Arvin terduduk di kursi meja makan milik Arsen, ia masih mengenakan celana jeans basahnya namun tanpa atasan alias telanjang hanya tertutup handuk di lehernya dan celana boxer. Raut wajah Arsin masih membekas air mata karena menangis beberapa menit yang lalu, sekarang ia terdiam berusaha menenangkan dirinya sendiri.
Di lain sisi, Arsen sibuk menyiapkan air hangat untuk mandi. Ingatkan tadi mereka berdua sama - sama basah karena hujan, Arsen hanya mengenakan celana boxer ikut bertelanjang dada. Selesai memanaskan air ia melihat kondisi Arvin.
"Hmm..." Tak mengatakan apapun tangannya mengambil alih handuk dari leher Arvin ia gunakan untuk mengeringkan rambut basah bocah yang habis menangis itu.
"Lo bisa mandi dulu," Ujar Arsen.
"Terus lo ?"
"Gue bakal panasin air lagi, udah cepetan lo masuk ntar masuk angin," Paksa Arsen meminta Arvin segera masuk ke kamar mandi.
"Kita mandi bareng."
"Hah??"
Glek.
Deg. Deg.
Tenggorokan Arsen mendadak sulit menelan ludah mendengar kalimat spontan yang keluar dari mulut Arvin.
"Lo masuk gak ? Gue gak bakal nawarin lo lagi."
Arsen dengan cepat masuk ke kamar mandi, daripada dia nanti nunggu air panas lagi selama 15 menit. Tubuhnya udah kedinginan daritadi.
Didalam bathup akhirnya diisi oleh dua orang, Arvin dan Arsen saling duduk berhadapan. Sial ! Mata Arsen gak berani ngeliat ke bawah. Cobaan macam apa ini ?
"Sat ! Sat ! Berhenti berfikir gila otak mesum ! Arvin lagi sedih, di momen ini bukan saatnya lo mikir mesum sekarang !" Batin Arsen bergejolak. Terasa makin panas air yang bersentuhan dengan kulitnya.
"Sen..." Panggil Arvin dengan mata sayu mendekatkan tubuhnya ke arah Arsen.
"Vin jangan natap gue dengan mata laknat lo itu ! Gue gak bisa menahannya ! Tahan... Tahan..." Arsen berusaha menenangkan diri.
"Stop Vin, ini bukan waktu yang tepat," Tutur Arsen membuat Arvin menjauhkan tubuhnya makin mundur kebelakang.
"Waktu yang tepat ? Gue mau minta tolong," Arvin menundukkan kepala minta bantuan agar Arsen membasuh rambutnya dengan shampoo.
"Oh keramas ?"
.
.
.
Kini posisi mereka berdua berubah, tubuh Arvin tak saling berhadapan dengan Arsen kemudian ia sedikit mendongak. Cairan kental berbau wangi digosokkan pada kedua tangan Arsen lalu ia gosokkan pada seluruh rambut Arvin.
"Sekarang mendingan ?" Tanya Arsen.
"Hmmm, enak banget."
"Sen....Menurut lo apa orangtua gue akan berpisah ?" Arvin ganti bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arvin Arsen : Friend or Foe ? [OhmNon]
Fanfiction[15++][Bromance][OhmNon][Completed✅] Arvin dan Arsen, mereka berdua bukan saudara kembar, bukan saudara sepupu, apalagi teman masa kecil yang biasa menyandang status Stree (S3) 'Sohib Sehidup Semati'. Cih alay banget, tapi emang benerkan persahabata...