Seisi kantin terkejut melihat Arvin pingsan, dan yang paling khawatir Arsen. Ia segera berlari menghampirinya.
"Arvinn...Vin bangun, kenapa dia bisa begini ?" Arsen menepuk pipi Arvin menyadarkannya.
"Kita udah bilangin dia gak bisa makan pedas, tapi dia gak mau denger." -Rigo-
"Gue yang akan bawa dia ke UKS," Dengan cepat Arsen menggendong tubuh Arvin di punggung belakangnya dan bergegas ke arah UKS.
Arsen Pov.
"Bertahanlah vin, lo gak boleh mati."
Tubuh Arvin mengeluarkan banyak keringat dan ia sedikit mengerang menahan sakit. Kejadian ini ngingetin gue sama papa yang ngebuat gue trauma.
Gue selalu trauma tiap lihat orang kesakitan, dan dalam fikiran gue mereka pasti diakhiri dengan kematian.
Arvin udah jadi orang yang berharga dalam hidup gue sekarang, dia gak boleh pergi.
Sesampainya di UKS gue baringkan tubuh Arvin perlahan pada ranjang, dan bu Naira segera memeriksa keadaannya.
"Asam lambung Arvin naik karena tak biasa menerima makanan pedas, tidak berbahaya dengan minum obat dan istirahat yang cukup bisa memulihkannya kembali," Jelas bu Naira selesai memeriksa.
Syukurlah.
"Makasih bu."
"Masalah Arvin sudah beres, kamu tenang saja. Mau ibu bantu mengobati lukamu?" Tunjuk bu Naira ke lengan kanan gue yang terluka mengeluarkan sedikit darah.
Gue pasti gak kerasa tadi saat mengangkat badan Arvin tergores tepian meja besi kantin.
"Saya bisa lakukan sendiri bu."
"Bersihkan, lalu tempelkan ini," Bu Naira memberikan selembar plester kemudian ke ruangan sebelah.
Gue duduk disamping ranjang UKS sambil memperhatikan Arvin yang masih tertidur. Dia kenapa sih ? Ulahnya selalu diluar nalar otak gue, udah jelas gak bisa makan makanan pedas malah nantangin.
Emang dia gak mikir seberapa khawatir orang - orang disekitarnya ?
.
.
.
Saat jam istirahat kedua Rigo, Lintang, Tommy dan Ron datang memastikan keadaan Arvin yang masih tertidur lelap. Setelah itu mereka kembali mengikuti pelajaran berikutnya, gue masih ingin menunggu Arvin sampai dia bangun.
"Hmm? Sial gue ketiduran," Monolog gue bangun dari posisi duduk yang bersandar pada kasur Arvin. Ternyata dia udah bangun.
"Dengkuran lo parah Sen," Ucapnya, bangun - bangun dia malah ngomel.
"Lo udah mendingan?" Tanya gue. Dia mengangguk.
"Bu Naira udah ngasih gue obat, im okay now."
"Baguslah," Gue memegang lengan kanan yang udah tertempel plester. Seingat gue tadi lukanya baru gue bersihin pake air belom gue tempelin nih plester.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arvin Arsen : Friend or Foe ? [OhmNon]
Fiksi Penggemar[15++][Bromance][OhmNon][Completed✅] Arvin dan Arsen, mereka berdua bukan saudara kembar, bukan saudara sepupu, apalagi teman masa kecil yang biasa menyandang status Stree (S3) 'Sohib Sehidup Semati'. Cih alay banget, tapi emang benerkan persahabata...