Chap 11 : Mulai Bersama

339 33 8
                                    

Alarm pagi dari handphone Arsen membangunkannya, ia membuka mata sambil menguceknya pelan.

"Eh ? Gue berhasil bangun pagi ? Wah gila sih keren banget gue," Pujinya sendiri berjalan keluar kamar dengan santai tanpa mematikan bunyi alarm.

"Tumben sarapannya udah siap bun ? Pagi banget masaknya ?" Arsen heran melihat banyaknya makanan diatas meja, ternyata bunda begitu semangat di pagi hari.

"Tumben sarapannya udah siap bun ? Pagi banget masaknya ?" Arsen heran melihat banyaknya makanan diatas meja, ternyata bunda begitu semangat di pagi hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Meja makan telah penuh berisi nasi dan lauk pauk untuk mereka makan.

Plakk... Pukulan pelan pada tubuh Arsen dari belakang, itu eyang putri.

"Aduhh, lah eyang juga bangun sepagi ini ? Keren eyang," Arsen memberi applause pujian.

"Kamu ini ! Masih malas - malasan ! Lihat ! Udah jam segini, cepetan mandi terus berangkat."

"Masih setengah 5 eyang."

"Setengah 5 gundulmu ! Itu kamu bilang setengah lima ? Udah jam 6 lebih 15 menit Shinta aja udah berangkat daritadi."

"Hah ? Mampus gue," Arsen bergegas masuk kamar mandi.

.

.

.

.

Semuanya ia selesaikan selama 15 menit tanpa sarapan, langsung mengenakan seragam, semprot parfum sana sini dan segera berlari menuju gang depan rumah.

"Hhhh...hhhh...hhhh," Nafasnya ngos - ngos'an tapi untung sosok yang ia cari masih setia menunggu disana.

"Elo telat 2 menit nyet, kalo bukan karena ini hari pertama gue bakal ninggalin lo, ayo cepetan !!" Arvin kemudian meneriaki salah satu angkot yang kebetulan berhenti di dekat gang tersebut.

Di dalam angkot kecil itu begitu sesak terisi banyak orang, tapi untung saja mereka mendapatkan tempat duduk.

Arvin masih enggan bicara karena kesal, ia berusaha berangkat pagi.... Eh malah terjebak di situasi seperti ini.

"Gue minta maaf udah bikin telat," Arsen dengan wajah bersalah sambil tangannya menyodorkan kue pie.

Raut wajah Arvin yang tadinya kesal berubah terkejut dengan cepat mengambil kue itu dari tangan Arsen, "Lo beliin gue pie ?"

"Gak suka ya ?"

"Berapa harganya ?"

"Kalo lu gak suka ya udah gak usah dimakan," Arsen hendak mengambil kembali kue itu.

"Eitss siapa bilang ? Thank you, tapi lain kali beliin gue roti sisir basah aja udah cukup. Ini pasti mahal banget ya kan ?"

"Anjirr segampang itu ? Lo cuma mau sisir basah ?"

"Hhh... Mending gue pingsan aja dah," Perjuangannya semalam kek gak ada gunanya batin Arsen.

"...." Arvin memakan kue itu, dan enak sekali terasa lembut di lidah, ya iyalah pie termasuk kue favoritnya.

Arvin Arsen : Friend or Foe ? [OhmNon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang