16 - Empty

1.2K 153 3
                                    

Nyatanya, tanpa Fang di sini, Boboiboy tak memiliki mood berlatih seperti sebelum-sebelumnya. Dan di sinilah dia, duduk menopang dagu di konter pemesanan. Berkali-kali Tok Aba menyuruhnya berlatih, tapi Boboiboy hanya mengangguk tanpa melaksanakan.

Teringat akan sesuatu, wajah bosannya berubah ceria seketika. Menoleh pada Tok Aba yang tak sibuk karena pelanggan sedikit, Boboiboy berujar, "Tok, Boboiboy mau ke taman sebentar. Mungkin dengan jalan-jalan, Boboiboy bisa giat berlatih."

"Hati-hati," balas Tok Aba saat cucunya berlalu pergi. Dia tahu, sangat tahu apa yang cucunya rasakan. Ingin sekali dia melarang, memberi nasihat, tapi melihat raut muram Boboiboy muncul saat dia menyinggung membuat niatnya urung. Kebahagiaan Boboiboy yang utama, bahkan jika Boboiboy bahagia karena bersama Fang, dia tak apa.

Jujur, mengetahui cucu satu-satunya yang paling dia sayangi jatuh hati pada seorang laki-laki, parahnya lagi alien, Tok Aba bingung harus bereaksi seperti apa. Melihat wajah ceria Boboiboy saat berhadapan dengan Fang membuatnya ikut bahagia, tapi mengingat lagi kenyataannya, dia mendadak bimbang.

Ini salah. Yang Boboiboy rasakan itu salah. Dan lebih salahnya lagi, dia sebagai kakek yang mendidik Boboiboy sejak kecil tak bisa menolak, tak bisa memberi tahu cucunya bahwa yang dirasakannya salah.

Sementara itu, Boboiboy duduk di bawah pohon, menekan tombol pada lencana yang Fang berikan. Tak berselang lama, terdengar suara Fang menyahut.

"Fang, apa kabar?"

"Aku baik."

Mengerutkan kening, Boboiboy menghela napas. Tidak mungkin. Memang tidak mungkin Fang bertanya balik. Memangnya apa yang dia harapkan? Bahkan jawaban Fang terdengar dingin, seolah-olah enggan berbicara dengannya.

"Kau sendiri, bagaimana?"

Raut sendu Boboiboy sirna seketika, mata bulatnya yang tadi meredup kembali cerah, senyumnya mengembang tanpa sadar. "Aku tentu saja baik."

"Bagaimana latihanmu?"

"Erkk ... itu ...." Sial. Kenapa pula Fang harus bertanya mengenai latihannya? Dia tidak tahu saja, Boboiboy itu malas berlatih akhir-akhir ini. Tok Aba tentunya menjaga warung, Gopal sedang menikmati kebersamaan dengan keluarga, Yaya dan Ying liburan. Dia sendirian. Malas sekali berlatih tanpa teman.

Tanpa menyela, Fang masih menunggu jawaban Boboiboy. Lagi-lagi Boboiboy menghela napas untuk mengusir rasa canggungnya. "Latihanku tidak baik," jawabnya jujur. "Aku malas berlatih. Semuanya sibuk."

"Bukankah saat aku sakit, Boboiboy Halilintar berlatih sendirian?"

"Ya ... kau tahu jawabanku."

Benar juga. Di antara ketujuh elemental Boboiboy, tak ada satu pun yang memiliki sikap sama. Boboiboy Halilintar tentu saja mandiri. Boboiboy Taufan kebalikannya. Tapi, bukankah Boboiboy Gempa seharusnya mandiri juga?

"Bagaimana dengan Gempa?"

"Sama saja. Tidak tahu kenapa, Gempa juga ikut malas seperti Taufan."

Hening sejenak, sebelum Fang kembali berujar, "Aku harus segera mendarat. Jangan hubungi aku dulu. Aku akan menghubungimu kalau sudah senggang. Dan ... sampai jumpa. Aku akan segera kembali."

Tanpa menunggu jawaban Boboiboy, sambungan diputus sepihak. Boboiboy hanya menghela napas untuk ke sekian kali. Dia merasa hampa.

****

Usai menelepon Fang, Boboiboy berlatih walau ogah-ogahan. Entah mengapa, usai menghubungi Fang dia memiliki sedikit niat untuk berlatih. Tidak biasanya dia semanja ini. Biasanya dia akan giat berlatih mengingat dirinya sangat ingin melindungi Bumi dan orang-orang tersayangnya.

Dia langsung berpecah menjadi tiga; halilintar, taufan, gempa. Tentu saja, dia sangat mudah mengendalikan halilintar mengingat dirinya sudah berlatih keras demi ini. Paling sulit dikendalikan, tentu saja taufan. Gempa yang sudah menyatu dengan dirinya membuat dia memahami beberapa hal untuk mengendalikan kekuatan yang satu ini.

Tak disangka, latihan yang niatnya hanya setengah itu berlangsung hingga sore. Setelah menyatu kembali, Boboiboy menghela napas. Baru saja berbalik hendak pulang, suara ledakan di tempat yang tak jauh darinya membuat dia melotot kaget.

Tidak, jangan sekarang. Dia sedang tak memiliki minat bertarung atau semacamnya. Ini menyebalkan.

Walau setengah hati, Boboiboy tetap bergegas, menggunakan kekuatan elemental halilintar agar dapat mempersingkat waktu menuju lokasi yang dia yakini di sekitar warung kakeknya.

_________________________________________________

Fyi, karya kali ini spesial. Kenapa? Di ending nanti gue kasih tau wkwk.

The Seven Elemental's (FangBoy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang