Hari sudah berganti malam. Siang tadi Fang menyempatkan diri untuk melatih Boboiboy Duri yang sama sekali tak berhenti mengoceh minta diajari. Tapi, sampai semalam ini, Boboiboy Duri belum kembali seperti semula, masih mode Boboiboy kekanakan yang memakai baju hitam berhias-hias hijau.
Sejak kemunculannya pula, Boboiboy Duri selalu menempeli Fang. Bahkan Gopal sampai mengoceh tak terima, mengatakan Boboiboy sudah lupa pada sahabat terbaiknya. Tapi, memang dasarnya Boboiboy Duri tak peduli, kekuatan elemental itu mengabaikan Gopal, terus mengekori Fang, bahkan sesekali menggenggam tangannya agar tak ditinggal.
Saat ini keduanya berdiri di tepi sungai, saling diam karena Fang meminta Boboiboy Duri untuk tidak mengoceh sebelum dia yang mengeluarkan suara. Yaya dan Ying baru saja masuk ke dalam tenda setelah berberes, sementara Gopal sudah tidur sejak tadi.
"Duri, boleh aku bertanya?"
Boboiboy Duri menatap Fang, mata bulat dengan iris zamrud itu mengerjap beberapa kali, menunggu kelanjutan ucapan Fang. Fang sendiri tak menoleh, masih sibuk memandang langit. Tak berselang lama, laki-laki itu menatap balik Boboiboy Duri, tatapan menusuk yang menuntut agar Boboiboy Duri menjawabnya dengan benar.
"Kenapa kekuatan elemental Boboiboy bersikap aneh? Halilintar, Taufan, Gempa, dan kau. Semuanya bertingkah aneh, selalu menempeliku. Ada apa?"
Lagi-lagi Boboiboy Duri mengerjap. Dia bukannya tidak paham. Dia bingung harus menjawab dari mana. "Bukankah kau sudah tahu?"
Kening Fang mengerut mendengar pertanyaan yang Boboiboy Duri lontarkan. Dengan kepribadian Halilintar, Taufan, dan Gempa yang seperti itu, apa dia pikir mereka akan memberi tahu? Yang benar saja. "Kalau aku tahu, aku tidak akan bertanya."
"Kau tahu kalau kekuatan elemental melibatkan perasaan, kan?" Melihat Fang mengangguk, Boboiboy Duri melanjutkan, "Kami dapat merasakan apa yang Boboiboy rasakan. Dia menyukaimu, jadi otomatis semua kekuatan elemental menyukaimu."
Fang terdiam beberapa saat. Pandangannya tak lepas dari Boboiboy Duri yang juga menatapnya polos, seakan-akan ucapannya barusan bukanlah hal yang berpengaruh besar pada Fang. Beberapa kali mulut Fang terbuka, lalu terkatup lagi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Sesaat, keduanya diam dalam keheningan.
"Suka ... suka aku sebagai temannya?" Fang berusaha memastikan, berharap Boboiboy Duri mengangguk.
Sayangnya, Boboiboy Duri menggeleng pelan. "Dia menyukaimu lebih dari sahabat. Dia mencintaimu, menyayangimu. Itu yang kami rasakan."
Lagi-lagi Fang hanya diam. Boboiboy Duri pun masih menatap Fang yang mengalihkan pandangan. Tanpa tahu situasi, kekuatan elemental itu memiringkan kepala, lalu bertanya, "Fang, bolehkah kalau aku memelukmu?"
Fang yang tadinya menatap ke sungai langsung menoleh. Bukankah tadi saat pertama muncul dia langsung menubruk tanpa permisi? Lalu, untuk apa saat ini dia izin segala? Tanpa menjawab, Fang merentangkan kedua tangannya. Segera, Boboiboy Duri menempelkan tubuhnya, memeluk Fang juga.
Tak berselang lama, suara dengkuran halus terdengar. Boboiboy Duri sudah kembali menjadi Boboiboy yang biasa.
****
Pagi harinya, Boboiboy bangun dari tidurnya. Mulutnya menguap lebar, matanya sampai memejam. Mengucek-ngucek kedua matanya, Boboiboy mengedarkan pandangan, mencari keberadaan yang lain, kecuali Gopal---karena laki-laki itu sedang tidur sambil mendengkur di dalam tenda.
Seakan deja vu, tiap kali bangun tidur di tempat terbuka seperti ini, pasti Fang yang dia lihat sudah bangun paling awal. Seperti sekarang, alien itu duduk di tepi sungai sambil memeluk lututnya. Boboiboy sangsi Fang menyadari keberadaannya.
Berjalan mendekat, Boboiboy duduk di sampingnya. Sesaat, Fang sempat terkejut, lalu kembali menormalkan ekspresi, mengabaikan Boboiboy tanpa ada niatan basa-basi. Boboiboy tahu betul apa yang terjadi semalam. Dia ingat semuanya. Kekuatan elemental Duri memang memiliki sifat yang polos, bagaikan anak kecil. Jadi, tak heran dia mengingat semua memorinya.
Dan di antara sekian banyak memori, dia ingat bahwa Boboiboy Duri sudah menceritakan mengenai perasaannya pada Fang. Hal itu membuat Boboiboy canggung sendiri apabila berhadapan seperti sekarang. Tampaknya, dia memang lebih baik diam.
"Jadi, ini alasanmu tidak mau memberitahuku? Kau takut aku membencimu saat aku tahu perasaanmu?"
Boboiboy yang tadinya menunduk sambil memeluk lutut langsung mendongak, menoleh ke arah Fang yang tak menatap padanya. Dia mengangguk, lalu berujar, "Aku yakin saat ini kau membenciku. Aku minta maaf. Tidak seharusnya aku malah menyukaimu. Anggap saja aku tidak ada."
Menoleh pada Boboiboy, Fang mengulurkan tangan, mengusap kepala Boboiboy yang ditutupi topi. "Aku tidak akan bisa membenci temanku. Aku akan menganggap tidak pernah mendengar itu dan kita akan tetap berteman, okay?"
Boboiboy tersenyum walau sangat tipis. Mendengar kata teman terlontar begitu mudah dari bibir Fang membuatnya sesak bukan main. Tentu saja. Memangnya apa yang dia pikirkan? Fang tentu tak akan menyukainya, sampai kapan pun. Seharusnya dia sadar diri. Sudah bagus Fang tidak membencinya.
Tapi ... rasanya lebih baik Fang tak tahu. Itu akan membuatnya bebas melakukan apa saja. Jika sudah begini, dia tak bisa terlalu dekat, takut Fang mengira dia berharap padanya. Ya, walau memang begitu kenyataannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Seven Elemental's (FangBoy)
FanfictionBL [COMPLETED] _____________________________ Boboiboy, si pemilik kekuatan elemental, setelah mengganti jam kekuatan harus kembali memulai dari awal, mendapatkan kekuatan-kekuatan yang pernah dia gunakan sebelumnya _______________________________ Fa...