14 | My Little Husky

18.5K 1.2K 43
                                    

🔞 WARNING 🔞

Part ini mengandung unsur seksualitas, LGBT, kekerasan, paksaan, pemerkosaan, kata-kata vulgar, dan lain sejenisnya. Tidak disarankan untuk pembaca di bawah 18 tahun.

[pythagoras]

.

.

.

.

Alta merapatkan blazer maroon-nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alta merapatkan blazer maroon-nya. "Gue bisa mandi sendiri" ujarnya.

Helaan nafas berat Raga terdengar jelas. Mata setajam elang itu menatap Alta seolah-olah ingin mengulitinya luar dalam. Kedua tangan Raga terangkat untuk menggapai tubuh Alta. Tapi Alta melangkah mundur untuk menghindar.

"O-oke, gue lepas sendiri!"

Alta tak bisa menolak apapun perintah Raga tentunya. Ia terpaksa patuh. Raga lebih kuat darinya, dan sedikit gila. Ia tak ingin mati konyol gara-gara Raga.

Dengan gerakan pelan, Alta mulai melepas satu per satu pakaian yang melekat pada tubuhnya. Ia menaruh tasnya pada ranjang, kemudian melepas blazer maroonnya. Alta membuka kancing kemeja miliknya dan menyisakan kaos berwarna peach yang menutupi tubuh atasnya.

Sesekali Alta melirik Raga yang tak memindahkan pandangannya sedikitpun darinya. Risih, tentu saja. Merasa selesai dengan bagian atas, Alta mulai melepas celananya. Ia meninggalkan sebuah boxer hitam yang menutupi pantat dan bagian privatenya. Raga menatap Alta dari atas sampai bawah. Kaki jenjang putih mulus yang tak terlihat bulu sedikitpun. Perempuan juga akan iri melihatnya.

"Kaos lo juga!"

Alta menggeleng, "Biarin gue pakai ini" ujarnya dengan memegang ujung kaos yang ia pakai.

"Lepasin aja, gue udah tau tato lo..." pernyataan Raga itu sontak membuat mata Alta melebar. Raga hanya menatap Alta dengan santai. "Lo pikir tato sejelas itu ga bisa gue lihat waktu gantiin baju lo kemarin? Cepetan lepas!"

Dengan perlahan Alta mengangkat kaosnya. Tubuh ramping dengan otot perut yang tak begitu menonjol langsung terpampang jelas di depan Raga. Kulit Alta benar-benar putih untuk seukuran anak laki-laki. Raga bahkan ragu ada perempuan yang kulitnya lebih putih dari Alta. Alta menyilangkan kedua tangannya di dada untuk menutupi tato miliknya. Wajahnya perlahan memerah.

Senyum tipis Raga mengembang. Ia melangkah kearah Alta dan mengangkat tubuh anak itu seperti menggendong karung beras di pundaknya yang kekar. Cukup ringan, batin Raga saat berhasil mengangkat Alta.

"T-tunggu! G-gue bisa jalan sendiri. Turunin gue!"

Alta menendangkan kakinya. Raga tak peduli dan terus menggendong Alta menuju kamar mandi di samping kamar tidurnya. Raga menurunkan Alta di bawah shower, wajah Alta terlihat sangat kesal. Tubuh mereka berdua sangat dekat sekarang.

[BL] 1; Another Pain | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang