13 - I Feel ....

1.4K 159 4
                                    

Sepasang mata cokelat Boboiboy mengerjap pelan. Pemandangan yang pertama dilihatnya adalah langit-langit ruangan yang putih bersih.

"Boboiboy, akhirnya kau sadar."

Menoleh ke kanan, Ochobot terbang di dekatnya, membantunya bangun, lalu menyerahkan air minum. Setelah itu, Gopal, Yaya, dan Ying menyusul menghampirinya, berdiri mengelilingi ranjang Boboiboy. Merasa ada yang kurang, Boboiboy bertanya, "Mana Fang?"

Tanpa menjawab, Yaya dan Ying bergeser, memberi celah bagi Boboiboy untuk menoleh ke kanan. Di sana, di ranjang yang berbeda, Fang tampak memejamkan mata dengan napas teratur. Punggung tangannya dipasangi infus. "Dia belum bangun sama sekali?"

"Belum," Ochobot menjawab, "Kau hanya kelelahan karena kehabisan tenaga, sementara Fang terkena serangan kuat. Dia sempat kritis dua hari lalu."

"Dua hari lalu?"

"Ya, kau pingsan selama tiga hari."

Menunduk dalam, Boboiboy kembali membaringkan tubuhnya. Pandangannya menerawang, menatap langit-langit kamar. Gopal yang mengoceh meminta buah-buahan di atas meja dia abaikan, pikirannya sibuk memikirkan kejadian sebelumnya.

Berbeda dengan Halilintar maupun Taufan, kekuatan elemental Gempa memiliki sifat yang paling mirip dengan Boboiboy aslinya. Kekuatan elemental itu dengan berbaik hati membagi ingatan dengannya agar dia tidak terlihat bodoh di depan yang lainnya.

Sayangnya, untuk ingatan kali ini dia ingin tidak dibagi saja. Wajahnya langsung memerah saat mengingat Boboiboy Gempa sempat mengecup bibir Fang. Menoleh lagi ke arah Fang, dalam hati bertanya-tanya, apakah Fang merasakannya? Jika iya, dia ingin tenggelam saja. Ini memalukan.

Dia sendiri yakin, jika Fang mengetahui kejadiannya, laki-laki tampan itu akan membencinya. Membayangkan dicium laki-laki membuat merinding. Tentu saja Fang tak akan mau lagi berteman dengannya, atau paling parah Fang akan kembali ke planetnya, enggan membantu Boboiboy menguasai kekuatan elementalnya sendiri.

Menghela napas, Boboiboy kembali memejamkan mata, berharap ingatan itu hilang saat dia bangun nanti, agar dia bisa bertingkah baik-baik saja saat berhadapan dengan Fang.

****

Saat membuka mata, Boboiboy melihat Fang yang tetap pada posisi tadi, memejam damai dengan napas teratur. Walau tubuhnya terasa sangat lemas, dia berusaha turun, menghampiri brankar Fang dengan membawa tiang infusnya.

Setelah duduk di kursi dekat brankar, tangannya terulur, menyentuh tangan putih bersih Fang yang tak terbalut sarung tangan. Otaknya meneriakkan untuk berhenti, untuk sadar bahwa dirinya dan Fang tak akan bisa bersama. Fang layak mendapatkan perempuan cantik kaya raya dari planetnya alih-alih remaja laki-laki biasa-biasa saja yang kebetulan mendapat kekuatan untuk melindungi dunia seperti dirinya.

Tapi, dalam hatinya menolak tegas, meminta dia untuk menyentuh hal lain lagi. Tapi, dia rasa dirinya memang tak pantas. Mengembuskan napas lelah, Boboiboy menunduk, tangannya masih menggenggam tangan Fang yang diinfus.

"Kupikir kau akan berbicara."

Suara itu membuatnya mendongak, kedua matanya terbelalak lebar. Segera, dia melepaskan pegangan tangannya. Fang sudah menatapnya datar, iris merah yang tak dibingkai kacamata itu membuatnya terlihat tengah memancarkan aura intimidasi, persis seperti Kaizo.

"Aku ... aku ...." Menghela napas untuk ke sekian kali, Boboiboy melanjutkan, "Maaf."

"Kenapa?" Dari sudut matanya, dapat Fang lihat Boboiboy yang mendongakkan kepala, menatapnya penuh tanda tanya. "Kenapa kau dan kekuatan elementalmu sering bertingkah aneh padaku? Aku sudah berusaha mencari jawabannya sendiri, tapi aku tak dapat apa-apa."

Alih-alih menjawab pertanyaan Fang, Boboiboy kembali menunduk. "Maaf."

"Bukan itu yang ingin kudengar darimu."

"Maaf, aku tak bisa memberimu jawabannya sekarang. Aku ... aku tidak siap. Aku yakin, kau akan mendapatkan jawabannya kapan-kapan, tapi ...." Menghela napas, Boboiboy bangkit dari duduknya, memegang kuat tiang infus untuk menjaga keseimbangannya. "Tapi, kumohon jangan pernah benci aku jika kau tahu jawabannya."

Dia berbalik badan setelah memberi senyuman, berjalan menuju tempat tidurnya sendiri. Setelahnya, ruangan menjadi sunyi. Keduanya sibuk memikirkan masalah masing-masing.

Fang masih meresapi maksud ucapan Boboiboy. Aneh rasanya. Memangnya kenapa dia harus membenci Boboiboy? Tidak ada alasan khusus. Bahkan, dia akui dia tak akan pernah bisa.

Tak berselang lama, Yaya, Ying, Gopal, dan Ochobot masuk ke ruangan. Yaya membawa nampan berisi makanan di tangannya. Mereka tak terkejut melihat Fang sudah duduk di ranjangnya. Sebenarnya, Fang memang sudah bangun beberapa menit setelah Boboiboy kembali terlelap.

Siapa pun tahu, Fang tak akan mau dibantu oleh yang lain, kecuali Boboiboy dan Ochobot. Mengingat kondisinya yang masih sangat lemah, dia akhirnya pasrah disuapi Ochobot sementara Boboiboy disuapi Yaya karena Gopal---yang mengaku sahabat terbaiknya---sibuk makan di tempat duduk yang tak jauh dari mereka.

Awalnya Boboiboy menolak, meminta makan sendiri, tapi dia hampir saja menumpahkan makanannya. Sebab kejadian itu, entah mengapa sejak tadi Fang tak mampu menahan diri untuk tak menoleh ke sana. Melihat Boboiboy tersenyum tipis sambil berbincang ringan dengan Yaya membuatnya mendengkus kesal beberapa kali.

Saat Ochobot hendak menyuapinya lagi, Fang memberi kode untuk memberinya air saja. "Aku sudah kenyang."

"Tapi kau baru makan tiga suap, Fang."

"Tak apa. Tinggalkan aku, aku ingin istirahat." Tanpa menunggu jawaban siapa pun, dia langsung berbaring, memejamkan matanya damai. Walau dalam otaknya dipenuhi oleh Boboiboy, dia tetap memaksa memejamkan mata. Kegelapan lebih baik daripada melihat sesuatu yang membuatnya kesal tanpa sebab.

The Seven Elemental's (FangBoy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang