DELAPAN~

4 4 0
                                    

Halooo

Apa kabar?

Sebelum baca, jangan lupa pencet bintang sama komen, ya!

Happy reading!

_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_

"Untuk kali ini, terima kasih, Tuhan."


Beberapa orang yang ada di kamar Ananta tertawa. Sebuah kue dengan lilin menyala berada pada tangan sahabat Ananta. Di sebelahnya, ada orang yang selalu menemani Ananta ketika di rumah. Bi Ratih dan Tian.

"Tiup lilinnya dong, Nan," ucap Tian.

Ananta berdiri, lalu mendekat. Kelopak matanya mulai menutup dan melafalkan do'a di dalam hati. Selesai mengucapkan permohonan, Ananta meniup lilin itu.

"Yeeaayyy ..." Tiga orang dengan masing-masing bibir yang merekah itu bersorak, bersamaan dengan Ananta dan Bi Ratih bertepuk tangan.

"Dank je wel, Tian, Bi Ratih," ujar Ananta.

"Yoi, Nan."

"Sama-sama, Non."

"Ayo, kita makan kuenya bareng-bareng," ucap Ananta. Ananta berjalan di depan, menuntun mereka ke dapur.

'Dank je wel' adalah bahasa Belanda dari 'Terima kasih' . Jangan tanya kenapa Tian dan Bi Ratih bisa mengerti. Ananta sering mengucapkan beberapa kata dalam bahasa Belanda pada orang terdekatnya, dan pasti dia akan memberitahu apa artinya, atau orang terdekatnya yang terlebih dahulu bertanya.

Sampai di dapur, Ananta dan Tian duduk di kursi meja makan. Bi Ratih langsung memotong kue itu dan membaginya sama rata. Kemudian, mereka memakan kue itu bersama.

"Kok lo bisa tau rumah gua, sih, Ian?" Ananta membuka suara di sela makannya.

"Bisa lah," jawab Tian.

"Ya, gimana caranya?" Ananta penasaran. Padahal, ia belum pernah mengajak Tian ke rumahnya atau bahkan memberitahu.

"Lo lupa kalo gua udah lama tertarik sama dunia IT?" Satu alisnya terangkat.

"Lo ngelacak gua?!" kaget Ananta. Ananta tahu, Tian memang terlihat sangat tertarik dengan dunia itu dari lama.

Tian hanya menaikan kedua alisnya.

"Gila." Ananta mendengkus. Tangannya kembali menyuapkan kue ke dalam mulut.

Selesai menghabiskan kue, Tian dan Ananta duduk di sofa ruang tamu. TV menyala, tapi mereka malah lebih asyik dengan ponsel, bercanda, dan mengobrol.

"Tian," panggil Ananta pada Tian yang sibuk dengan ponselnya.

"Hm," sahut Tian.

"Lo kaga bawa kado apa? Kan gua ulang tahun." Ananta menyenggol lengan lelaki itu.

Tanpa Judul [ANANTA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang