan. Ia mencari bilik yang kosong dan masuk ke dalam situ.
Setelah dirasa rapih, Ananta keluar dari bilik itu. Ia berkaca sebentar, lalu mencuci tangan. Ananta merapihkan baju seragamnya sebelum ia keluar kamar mandi. Ananta kembali memutar knop pintu tapi-
"AAAA," pekiknya tertahan.
Tiba-tiba Ananta tertabrak seseorang. Hampir saja ia jatuh jika orang itu tak menahan tubuhnya. Wajah kedua-Nya saling berhadapan dan ekspresi mereka sama-sama terkejut. Mata Ananta yang mulanya membola, kini berganti gugup sekaligus senang.
"E-eh, maaf, maaf," ucap Ananta gugup sambil menjauhkan diri.
"Iya, gua yang harusnya minta maaf. Sorry ngagetin. Hampir aja jatoh," balas Arjuna dengan senyum tipis. Ya, itu Arjuna.
"I-iya, iya, gak apa-apa. Gua duluan, ya." Ananta hendak pamit tapi ditahan oleh Arjuna. Aduh, si Arjuna gak ngerti apa, ya? Nih paru-paru Ananta, jantung, hati, dan kawan-kawannya udah kaya mau salto!
"Eh, bentar. Lo Ananta Isvara, kan?" tanya Arjuna.
"I-iya bener. Kenapa?" Ananta kembali berdiri di posisinya. Sebisa mungkin matanya tak menatap mata Arjuna saat berbicara.
"Kamera mana? Kamera mana? Gua mau lambaikan tangan, woy! Gak kuat, gak kuat!" pekik Ananta heboh di dalam hati.
"Dipanggil bu Dira, guru matematika, ke ruang guru. Udah ditunggu bu Dira di mejanya. Mejanya bu Dira paling depan deket pintu," jelas Arjuna.
"Mau ngapain, ya?" Jujur, Ananta takut. Jarang sekali ia dipanggil guru seperti ini. Apakah tadi ia membuat masalah? Ananta tak merasa punya masalah. Apakah soal nilai? Mungkin.
"Gua gak tau, lo temuin aja," jawab Arjuna. Cowok itu seperti tau etika berbicara. Matanya tak pernah lepas dari lawan berbicaranya. Bahkan dengan senyum tipis.
"Oh, oke."
"Gua duluan, ya?" pamit Arjuna.
Ananta mengangguk. "Makasih infonya."
Arjuna hanya menolehkan kepala dengan senyumnya sambil terus berjalan, tanda membalas ucapan Ananta.
Ananta membelalakkan mata. ARJUNA SENYUM KEPADANYA? ARJUNA SENYUM PADA ANANTA!
Senyum Ananta ikut mengembang ketika bayangan senyuman Arjuna berkali-kali muncul. Ananta menarik napas, lalu membuangnya perlahan. Ia berjalan turun ke arah ruang guru untuk menemui bu Dira, dengan senyum yang tak luntur.
****
"Pak, saya izin ke ruang guru dulu, ya. Dipanggil bu Dira," ucap Ananta saat sudah di lapangan. Ananta akan izin terlebih dahulu pada Pak Radhin-Guru olahraganya-sebelum menemui bu Dira.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tanpa Judul [ANANTA]
Ficção Adolescente"Memandangi, mengamati, dan mencintaimu dalam diam adalah ilusi paling asli dalam kisahku." Ananta Isvara Brechtje, seorang gadis remaja blasteran Belanda yang mencintai Arjuna secara diam-diam. Arjuna Khandra Widyanata adalah seorang remaja laki-la...