4 - Keep Calm

1.9K 204 9
                                    

Kedua mata Fang mengerjap pelan, secara perlahan iris merahnya tampak. Laki-laki itu memegangi kepala yang terasa pening. Dia benar-benar tidak tahu apa yang terjadi setelah dirinya memuntahkan banyak darah. Dia hanya melihat cahaya merah yang berpindah sangat cepat, menembus dan mengelilingi bos alien yang menyerangnya.

"Fang? Kau sudah sadar rupanya. Minum dulu."

Mendengar suara familier bernada datar membuatnya menoleh. "Halilintar?"

"Mm."

Walau di otaknya menumpuk berbagai macam pertanyaan, Fang tetap menerima air yang Boboiboy Halilintar sodorkan. Setelah meminumnya hingga tersisa setengah, Fang berusaha bangkit, hendak mengubah posisinya menjadi duduk.

Boboiboy Halilintar yang peka bahwa Fang kesulitan langsung membantunya duduk, meletakkan bantal di belakang tubuh Fang sebagai sandaran. Sejenak, keduanya larut dalam keheningan. Fang masih memilah kata untuk bertanya pada Halilintar. Kekuatan elemental berbaju hitam-merah itu selalu berhasil membuatnya mati kutu dengan tatapan mata semerah darah yang menyorot tajam bagai hendak menelan.

"Ada yang sakit?" akhirnya, Halilintar yang bertanya lebih dulu.

"Tidak, hanya sedikit pusing," jawab Fang sambil menggeleng. "Um ... Halilintar? Kenapa kau berada dalam mode Halilintar? Eng ... maksudku, bukankah biasanya kau selalu berubah menjadi seperti semula setelah pertarungan usai?"

"Aku tidak bisa." Sorot mata Boboiboy Halilintar masih sama, ekspresi datarnya membuat Fang tak mampu membaca apa yang ada di pikirannya. "Ochobot bilang, aku perlu latihan lebih keras. Kekuatan elemental ini belum bisa kukendalikan sepenuhnya. Dan lagi, Ochobot bilang, aku harus tenang jika ingin kembali seperti semula---berubah-ubah sesuai keinginanku."

Mendengar penjelasan Boboiboy membuat Fang paham, kepalanya mengangguk pelan sebelum mengedarkan pandangan. "Ke mana yang lain?"

"Tidur."

"Lalu, kenapa kau masih di sini?"

"Menunggumu."

Lagi dan lagi Boboiboy Halilintar membuatnya hampir gila. Jika sedang tidak pusing, Fang sudah mengacak-acak rambutnya sampai rontok. Jawaban Boboiboy Halilintar yang gamblang dan ambigu secara bersamaan membuatnya benar-benar kesal. Pada akhirnya, Fang hanya bisa berdecak sebagai jawaban.

"Kau tidak sadarkan diri selama dua hari. Jangan membuatku khawatir lagi seperti itu. Omong-omong, terima kasih sudah melindungiku."

Boboiboy Halilintar bangkit dari duduknya. Topi yang dikenakan menghadap ke depan dia lepaskan, lalu masuk ke dalam kamar mandi. Tunggu! Sejak kapan dia tinggal di ruangan yang memiliki kamar mandi seperti ini? Bukankah dia dan teman-temannya tidur di tenda?

Tak berselang lama, Boboiboy Halilintar keluar dari kamar mandi, mengusap wajahnya yang basah, lalu mengenakan topi kembali.

"Kenapa kita di sini? Bukankah kita di tenda?"

"Penduduk itu memberikan penginapan gratis sebagai tanda terima kasih," sahutnya datar, lalu duduk di samping Fang, turut bersandar pada kepala ranjang. "Kau tidak mau tidur? Ini sudah malam. Aku mengantuk."

Tanpa menunggu respons Fang, Boboiboy Halilintar berbaring di samping Fang, tidur menyamping menghadap ke arah Fang. Merasa aneh dengan tingkah laku Boboiboy Halilintar, kening Fang mengerut dalam. "Kau kenapa? Tidak biasanya kau mau dekat-dekat denganku. Bukankah biasanya kau tak akan memedulikanku?"

Mata yang sudah memejam kembali terbuka, Boboiboy Halilintar mendongak, menatap Fang yang juga menatapnya. "Pertanyaan bodoh. Kau akan tahu jawabannya nanti."

Benar. Pertanyaan Fang benar-benar bodoh. Dia sendiri tidak tahu mengapa semua kekuatan elemental Boboiboy memiliki efek berbeda padanya. Dia bisa bersikap biasa saja saat bersama Boboiboy yang biasanya, bisa berceloteh memarahi, mengejek, menghina, dan sebagainya. Tapi, saat bersama kekuatan elementalnya, dia mendadak kehilangan semua kemampuannya.

Seperti saat ini, sangat jauh dari dirinya. Fang yang biasanya mana mungkin melontarkan pertanyaan bodoh untuk Boboiboy yang notabenenya saingan dalam hal apa pun dengannya---walau hanya dia yang menganggap Boboiboy saingan.

Berada sedekat ini, entah mengapa perasaan Fang acak-acak sendiri. Dengan posisi tidur menyamping saling berhadapan di satu ranjang yang bisa disebut lebar, detak jantung Fang mulai tidak normal.

---Sebenarnya Boboiboy satu kamar dengan Gopal, kamar yang Fang tempati khusus untuknya mengingat dia tak sadarkan diri selama dua hari. Sayangnya, Boboiboy Halilintar terlalu lelah untuk kembali ke kamar---walau hanya di sebelah.

Sedang sibuk melamun sambil menatap wajah manis yang tertidur pulas di dekatnya, Fang terperanjat kaget saat tangan Boboiboy Halilintar melingkari tubuhnya. Mendadak, jantungnya tak bisa diajak kompromi. Detak yang tak beraturan membuat Fang benar-benar merasakan sensasi aneh.

Tak berselang lama, Boboiboy Halilintar berubah menjadi Boboiboy seperti biasa dengan pakaian oranye dan topi yang dikenakan terbalik.

Mengernyitkan kening, Fang mengerjap pelan untuk memastikan penglihatannya benar. Bukankah tadi Boboiboy Halilintar bilang dia perlu latihan dan ... menenangkan diri? Jangan-jangan ....

Tidak, tidak. Dia tidak boleh besar kepala. Mungkin hanya kebetulan. Ya, tak mungkin ketenangan yang Boboiboy Halilintar sebutkan adalah dirinya. Mustahil.

The Seven Elemental's (FangBoy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang