5 - Can't Relate

1.8K 189 17
                                    

Tepat saat sinar hangat masuk melalui jendela yang tertutup tirai, Boboiboy membuka mata. Netra cokelat terangnya mengerjap beberapa kali, menyesuaikan cahaya di sekitar. Kesadarannya belum terkumpul seratus persen, tapi wajah tampan di depannya membuat dia terkejut setengah mati sampai jatuh dari atas ranjang.

Kedua matanya membulat saat si pemilik wajah tampan bergerak dalam tidurnya, perlahan membuka mata, menatapnya aneh.

Bagaimana dia bisa di sini? Demi apa pun, dia tak mengingat sesuatu yang membawanya kemari. Yang dia tahu, saat itu Fang terluka dan dia marah besar. Tunggu! Apakah saat itu dia menggunakan kekuatan elemental? Bagaimana dengan musuhnya? Siapa yang mengalahkan? Lalu, bagaimana dia bisa berada di tempat ini alih-alih di tenda, sekamar dengan Fang pula.

"Kau kenapa? Pagi-pagi membuat keributan."

Suara Fang menariknya untuk kembali pada dunia nyata. Segala pikiran yang melayang di otak lenyap seketika. Perlahan, dia mulai bangkit, menarik kursi di dekat ranjang, lalu mendudukinya. Ditatapnya wajah Fang penuh tanya. "Fang, bagaimana alien itu dikalahkan? Apa semuanya selamat? Lalu, bagaimana keadaanmu?"

Alih-alih mendapat jawaban, Boboiboy menatap heran Fang yang mengerutkan kening. Ada apa?

"Aku yang seharusnya bertanya bagaimana caramu mengalahkannya."

"Hah? Aku?"

"Kau berubah menjadi Boboiboy Halilintar saat itu." Fang membenarkan posisi, duduk di pinggiran kasur, bersiap untuk cuci muka dan sikat gigi. "Setelah aku pingsan, aku tiba-tiba terbangun di sini. Yang seharusnya tahu banyak itu kau, bukan aku."

Boboiboy menelan ludah mendengar pernyataan Fang. Benarkah? Dia masih ragu dirinya berubah menjadi Boboiboy Halilintar. Dia bahkan tak bisa menggunakan kekuatan elemental tahap kedua sama sekali hari itu. Dan latihannya pun belum seberapa. Tapi, aneh sekali. Dia tak pernah lupa saat menggunakan kekuatan elemental, kecuali ketika berpecah. Dia biasanya akan mengingat semua detail perkelahian dan kejadian. Apa yang terjadi sekarang?

Pandangannya beralih pada Fang yang susah payah berjalan sambil berpegangan pada dinding, sementara sebelah tangannya digunakan untuk memegang dada. Dengan sigap, Boboiboy menghampirinya, membantunya tiba di kamar mandi, juga membantunya kembali ke tempat tidur.

Setelah membantu Fang kembali ke tempat tidurnya, Boboiboy memasuki kamar mandi. Tatapannya mengarah pada pantulan diri di cermin. Dia masih bingung mengenai kejadian ini.

Saat sibuk dengan pikirannya, Boboiboy terpaksa ditarik kembali ke dunia nyata saat mendengar suara bising dari luar sana. Mungkin teman-temannya datang. Segera, dia membersihkan wajah dan menggosok gigi, lalu pergi ke luar kamar mandi untuk menemui teman-temannya, barangkali dia bisa menemukan jawaban atas segala pertanyaan yang melayang di dalam kepala.

****

Setelah temannya bercerita mengenai apa yang terjadi, Boboiboy semakin bingung. Kepalanya terasa pening akibat dipaksa mengingat kilasan-kilasan memori yang pernah dia alami. Ah, dia merasa seperti memiliki kepribadian ganda saja.

"Tidak perlu dipaksa. Kalau kau tidak ingat, biarkan saja. Lagi pula, yang terpenting alien itu sudah kalah dan semua selamat."

Kepalanya mendongak saat mendengar suara Fang. Tatapannya jatuh pada wajah Fang yang tampak pucat. "Semua memang selamat, tapi kau .... Aku benar-benar minta maaf. Seharusnya kau tidak perlu melindungiku yang merepotkan."

"Dan membiarkanmu berdarah-darah menggantikanku? Tidak akan."

"Kenapa? Bukankah selama ini kau selalu mengejekku? Bahagia saat aku di bawahmu, bahkan kau tertawa saat aku kesusahan. Biasanya seperti itu, kan?"

Fang tertawa hambar---seperti biasa. Tangannya bergerak memukul pelan pundak Boboiboy. "Kau ini. Itu hanya sesuatu yang wajar dilakukan seorang teman. Nyatanya, saat benar-benar kesusahan, aku akan menolongmu. Tapi, memang tidak bisa dipungkiri aku lebih hebat darimu." Tawa Fang terhenti, pandangannya menatap atap jerami ruangan yang dia tempati. "Lagi pula, seketat apa pun persaingan kita, kau tetap temanku. Aku tidak bisa diam saja. Tubuhku bergerak refleks menjadi perisaimu."

"Kenapa?"

"Sudah kubilang tubuhku bergerak refleks, masih saja bertanya kenapa. Yah, mungkin karena dulu kau orang pertama yang mendekatiku walau teman-temanmu menganggapku sombong, jahat, dan sebagainya. Dan kau orang yang tak pernah peduli pada apa yang telah kulakukan padamu, kau tetap saja baik, menganggapku teman, bahkan melawan kakakku demi mengajakku kembali bersamamu. Kau yang terbaik."

Mendengar pernyataan Fang, wajah Boboiboy memerah seketika. Entah malu atau tersipu. Jantungnya berdetak kencang, kedua tangannya sudah mengepal kuat, sementara bibir bawahnya dia gigit untuk menahan kebahagiaan yang siap membuncah.

Padahal, ungkapan Fang bukan berarti membalas perasaannya, tapi tetap saja, dia yang berlebihan, dia sendiri yang bahagia. Walau dia tahu, terlalu berharap akan membuatnya luka, bahkan jatuh ke jurang terdalam.

"Boboiboy, Fang, ini makan siang kalian. Ah, iya. Tadi Ochobot bilang kau harus menemuinya di kamarmu dan Gopal, dia akan memeriksa jam kekuatanmu," ujar Yaya, gadis berjilbab merah muda yang sejak lama mengagumi laki-laki manis pecinta oranye itu. Berkali-kali memberi kode, berkali-kali juga dia kecewa. Boboiboy sangat tidak peka.

Menatap Yaya yang berdiri di dekat meja, Boboiboy tersenyum lebar. "Terima kasih, Yaya. Katakan pada Ochobot aku akan datang setelah makan. Dan tolong juga minta Gopal menjaga Fang. Fang masih lemas, barangkali dia butuh sesuatu, harus ada yang menjaga agar mudah membantu."

"Aku akan beri tahu. Kau tidak perlu khawatir. Setelah jam makan siang, Fang akan diperiksa kembali sesuai jadwal."

"Terbaiklah. Terima kasih, Yaya."

Sepeninggal gadis itu, Boboiboy menyerahkan makanan pada Fang, juga menikmati makan siangnya sendiri. Dia tak menyadari, kerutan dalam di kening Fang semenjak dia berbincang akrab dengan Yaya.

Fang memang tahu, Boboiboy dan Yaya seakrab itu, tapi tatapan Yaya tadi benar-benar mengganggu. Dia sebenarnya tak mau mengakui ini, tapi entah mengapa dia benci tatapan itu.

_________________________________________________

Gue lagi supersibuk, nggak bisa rajin update. Kali ini gue sibuk beneran, bukan (sok) sibuk. Hehe.

The Seven Elemental's (FangBoy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang