30 | Perasaan Yang Sakit

11.7K 848 66
                                    

🔞 WARNING 🔞

Part ini mengandung unsur seksualitas, LGBT, kekerasan, paksaan, pemerkosaan, kata-kata vulgar, dan lain sejenisnya. Tidak disarankan untuk pembaca di bawah 18 tahun.

[pythagoras]

.

.

.

.

Wiku berlari dengan tergesah keluar dari kelas sambil menyeret tas sekolahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wiku berlari dengan tergesah keluar dari kelas sambil menyeret tas sekolahnya. Ia harus menyusul Raga dan Alta yang sudah keluar lebih dulu.

"ALTA!" teriaknya.

Raga dan Alta yang sudah hampir sampai parkiran berhenti berjalan dan menoleh. Melihat Wiku yang berjalan mendekat, Raga semakin mengeratkan pegangannya pada Alta.

"Ta! Hahh..." Wiku bertumpu pada lututnya sejenak untuk mengambil nafas. Ia kemudian menatap Alta. "Hari ini lo pulang sama gue aja ya?"

Tatapan Raga langsung menajam. Ia menarik tubuh Alta kebelakang, menjauhkannya dari jangkauan Wiku.

"Lo ga lihat Alta udah sama gue?"

Seolah tak peduli dengan kehadiran Raga, Wiku tetap memandang Alta. Ia menulikan pendengarannya dari ucapan Raga yang melarangnya. Tangannya meraih lengan Alta yang tertutupi blazer maroon dengan pandangan penuh harap.

"Ta... lo mau 'kan?" tanya Wiku.

"Gue... em.."

Alta bergerak gusar. Pundaknya yang dirangkul dicengkeram erat oleh Raga. Ia mendongak menatap wajah Raga yang memasang wajah dingin. Alta takut melihatnya. Dipalingkan lagi wajahnya menatap tanah. Ia menarik tangannya yang dipegang Wiku.

"Gue ga bisa, Wi. Mungkin lain kali aja..."

Mata Wiku mengerjap beberapa kali untuk mencerna ucapan Alta. "Kenapa? Bukannya lo benci sama nih anak?" tunjuknya pada Raga.

Alta tak menjawab.

"Oh, lo pasti dipaksa, 'kan?" lanjut Wiku. Ia menatap wajah datar Raga dengan nyalang. "Lo maksa Alta buat pulang sama lo 'kan? Iya, 'kan?"

"Kapan gue maksa? Alta sendiri 'kan yang bilang ga mau pulang sama lo?" timpal Raga dengan nada menjengkelkan.

Raga kembali melangkah dengan Alta di sampingnya. Wiku tak tinggal diam. Ia meraih pundak Raga dan mencengkeram erat. Tapi Raga dengan cepat langsung memelintir tangan Wiku kemudian berbalik dan melayangkan satu tendangan tepat mengenai perut Wiku. Tentu saja Wiku tersungkur. Gerakan Raga terlalu cepat untuk bisa ia hindari.

Ingat! Raga itu atlet taekwondo. Tendangan adalah gerakan utama pada beladiri tersebut. Apalagi sebagai pemegang sabuk hitam, tendangan Raga tentu tak main-main.

[BL] 1; Another Pain | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang