Chap 1 : Musuh

768 60 19
                                    

14/02 pukul 13.00.
Di jalan Rembang Koi, Jakarta Selatan. Rumah bernomor 40 sedang didatangi dua truk pengantar barang, para pekerja menurunkan satu persatu barang yang ada dalam badan truk.

"Arvin bantu Papa mengambil kardus yang ada disana nak," tunjuk Papa pada box besar yang masih tertinggal di dalam truk.

"Siapp."

Mereka ini keluarga Arvin, berisikan Papa, Mama dan Arvin yang masih berusia 8 tahun.

Setelah Papanya dipecat untuk pengurangan karyawan di Bandung, mereka putuskan kembali ke Jakarta.

"Arvin, Mama minta tolong berikan ini pada tetangga sebelah ya," ucap Mama membawa kotak kue berisi bolu coklat dan spiku lapis.

"Untuk apa Ma ? nggak perlu ahh, tadi Arvin lewat tempatnya sepi kok."

"Gak boleh gitu Vin, kita kan tetangga mereka, kita harus---,"Mama belum selesai ngomong.

"Meramahkan diri Vin, lagian dulu rumah tante Lina nggak ada toko buku nya, kok sekarang ada ya ? mungkin aja ntar kamu dikasih buku gratis hahaha," gurau Papa.

"Ishh Papa kok ngajarin anaknya kayak gitu."

"Canda Ma, ayo Arvin anggap aja kenalan sama tetangga baru. Seinget Papa tante Lina punya anak cowok seumuran kamu, ntar bisa jadi temen maen bareng," bujuk Papa.

.

.

.

.

.

Arvin kecil berjalan membawa bingkisan kue itu, tampak dari depan rumah tante Lina begitu besar tak kalah besar dari rumah Arvin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arvin kecil berjalan membawa bingkisan kue itu, tampak dari depan rumah tante Lina begitu besar tak kalah besar dari rumah Arvin.

Cuma yang berbeda keluarga Arvin punya kafe kecil, sedangkan tante Lina memiliki toko buku yang tak begitu besar.

"Penyewaan kaset ? memang masih ada yang mau dengerin ?," gumam Arvin melihat tempelan promo pada kaca depan toko.

Kriingg..

Bunyi pintu toko dibuka, Arvin berjalan masuk, di dalam begitu banyak tumpukan buku tertata rapi, dan ada beberapa rak berisi kaset - kaset lama.

"Permisi," Arvin celingukan.

"Permisi, apa ada orang ?," ia menyusuri toko kecil itu namun tak menemukan siapapun.

Kemudian manik matanya melihat pintu kecil seperti pembatas antara rumah dan toko, Arvin membukanya. Dan benar saja, ia melihat sosok anak laki - laki tengah bermain robot sendirian.

"Hei... Hei... ," panggil Arvin di ambang pintu tapi tak digubris.

Arvin melihat ada kelereng kecil di bawah pintu, ia lemparkan pada anak tadi. Maksut hati ingin melempar ke punggungnya tapi malah kena kepala.

Arvin Arsen : Friend or Foe ? [OhmNon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang