Chap 19 : Akhiri Saja

280 19 7
                                    

Keesokan paginya hari senin seperti biasa dua cowok ini selalu berangkat sekolah bersama, kebetulan sekarang Arsen yang menunggu di depan gang lebih dulu.

"Ah elah lo duluan yang nyampe ya udah nih ambil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ah elah lo duluan yang nyampe ya udah nih ambil. Gue juga belum sarapan jadi roti aja ya ?" Arvin memberikan roti rasa coklat pada Arsen.

Dengan raut wajah yang tak bersemangat ia menerima roti itu, "Makasih."

Didalam angkot mereka tak banyak bicara, awalnya Arvin agak sangsi dengan sikap Arsen yang berbeda biasanya nih cowok paling banyak ngomong kalau cuma berdua.

Mungkin dia kecapekan dari kemarin terus latihan renang, jadi Arvin membiarkannya.

Ia memasang earphone di kedua telinganya mendengarkan lagu untuk menghilangkan bosan.

Menit pun berlalu masih saja tak ada obrolan, padahal tiap orang disamping mereka saling bicara malah makin menambah sesak di dalam angkot.

Arvin inisiatif melirik Arsen, eh ternyata dia udah ngeliatin daritadi.

"Vin gak ada yang mau lo omongin ke gue ?" Batin Arsen sebenarnya ia ingin mengatakan kalimat ini tapi ia urungkan.

"Kenapa harus selalu gue yang memulai ? Apa lo gak ada niatan buka obrolan ? Dengan lo ngomong jujur sekarang gue gak akan marah."

"Ngapain liatin gue ? Mau dengerin juga ?" Tanya Arvin melepas salah satu earphonenya.

"Ckkk... Ya udah pasangin sini," Malah kalimat ini yang keluar dari mulut Arsen, tubuhnya mendekat supaya Arvin mudah memasang salah satu earphone di telinga kanannya.

Mereka sama - sama mendengarkan lagu tapi dengan suasana hati yang berbeda.

.

.

.

Di dalam kelas, kantin, dan sepulang sekolah Arsen selalu memberi kode agar Arvin membahas kejadiannya bersama cewek lain tempo lalu, ya walau dengan sikap sok ngambek.

Tapi memang dasar Arvin, dia terlalu gak peka atau emang bodoh tingkat akut gak memahami perasaan pacar cowoknya ini. Kode yang diberikan Arsen tak pernah sampai padanya.

Karena menjelang perlombaan, pelatih memberi Arsen jeda istirahat selama sehari sebelum lomba, jadi ia manfaatkan waktunya untuk Me Time menuju toko yang menjual kaset piringan musik jadul.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Arvin Arsen : Friend or Foe ? [OhmNon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang