Pagi hari dapur di rumah Arvin begitu berisik, tercium bau wangi nasi dan telur goreng yang disiapkan oleh mama.
Arvin telah mengenakan seragam rapi, tubuhnya telah fit kembali. Ia turun menuju meja makan sambil membawa tas ranselnya.
"Arvin, jangan lupa bilang makasih ke Arsen buat pudingnya, udah kamu habisin kan kemaren."
"Iyaaa ma," Ucapnya sambil sibuk menggoreng beberapa sosis dan nugget.
Ia letakkan beberapa nugget ayam, sosis diiris kecil -kecil dibalut telur macam telur gulung, dan dihias sayuran sebagai pemanis ke dalam kotak bekal.
"Ma, minta nasi gorengnya lagi boleh ?"
"Iya ambil aja, mama udah ambilin buat papa kamu."
.
.
.
.
Sudah pukul 6 lebih 5 menit, Arvin baru berjalan menuju gang depan rumah. Dan sampai disana....
"Astaga !!!" Kagetnya melihat Arsen tengah bersandar pada tembok bangunan tua, kepalanya mendongak menatap terpaan awan yang melayang dan sinar mentari pagi.
Ia menoleh, "Lo telat, hehe..." Dua kata yang diakhiri tawa membuat hati Arvin menghangat melihat ekspresi itu.
Arvin merasa ekspresi itu menyiratkan kalimat, "Gue kangen akhirnya bisa ketemu hari ini."
Menghilangkan rasa grogi Arvin menjawab, "Iya gue telat hari ini, tapi hebat lo ada kemajuan jam segini udah berangkat."
Tubuhnya langsung dipeluk oleh Arsen, pelukan yang cukup membuat sesak namun kemudian melembut.
"Lo udah sembuh ?"
"Njir paan sih lo Sen, iya gue udah sembuh."
"Beneran ?"
Arvin mengangguk.
"Lo yakin?" Arsen masih bertanya memastikan.
Ck, nih anak dasar. "Iya udah sembuh kalo gak percaya nih, coba lo pukul perut gue. Pasti gak bakal sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
Arvin Arsen : Friend or Foe ? [OhmNon]
Fiksi Penggemar[15++][Bromance][OhmNon][Completed✅] Arvin dan Arsen, mereka berdua bukan saudara kembar, bukan saudara sepupu, apalagi teman masa kecil yang biasa menyandang status Stree (S3) 'Sohib Sehidup Semati'. Cih alay banget, tapi emang benerkan persahabata...