00 | Epilog

11.8K 794 101
                                    

Wiku turun dari taxi yang ditumpanginya. Ia melongok kearah supir taxi untuk meminta menunggunya sebentar di luar sini. Sedangkan dirinya ingin menemui seseorang.

Rumah dengan pagar putih itu tujuannya. Ia masuk tanpa sungkan. Menjelajahi isi rumah yang cukup luas tersebut. Beberapa kali matanya melirik kearah perabotan yang terlihat berdebu. Lapisan debu yang cukup tebal.

Jelas pemiliknya tak membersihkan rumah dalam waktu beberapa hari ini.

Fokusnya berhenti pada satu ruangan yang pintunya terbuka. Kakinya otomatis langsung menuju ruangan tersebut. Ruangan yang terlihat gelap. Hanya remang-remang cahaya masuk di sela-sela gorden yang di tutup rapat.

Ada sosok yang sedang meringkuk di atas kasur di ruangan itu. Wiku langsung menghela nafas melihatnya. Tangan Wiku meraba dinding kamar mencari saklar lampu. Begitu ketemu ia langsung menekannya dan seketika cahaya memenuhi ruangan.

Benar-benar sangat berantakan.

Kembali pada sosok yang meringkuk di atas kasur. Sosok itu tak terlihat terganggu sedikitpun.

"Ga!"

Tak ada jawaban.

"Raga! Sampai kapan lo kaya gini terus? Ini udah tiga minggu sejak Alta pergi" seru Wiku dengan nada kesal kearah sosok tersebut.

Ya, sosok itu. Raga. Tak peduli dengan ucapan Wiku dan tetap diam dalam posisinya meringkuk dengan sebuah kaos dipelukannya. Tatapan mata kosong dan terlihat hampa.

Wiku yang sudah frustasi menarik tubuh Raga dengan paksa untuk duduk menghadapnya. Anak itu tak berontak dan akhirnya benar-benar duduk. Tatapan Wiku berganti pada kaos digenggaman Raga. Ia lantas berdecak pelan.

"Hari ini gue pindah lagi ke Jepang. Gue ga bisa lagi tiap hari ke rumah lo buat mastiin lo masih hidup atau enggak"

Raga hanya diam. Wiku semakin frustasi harus mengahadapi sosok di depannya ini.

"Sadar, Ga! Alta udah ngga ada. Mau sampai kapan lo kaya gini, hah?" pekik Wiku mencengkeram kedua pundak lebar Raga.

Merasa tak akan mendapat respon, Wiku akhirnya menyerah. Dua minggu ini ia selalu ke rumah Raga memastikan anak itu hidup atau tidak setelah menghilang selama seminggu. Tak masuk sekolah, tak ada kabar.

"Kalo bukan karena lo pernah nyelametin Alta waktu diculik dulu, gue juga ga akan mau peduli sama lo. Gue kesini cuma mau pamitan aja. Jadi seterusnya lo mau hidup atau enggak udah bukan urusan gue lagi..."

Wiku menoleh menatap Raga yang masih diam. Ia kemudian teringat berita beberapa hari lalu di sekolah.

"Beberapa hari lalu ada berita di sekolah. Anak-anak anggota tim basket, mereka kecelakaan waktu mau pergi ke kompetisi basket. Mereka semua, sepuluh orang. Mereka meninggal, ngga ada yang selamat..."

Kali ini Raga merespon dengan lirikan.

"...termasuk Marvin sama... Daniel"

Kening Raga langsung berkerut mendengar itu. Anggota tim basket? Mereka yang melecehkan Alta di gudang penginapan. Lalu, Marvin dan Daniel? Dua orang yang menjadi tersangka utama insiden gudang penginapan yang menimpa Alta waktu study tour itu.

Mereka semua... meninggal?

"Emang itu berita tiba-tiba. Satu sekolah jadi heboh karena itu. Gue juga kaget waktu denger kalo Marvin sama Daniel juga ada di kecelakaan itu dan ga selamat" ujar Wiku kemudian termenung sesaat. Kecelakaan yang menimpa tim basket sekolah itu memang cukup mengejutkan dan juga... aneh.

"Kalo gitu gue pamit sekarang. Gue harus ke bandara. Lo kalo emang mau hidup, ya hidup yang bener. Kalo emang mau mati ya terserah lo..." Wiku diam sejenak. Ia teringat sesuatu, buru-buru membuka tas ranselnya dan mengeluarkan sebuah foto dari sana. "...ini, mungkin ini bisa jadi kenangan terakhir"

Wiku menyodorkan foto tersebut kepada Raga. Beberapa detik Raga menatap foto itu sebelum menerimanya.

"Itu foto kita bertiga. Gue, lo, sama Alta waktu di study tour" ujar Wiku.

"Ngga tau gue ngomong kaya gini bakal lo dengerin atau enggak. Tapi, Alta udah bahagia sekarang. Meskipun ga sama kita lagi. Dia udah ga menderita, ga ada yang nyakitin dia lagi. Dan lo di sini juga harus ngelanjutin hidup lo"

Setelah mengucapkan itu Wiku berbalik pergi. Tapi sampai diambang pintu, ia mendengar Raga yang akhirnya berbicara.

"Lo yakin Alta udah meninggal?" Raga dengan tatapan yang kembali terisi. Menatap lurus kearah Wiku yang kembali berbalik.

Sontak Wiku mengerutkan keningnya, "Maksud lo? Lo lihat sendiri jasadnya di rumah sakit waktu itu 'kan"

"Tapi itu cuma jasad terbakar yang ga bisa dikenali"

"Lo lupa pihak rumah sakit bilang apa waktu selesai otoposi dan identifikasi jasad itu? Hasilnya seratus persen itu Alta. Dan bahkan ada bekas luka tusuk diperutnya"

Oh, benar. Pihak rumah sakit memang bilang seperti itu. Tapi Raga masih tak bisa benar-benar percaya kalau jasad terbakar itu adalah Alta.

"Gue pergi sekarang"

...

Setelah dari rumah Raga, Wiku sebenarnya tak langsung pergi ke bandara. Ada satu lagi tempat yang harus ia kunjungi.

Rumah bertingkat dua yang terlihat sepi. Halaman depan yang kotor, seperti tak terawat sama sekali. Faktanya, rumah itu memang sudah tak berpenghuni selama berminggu-minggu. Tempat itu,

Rumah Alta.

Alih-alih berpamitan langsung ke makam Alta, Wiku lebih memilih pergi ke rumah Alta.

Wiku hanya diam selama hampir dua puluh menit di depan rumah Alta. Memandangi bangunan itu dari luar pagar dan tak melakukan apapun.

"Alta... gue kangen sama lo. Gue kangen senyum lo. Gue kangen rasanya meluk tubuh lo" Wiku bermonolog.

"Gue pada akhirnya balik lagi ke Jepang. Padahal waktu itu gue mau ajak lo juga ke sana. Tapi sekarang lo udah pergi, pastinya lo bahagia 'kan Ta?"

Wiku terkekeh sesaat. Ia menatap jam tangannya, sudah hampir waktu penerbangannya dan ia harus segera ke bandara. Wiku lantas berbalik dan memasuki taxi lagi. Ia menatap rumah itu untuk terakhir kalinya sebelum taxi melaju pergi.

"Semoga lo di sana selalu bahagia... sampai ketemu lagi... Alta"

Balasan untuk Anggota Basket

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Balasan untuk Anggota Basket

Tuntas!

Harusnya kalian tau siapa yang lakuin balasan itu

.

.

Masih ada 2 bagian setelah ini

Diharap membaca sampai selesai

[BL] 1; Another Pain | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang