"Gemes."
*****
"Gimana bisa cowok tidur sedamai dan setenang dirinya," batin Arsen menatap raut wajah Arvin yang notaben nya memang rada babyface jadi keliatan imut - imut gimana gitu.
Salah satu daun jatuh tepat diatas bibir Arvin, Arsen mencoba mengambilnya. Merasa ada benda aneh diatas bibir tipis Arvin, ia membuka mata.
Plakk ! pukul Arvin pada tangan Arsen.
"Paan sih ?," geramnya segera duduk.
"Ekhem.... Tadi ada daun jatuh dibibir lo," terang Arsen yang gak didenger.
"Lo ngapain disini heuh ?"
"Gue ?? gue errr... Lu sendiri ngapain ? Bolos ? kenapa ? Cih nak rajin macam lo tau bolos juga ternyata."
"Bacot, gak usah sok peduli. Gue lagi gak mood adu omong sama lu, kalo dah kelar pergi sana jangan ganggu gue," Arvin kembali berbaring.
"Kenapa gak tidur aja di UKS ?," tanya Arsen.
"Gue benci bau UKS macam rumah sakit, disini lebih enak," tubuh Arvin membelakangi Arsen, ia mulai memejamkan mata.
"Lu pake bulu mata pasangan ?," tanya Arsen spontan setelah memposisikan tubuhnya ikut berbaring menghadap Arvin.
Arsen heran dengan bulu mata lentik milik Arvin, saat tidur saja terlihat begitu panjang.
"Lo kira gue bencong heuh !!," Arvin memilih tak melanjutkan amarahnya, ia masih memejamkan mata.
Setelah saling diam selama 10 menit.
"Vin, lo gak kesel gitu musuhan terus sama gue ?"
"...." tak ada balasan, tapi Arvin membuka matanya.
"Kita udah musuhan lama, ntah udah berapa tahun. Jujur, gue lelah," terang Arsen.
"Salah siapa yang mulai duluan," gerutu Arvin dalam hati.
"Gimana kalo kita berteman ?"
Mata Arvin membola, ia tak menyangka kalimat itu akan diucapkan Arsen, otaknya benar - benar minus dalam hal menjalin pertemanan. Sangatt bego. Dapet hidayah apa dia ngomong kek gitu ?.
"Apa untungnya gue temenan sama lo ?"
"Untung ?," Arsen mengulang kembali pada kata 'untung'.
"Semua temen gue gak ada yang pernah ngerugiin idup gue, kalo lo bisa ngasih untung buat gue oke kita temenan."
"Gue bisa bantu lo dapetin pacar."
"Lo mau kasih pacar lo ke gue ?," tanya Arvin bangkit dari tidurnya.
"Ya gak lah, ya kali gue kasih lo bekas, kan banyak cewek lain, masa lo gak suka cewek sini ? Pastilah ada yang lo gebet," goda Arsen.
Kini Arvin mendekatkan tubuhnya pada Arsen, dekat, sangatt dekat, makin dekattt. Bahkan saking kagetnya Arsen nggak berkedip sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arvin Arsen : Friend or Foe ? [OhmNon]
Fanfiction[15++][Bromance][OhmNon][Completed✅] Arvin dan Arsen, mereka berdua bukan saudara kembar, bukan saudara sepupu, apalagi teman masa kecil yang biasa menyandang status Stree (S3) 'Sohib Sehidup Semati'. Cih alay banget, tapi emang benerkan persahabata...