6 - You're Special

1.8K 183 8
                                    

Sudah tiga hari ini Fang tidak diizinkan ke mana-mana, hanya diam berbaring di atas kasur. Sangat membosankan. Boboiboy pun tak bisa hanya diam menunggu, dia memilih berlatih sendiri di tempat lapang yang tak jauh dari tempat Fang dirawat. Selama dirinya berlatih, Fang ditemani oleh salah satu warga planet. Hal itu membuatnya sedikit tenang.

Sejak pagi, Boboiboy terus berlatih, bahkan sampai matahari berada di atas kepala. Rasa lapar di perutnya terabaikan begitu saja, terutama mengingat tujuannya kemari memang untuk mendalami dan menguasai kekuatan.

Nyatanya, berlatih memang tidak semudah yang dia pikirkan.

Dia pikir, jika sudah bisa mengeluarkan kekuatan halilintar, artinya sudah bisa mengendalikan, seperti saat dirinya kecil dulu. Sayang sekali, sistem jam kekuatan barunya berbeda. Alih-alih mampu menguasai, dia malah tidak bisa berubah kembali. Dan parahnya, kekuatan elemental halilintar enggan berbagi ingatan dengannya. Dia merasa memiliki kepribadian ganda saja.

Di tengah-tengah fokusnya berlatih, suara dentuman di depan sana membuat fokusnya kacau. Sinar merah muda dan kuning yang berkelebatan dengan cepat membuat mata bulatnya terbelalak. Dia tahu persis, itu milik Ying dan Yaya.

Tanpa banyak membuang waktu, Boboiboy langsung berubah menjadi Boboiboy Halilintar, untuk mempercepat langkahnya menuju ke sana. Tiba di sana, Boboiboy mendapati sekumpulan alien saat itu datang kembali, dengan pasukan yang lebih banyak dari sebelumnya.

"Kenapa dia makin banyak? Aku mau pulang saja!" teriak Gopal putus asa.

Boboiboy Halilintar langsung menoleh ke arahnya, menatap datar, lalu turut terjun ke pertandingan. Tidak ada waktu baginya untuk menanggapi Gopal. Biarkan saja dia meratapi kemalangannya di saat-saat seperti ini. Setelah terkena serangan, baru tahu rasa.

Sementara Yaya dan Ying menggabungkan kekuatan, Boboiboy Halilintar langsung menyerang anak buah alien yang lain, membuat jalannya sendiri untuk menuju ke arah ketua alien-alien itu.

"Tu'la tidak semudah itu akan kalah dari anak kecil, Boboiboy. Kalau kau mau bertarung denganku, lewati dulu anak buahku," ujarnya sombong. Alien yang mengaku bernama Tu'la itu benar-benar membuatnya jengkel. Kalau memang tidak akan kalah pada anak belasan tahun sepertinya, lalu yang beberapa hari lalu itu apa? Bilang saja dia tidak akan menyerah sebelum Boboiboy membunuhnya.

Di tengah-tengah dirinya sibuk bertarung, Tu'la yang menyadari kekurangan seseorang langsung bangkit, berjalan menuju tempat yang dia yakini di mana orang itu berada.

"Tendangan supersonik! Cepat, Boboiboy. Aku, Yaya, dan Gopal akan membantumu untuk menghampiri alien jelek itu!" seru Ying di tengah-tengah ketidakfokusan Boboiboy. Fokus Boboiboy terbagi antara keselamatan temannya dan cara menghampiri Tu'la tanpa banyak membuang tenaga.

Menoleh ke arah Ying, Boboiboy Halilintar mengangguk. "Terima kasih."

Tapi, sayang beribu sayang, tiba di tempat Tu'la berdiri tadi, dia tak menemukan apa-apa. Menoleh ke sana kemari, dia mendapati Tu'la yang baru saja masuk ke bangunan tempat Fang dirawat. "Tidaakk!! Fang!"

Dengan mengandalkan kecepatan halilintar, Boboiboy tiba di sana dalam sekelip mata. Seisi ruangan sudah porak poranda, tidak seperti saat dia meninggalkannya pagi tadi. Segera, langkah lebarnya menuju ruang tempat Fang dirawat. Kalau alien itu benar-benar melukai Fang, dia tak akan berpikir dua kali untuk membunuhnya. Lihat saja.

Semakin menyusuri jalan, semakin hatinya risau. Keadaan gedung yang benar-benar kacau membuat pikirannya semakin kalut. Berbagai pertanyaan muncul, tentang bagaimana keadaan Fang, apa Fang baik-baik saja.

"Fang, kau---" ucapan Boboiboy terpotong saat melihat ketua alien itu tergeletak di lantai dalam keadaan gosong. Matanya memutih dengan mulut menganga lebar, mengeluarkan darah yang mengotori lantai.

"Apa yang terjadi?" tanyanya pelan.

"Tidak ada. Aku hanya menyemburnya dengan naga bayang tahap kedua," jawab Fang santai. Tapi, di balik nada santainya, Boboiboy tahu ada sesuatu. Tatapan mata Fang tidak seperti biasa, terlihat lebih lesu di wajah pucatnya.

Setelah beberapa warga alien di sana memindahkan mayat Tu'la, Boboiboy Halilintar menghampiri Fang yang duduk di tepi ranjang. Tatapan iris merahnya meneliti setiap inci tubuh Fang yang dibalut pakaian berwarna biru langit. "Kau ... apa kau terluka?"

Sebagai jawaban, Fang hanya menggeleng.

Dilihat dari gelagatnya yang beberapa kali meringis, dia tidak bisa menyembunyikan apa yang dirasakannya. Segera, tanpa bertanya Boboiboy Halilintar menyentuh setiap bagian tubuh Fang. Dari wajah, kepala belakang, leher, lengan, pundak, pinggang. Saat memegang pinggang Fang, laki-laki itu menjerit keras.

Tanpa izin dari Fang, Boboiboy Halilintar mengangkat baju yang Fang kenakan. Walau laki-laki itu memberontak---walau tidak sekeras biasanya karena pinggangnya nyeri---dia tetap bersikeras juga. Tepat saat baju Fang terangkat sebatas dada, luka bakar di pinggang putihnya tampak, cukup lebar sampai setengah punggungnya.

"Kau bisa sesantai ini bahkan saat lukamu menganga. Dasar!" Boboiboy pergi untuk memanggil perawat, memintanya untuk mengobati luka Fang sebelum semakin parah. Dia tak habis pikir, bagaimana mungkin Fang berusaha menyembunyikan lukanya yang sebegitu parah?

Boboiboy Halilintar tak terlalu peduli lagi pada pertarungan di luar. Saat dia pergi menyusul Tu'la tadi, hanya tersisa kurang dari lima alien yang masih segar bugar, sisanya tumbang. Yaya, Ying, dan Gopal pasti bisa mengatasinya. Lihat saja, bahkan sekarang Gopal sudah duduk di kursi depan, meminum air sebanyak-banyaknya. Entah di mana dua gadis itu.

Setelah luka Fang selesai diobati, Boboiboy Halilintar kembali masuk ke ruangan. Pintu ruang rawat Fang dia tutup, langkahnya mendekati Fang yang masih duduk di ranjang. Tanpa aba-aba, dia memeluk Fang erat. "Syukurlah kau selamat. Aku sangat mengkhawatirkanmu tadi."

Walau diucapkan dengan nada datar, Fang tahu ada ketulusan dalam setiap kata-katanya. Dia memilih diam, enggan membalas pelukan Boboiboy Halilintar yang cukup mengejutkan. "Kenapa kau mengkhawatirkanku? Bukankah aku musuhmu? Kau seharusnya senang aku terluka."

"Tidak, kau bukan musuhku. Kau orang yang spesial bagiku."

Pengakuan Boboiboy Halilintar cukup membuatnya terpaku, semakin membatu di tempat. Tatapannya lurus ke arah pintu, kedua tangannya masih berada di samping tubuh. Secara perlahan, pelukan Boboiboy Halilintar mengendur. Bersamaan dengan itu pula, pakaian hitam merahnya berubah menjadi oranye.

Berbanding terbalik dengan Halilintar yang terang-terangan dan melakukan segala hal sesuai keinginannya, Boboiboy langsung membulatkan mata dengan posisi seambigu sekarang. Dengan wajah memerah dia melepas pelukannya, membenarkan topi yang digunakan terbalik walau tampak baik-baik saja.

"Hmm ... a-aku keluar dulu. Aku ingin memastikan keadaan yang lain. Kalau butuh sesuatu, kau bisa panggil aku menggunakan jam kekuatan. Sa-sampai jumpa, Fang," ujarnya sebelum berlalu pergi, meninggal Fang kebingungan tentang apa yang baru saja terjadi.

Sepeninggal Boboiboy, sebelah alisnya terangkat. Tatapannya lurus ke arah pintu, di mana Boboiboy meninggalkannya tadi. Tingkah aneh Boboiboy Halilintar yang kedua kali ini sangat mengganggunya. Bagaimanapun juga, dia harus tahu alasan di balik itu. Ya, harus.

__________________________________________________

Harusnya bab ini gue publish kemarin, tapi kemarin gue lembur sampai pukul set 10 malem. Hmm ....

The Seven Elemental's (FangBoy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang