Selesai latihan, Arvin masih setia menunggu Arsen sampai selesai. Lanjut untuk makan malam mereka memilih makan di warung mie ayam terdekat.
"Lo mie ayam tambah bakso apa ceker ?" Tanya Arvin pada Arsen.
"Ceker aja."
Selesai memesan mereka mengobrolkan kegiatan hari ini dan membahas sedikit materi yang akan dikerjakan untuk belajar bareng senin depan.
"Slurppp ahhh ~~ Dari kemaren gue pengen banget makan yang anget - anget akhirnya terwujud," Ucap Arvin sangat menikmati makan malam hari ini.
Arsen menuangkan seporsi cekernya ke dalam mangkok Arvin.
"Lo gak suka ?"
"Suka," Jawab singkat Arsen.
"Terus ngapain lo masukin ke mangkok gue ?"
"Lo lebih suka ceker kan."
"Darimana lo bisa tau ?" Mereka malah saling lempar pertanyaan.
Setau Arvin tak pernah ada orang yang ia beri info kalau ceker salah satu makanan favoritnya. Kecuali keluarga, Lintang, dan Rigo.
"Mama lo sama bunda pernah ngebahas resep ceker pedas, gue gak sengaja denger katanya dia pengen masakin buat anak kesayangannya," Terang Arsen.
"Eh ? Jadi resep ceker pedas buatan mama resep dari bunda lo ? Gilaa itu enak banget. Kalo gue maen ke rumah lo bilangin bunda buat masakin ceker itu ya."
"Hmmm boleh, lu kumpulin semua kaki ayam terus kasih ke bunda," Ucap Arsen sambil menyendok beberapa mie.
"Ini mas satu porsi bakso tanpa mie, kuah, dan tahu," Ibu penjual memberikan semangkok bakso isi 6 pentol pada Arvin.
"Makasih bu."
Tiga bola pentol itu ia masukkan ke piring Arsen, "Atlit harus makan yang banyak biar gak gampang sakit."
"Kok lu tau gue suka makan bakso ?"
"Tebakan doang, tiap di kantin yang sering lo pesen pasti bakso gini kan."
"Ekhem, rupanya ada yang diem - diem perhatian nih," Goda Arsen.
"Njirr, bukan perhatian tapi kebiasaan, elo tuh keseringan beli bakso. Lo juga beli bakso keliling bang Joko kan ? Klakson yang dia bunyiin selalu terngiang ditelinga gue tiap dia berhenti di rumah lu."
"Tapi beneran lo, bakso bang Joko is the best meatballs," Arsen sangat membanggakan bakso langganannya itu.
"Iya gue tau, makanya hampir tiap minggu tuh orang pasti mampir ke rumah lo empat kali," Begitu detail Arvin mengingat kedatangan bang Joko.
"Hahaha bener bener," Tawa Arsen.
Mereka berdua lanjut mengobrol layaknya teman cowok yang udah kenal bertahun - tahun, dalam batin mereka berfikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arvin Arsen : Friend or Foe ? [OhmNon]
Fanfiction[15++][Bromance][OhmNon][Completed✅] Arvin dan Arsen, mereka berdua bukan saudara kembar, bukan saudara sepupu, apalagi teman masa kecil yang biasa menyandang status Stree (S3) 'Sohib Sehidup Semati'. Cih alay banget, tapi emang benerkan persahabata...