Setelah melewati satu minggu yang membosankan di dalam kamar, akhirnya Fang diperbolehkan ke luar ruangan. Udara di luar terasa begitu segar di pagi hari, walau tak bisa dipungkiri tubuhnya kedinginan.
Mengusap kedua lengannya untuk mendapatkan kehangatan, tanpa sengaja iris merahnya mendapati sosok laki-laki manis yang akhir-akhir ini bertingkah aneh di depannya. Boboiboy Halilintar.
Boboiboy Halilintar tengah melatih kekuatan di tengah lapangan, menebas botol-botol menggunakan pedang halilintar, berlari secepat kilat, juga menggunakan kekuatan-kekuatan yang lain. Dia berlatih sangat keras.
Tanpa sadar, senyum Fang tersungging. Melihat Boboiboy Halilintar sebegitu giat entah mengapa langsung menyulut kobaran api semangatnya. Perlahan namun pasti, Fang mendekat, berdiri di pinggir lapangan sambil memperhatikan raut serius Boboiboy Halilintar.
Kekuatan elemental satu ini memang jarang sekali tersenyum. Selalu memasang wajah datar dan garang. Tapi, di balik itu, entah mengapa, Fang menganggapnya sangat manis. Bahkan, hanya ditatap Fang sudah bergeming, tidak bisa berkata-kata, terpaku di tempat layaknya patung.
"Oh? Fang? Sejak kapan kau di situ?"
Lamunan Fang buyar saat mendengar pertanyaan bernada datar dari kekuatan elemental Boboiboy yang saat ini mendekatinya.
Menoleh ke arah Boboiboy Halilintar yang duduk tanpa alas sambil meminum air, Fang menjawab, "Hanya mencari udara segar. Bosan terus diam di dalam ruang rawat."
"Lukamu sudah sembuh?"
"Ya. Perawat sudah mengizinkanku keluar."
Boboiboy Halilintar hanya mengangguk sebagai jawaban. Pandangannya lurus ke depan, detik berikutnya sudah berubah menjadi Boboiboy yang biasa, mengenakan pakaian didominasi warna orange.
Senyumnya mengembang saat apa yang dilakukannya selama ini membuahkan hasil. Akhirnya, dia sudah mampu mengendalikan kekuatan elemental Halilintar. Dia sudah bisa berubah kapan pun dia ingin. Setidaknya, setelah ini dia tak akan tiba-tiba tengah memeluk Fang lagi. Halilintar juga sudah membagi ingatan dengannya. Dengan begini dia tak akan seperti orang bodoh lagi di hadapan Fang atau yang lain.
Mendongak ke arah Fang yang berdiri di sampingnya, Boboiboy bangkit, menepuk-nepuk pakaian belakang untuk menyingkirkan tanah yang menempel. "Fang, mau jalan-jalan sebentar? Ini masih pagi sekali. Yah, walau tidak ada yang bisa dilihat. Setidaknya, bisa jadi pengalaman sebelum kita pergi ke planet lain. Bagaimana?"
"Boleh saja," sahut Fang tanpa menoleh.
Kedua remaja itu berjalan beriringan, meninggalkan lapangan luas menuju area perbukitan. Mungkin dari sana mereka bisa melihat matahari terbit.
Semakin lama, cuaca semakin dingin. Fang yang hanya mengenakan kaus hitam pas badan dan coat panjang tanpa lengan tentu saja menggigil. Dia langsung merapatkan diri pada Boboiboy, merangkul pundak laki-laki itu, berharap mendapat sedikit kehangatan.
Boboiboy yang diperlakukan sedemikian rupa secara tiba-tiba tentu saja terkejut, tapi langsung diam saat sadar bahwa Fang melakukannya karena kedinginan. Dapat dia rasakan, telapak tangan Fang yang sangat dingin.
****
Di atas bukit, keduanya duduk bersebelahan di atas hamparan rumput hijau, menatap ke arah matahari terbit. Jarak tak mampu memisahkan keduanya, bahkan tangan Fang masih melingkari pundak Boboiboy, dan Boboiboy menyandarkan kepala di bahu Fang.
"Lihat, Fang, mataharinya terbit." Boboiboy langsung menjauhkan diri dari Fang, bangkit dari duduknya, melangkah ke depan seakan-akan ingin mendatangi matahari yang kini bersinar terang.
Fang sudah tidak heran. Bertahun-tahun mengenal Boboiboy, laki-laki manis itu memang selalu bertingkah kekanakan, walau usianya sudah menginjak tujuh belas tahun. Mungkin efek karena dimanja seluruh anggota keluarga sejak kecil.
Bangkit dari duduknya, Fang menghampiri Boboiboy, berdiri di sampingnya. Wajah Boboiboy terlihat berseri-seri saat menatap matahari terbit untuk pertama kali, terlebih di planet orang, bersama Fang pula. Andaikan bisa, dia ingin menghentikan waktu. Dia tidak mau waktunya terus-terusan diganggu, baik oleh teman, atau musuh yang datang hendak mengganggu.
Baru saja Boboiboy berpikir ingin menghentikan waktu agar tak diganggu, jam kekuatannya berbunyi menandakan ada panggilan masuk. Dengan malas, Boboiboy menekan tombol terima panggilan, menampilkan hologram Yaya dan Ying yang tampak panik.
"Boboiboy! Kau di mana? Ochobot hilang!"
"APA?!"
"Tadi dia masih ada, tapi barusan kami melihat Ochobot dibawa oleh Adu Du ke pesawatnya. Kami telat karena Ochobot sudah masuk ke dalam pesawat saat kami tiba."
"Aku akan segera ke sana." Setelah memutuskan panggilan, Boboiboy menghela napas, lalu menoleh ke arah Fang. "Ayo, Fang."
Mengangguk sekali, Fang langsung menyusul langkah Boboiboy yang tak jauh di depannya, berlari untuk mempercepat langkah menemui teman-temannya. Tampaknya, memang selalu ada saja yang mengganggu ketenangannya.
Boboiboy ingin merutuki siapa pun itu yang mengganggu momen-momennya bersama Fang. Momen indah di pagi hari yang dikacaukan oleh alien nakal berkepala kotak. Lihat saja nanti, Boboiboy akan menghajarnya.
______________________________________________
Serius, ya. Akhirnya gue ngerasain jadi manusia sibuk beneran. Gila, seminggu lembur terus cuma demi uang v:
KAMU SEDANG MEMBACA
The Seven Elemental's (FangBoy)
FanfictionBL [COMPLETED] _____________________________ Boboiboy, si pemilik kekuatan elemental, setelah mengganti jam kekuatan harus kembali memulai dari awal, mendapatkan kekuatan-kekuatan yang pernah dia gunakan sebelumnya _______________________________ Fa...